Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Tangan Sang Tukang Pijat, Tuhan Titipkan Masa Depan Para Yatim Piatu

5 Juni 2018   17:07 Diperbarui: 20 Juni 2018   15:40 1535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya (kanan) dan Ibu Sumirah (Dok. Pribadi)

"Waah, banyak amat!"

"Jadi, biasanya saya kerjasama dengan Pak Lurah atau pihak tentara dan Perhutani yang ada di kota itu. Nanti yang mau pijat, kumpul di satu tempat tertentu. Ada yang datang dari daerah Wlingi, Mrican, Ngawi. Satu orang pijatnya nggak lama. Kalau keluhannya ringan, paling 15 menit. Kalau yang sakit agak serius, durasi pijat bisa sampai 1 jam."

***

Walaupun terbilang berasal dari keluarga sederhana, cita-cita Sumirah tidaklah biasa. Sejak kecil, ia sudah menyimpan asa untuk membangun panti asuhan. "Saya terinspirasi oleh orang tua saya, Bapak Atmorejo (alm). Beliau punya jiwa sosial yang amat tinggi, menampung orang sakit, orang gila... intinya Bapak selalu menekankan pada putra-putrinya, kalau dapat rezeki, 50% untuk kita, 50% salurkan untuk membantu orang lain," tutur Sumirah.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Tahun 1995, Sumirah mendirikan Panti Asuhan Amanah di Jalan Pandugo Gang II no.30B. Usianya masih 30 tahun. Profesi "hanya" tukang pijat. Sumirah tetap membulatkan tekad. Ia yakin, bahwa ketika niatnya lurus, lillahit ta'ala, maka Tuhan akan memudahkan jalan untuk mencari sumber rezeki sekaligus mengasuh, merawat dan mendidik anak-anak yatim piatu ini.

"Yang penting kita itu harus gigih dalam bekerja. Punya inisiatif dan semangat tinggi. Kalau di kemudian hari ada tantangan dalam mendidik anak-anak yatim piatu ini, itu urusan kita dengan Allah. Bermohon pada Allah, niscaya bakal ada jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka."

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Anak yatim yang diasuh di rumahnya terus bertambah. Sebanyak 85 bocah yatim piatu tinggal di bangunan panti 3 lantai berukuran 5x20 meter itu.

Sumirah pun memutar otak, bagaimana caranya supaya operasional panti tetap berjalan dengan baik.

"Memang beberapa donatur menyedekahkan sejumlah uang untuk keperluan panti, tapi itu sifatnya insidentil. Kami harus mandiri, berusaha untuk mencari rezeki melalui tetesan keringat sendiri," ujarnya.

Berdagang menjadi jawabannya. Sebagaimana sabda Rasul, 9 dari 10 pintu rezeki datangnya dari perniagaan. Maka, Sumirah pun mendidik anak-anak yatim piatu itu untuk menggeluti aktivitas jual beli. Tentu usai jam belajar mereka di sekolah.

"Yang besar-besar sudah saya arahkan untuk berjualan sembako dan sayur. Kami punya stan di Joss Gandoss Rungkut. Kalau yang kecil-kecil, saya ajari untuk membungkus bumbu, dan sembako. Yang nantinya akan dijual kakak-kakak mereka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun