Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Orang Biasa yang setia pada proses.

The all about creative industries world. Producer - Writer - Lecturer - Art worker - Film Maker ***

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puasa

15 April 2021   01:13 Diperbarui: 15 April 2021   01:28 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
arahkata.pikiran-rakyat.com

Malam usai ngaji Al-Hikam di pondok pesantren Ngangkruk asuhan Kyai Ahmad, Kang Ngatman menyandarkan sepeda bututnya di dinding gedhek rumahnya. Meski hanya lulusan SD, Kang Ngatman memang rajin mengaji di pesantren itu. Mungkin karena 'dendam' tidak bisa melanjutkan sekolahnya, dalam urusan mencari ilmu, dia seperti sapi yang hidup di gurun pasir dan sangat kehausan, sehingga ilmu apa saja yang diajarkan Kyai Ahmad, dilahapnya.

"Kang, tumben sampai larut ngajinya? Tanya Yu Surip, istrinya, sembari membersihkan tempat tidurnya.

"Iya, tadi habis ngaji, diajak ngobrol sama Kyai Ahmad" Jawab Kang Ngatman.

"Ngobrol tentang apa? Tentang panen padi ya? Biasanya Kyai Ahmad suka ngobrol tentang pertanian.?"

"Iya biasa Bune, Kyai Ahmad  kan sukanya begitu. Ngomong tentang panen padi yang nggak sesuai harapan petani lah, tentang tomat yang buahnya terlalu gedhe lah, tentang pengairan sawah yang kanalnya bocor lah, ...yaaa tentang apa saja yang berbau pertanian beliau suka," jawab Kang Ngatman.

"Bulan Romadlon gini Kyai Ahmad kok nggak bahas masalah puasa, Kang? Tanya Yu Surip.

"Kalau masalah puasa kan sudah dibahas juga waktu ngaji." Jawab Kang Ngatman sambil duduk nyulut Djarum 76 kesukaannya.

"Ooo...begitu" jawab Yu Surip pendek.

"Eh, Kang, sudah dengar belum? Tadi siang warungnya Yu Ning dipaksa tutup sama Lek Burhan dan teman-temannya."

"Hah?! Kenapa memang?" tanya Kang Ngatman heran dan kaget, sampai rokoknya jatuh.

"Nganu Kang, kata Lek Burhan, Yu Ning nggak menghormati orang yang lagi berpuasa, gitu..katanya." jawab Yu Surip.

"Terus?" tanya Kang Ngatman penasaran.

"Kalo nggak ditutup, Lek Burhan mau ngobrak-abrik warung Yu Ning, gitu Kang!

"Waduh!" seru Kang Ngatman kaget.

Kang Ngatman menghela nafas panjang. Lalu dia pun tersenyum kecut sambil geleng kepala.

"Kata Kyai Ahmad, puasa itu ibadah yang sangat pribadi, Bune. Dan Gusti Allah sendiri yang akan mengganjar (memberi pahala) puasa kita. Mestinya puasa itu bisa menyadarkan diri kita untuk mengekang hawa nafsu. Juga bisa merasakan penderitaan orang miskin yang tak bisa setiap hari makan. Jadi semata-mata puasa itu mengharap ridlo dari Gusti Allah. Mestinya gitu...," kata Kang Ngatman menasehati istrinya.

Hmmm....puasa kok pingin dihormati?!" gumam Kang Ngatman sambil mengisap Djarum 76 nya yang tinggal separo.***  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun