Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Orang Biasa yang setia pada proses.

The all about creative industries world. Producer - Writer - Lecturer - Art worker - Film Maker ***

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maling

11 April 2021   04:59 Diperbarui: 11 April 2021   07:49 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tengah malam, usai sholat tahajud, Kang Ngatman pun bersiap istirahat. Dia baringkan tubuhnya di lincak Bambu di ruang tengah rumahnya yang sederhana.

Tiba-tiba terdengar "krekkk..." suara pintu dapur belakang seperti di buka seseorang.

Kang Ngatman berdiri dan bersijingkat mendekati dinding penyekat ruang tengah dengan dapur belakang. Dinding gedhek itu sudah banyak lubang-lubangnya karena keropos.

Pelan-pelan Kang Ngatman mendekatkan matanya, mengintip di lubang dinding yang agak besar.

Melihat tangan seseorang membawa linggis masuk di sela pintu dapur, Kang Ngatman pun gemetar badannya. Lalu, Kang Ngatman pun cepat-cepat sembunyi di belakang sketsel tua peninggalan bapaknya.

"Maliiiingg...maliinggg... maliinggg...", Tiba-tiba suara warga pun riuh di depan rumah Kang Ngatman. Orang itu pun secepat kilat berkelebat lewat pintu dapur. Kang Ngatman semakin ketakutan.

Tak lama kemudian terdengar suara "bak..buk..bak buk..." Warga memukuli maling yang ketangkap.

"Ampun paakk....ampun pakkk" teriak maling itu.

Setelah situasi rumah agak tenang, Kang Ngatman pun keluar dan menuju Balai Desa untuk melihat kerumunan warga yang memukuli maling itu.

"Tembak saja Pak Hery!...Tembak saja malingnya! Seru Mas Yono kepada Pak Hery, polisi yang kebetulan menjadi warga baru di kampung itu.

"Tenang...tenang...Bapak-bapak, kita tidak boleh main hakim sendiri. Nanti kita selesaikan di Kantor Polisi.

"Kang Ngatman di mana ini?" Tanya Pak Hery Polisi di tengah kerumunan warga.

"Mmm...Saya,. Pak" jawab Kang Ngatman sambil mengacungkan jarinya.

"Kang Ngatman nanti ikut ke Kantor Polisi ya....sebagai saksi korban", Kata Pak Hery Polisi.

"Wah saya takut pak"

"Gak papa, cuma sebagai saksi korban kok Kang"....

Emang Kang Ngatman tadi posisi di mana waktu maling ini masuk ke rumah sampean?", Tanya Pak Hery

"Maaf, saya tadi sembunyi pak"...

"Lho kok malah sembunyi?" Tanya Pak Hery kembali.

"Iya pak, saya sembunyi karena malu..." Jawab Kang Ngatman sambil menundukkan mukanya.

"Kok malu?, Malu sama siapa?" Tanya Pak Hery lagi.

"Iya pak. Saya malu sama malingnya pak, karena ndak punya barang yang pantas untuk di ambil maling." Jawab Kang Ngatman menunduk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun