"Halah..., jangan mimpi!", Kata Kang Ngatman mencibir temannya itu.
"Yaa kan cuma tanya?"
"Iya sih, tapi orang seperti kita bisa naik mobil empuk kayak gitu, yaaa nunggu nemu emas satu kilo, hahaha", kata Kang Ngatman meledek.
"Terus itu pajaknya berapa ya Kang? Tiap hari berapa liter bensin yang harus dibeli ya? Terus kalau rusak, habis berapa biaya servisenya ya?", Tanya Yanto beruntun.
"Halah tooo... Yanto, gak usah tanya macam-macam, wong kita bukan pemiliknya kok repot? Kita nikmati aja rejeki dari Gusti Allah. Banyaklah bersyukur, biar hidupmu  bahagia." Kata Kang Ngatman seperti nasihat Kyai Ahmad.
"Eh... Kang, gimana kalau kita ambil satu motor aja, kan lumayan dibagi dua." Bisik Yanto di telinga Kang Ngatman.
"Husssttt...ngawur aja kamu!"
"Harta itu titipan, gak usah mikir macam-macam. Semua tidak akan kita bawa di alam kubur. Gusti Allah itu sudah membagi rejeki untuk hambanya. Tidak akan salah alamat. Tapi jangan salah, kata Kyai Ahmad, setiap rejeki yang diberikan Gusti Allah itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapanNya", kata Kang Ngatman menasehati temannya itu.
"Wah, berarti semua orang itu jadi tukang parkir ya Kang?, tanya Yanto pada Kang Ngatman.
"Kok gitu?"
"Iya kan semua dapat titipan harta dari Gusti Allah, Kang?"
" Oh.. iya bener, semua orang itu tukang parkir. Jadi tempat penitipan harta orang, yang suatu saat akan diminta".