Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Orang Biasa yang setia pada proses.

The all about creative industries world. Producer - Writer - Lecturer - Art worker - Film Maker ***

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Catatan Kecil untuk Penyelenggaraan Festival Kesenian Yogyakarta

5 Agustus 2017   04:23 Diperbarui: 5 Agustus 2017   16:14 1749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Dutawisata.or.id

Mungkin ini tempat Pasar Seni FKY yang terasa paling ideal jika dibanding tempat-tempat sebelumnya. Di sini pun Ruang Pameran Seni Rupa bisa bersatu dalam satu lokasi, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, yang terpisah dari lokasi Pasar Seni.

Dari catatan ini, saya kira bisa menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi pemerintah DIY untuk memikirkan tempat yang representatif untuk perhelatan tahunan seni seperti FKY ini. Jika tidak ada alternatif lain, Venue terakhir ini (Pyramid) tentu akan menjadi andalan perhelatan FKY di tahun-tahun mendatang.

3. Pembiayaan

Setahu saya, Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) sejak dulu di-support oleh dana Pemerintah DIY (APBD), melalui Dinas Kebudayaan DIY sebagai leading sector. Kalau dulu (2000-2001) dana sekitar 200 jutaan, untuk semua jenis kegiatan. Hal yang menjadi persoalan krusial waktu itu adalah pencairannya mendekati hari-H pelaksanaan FKY. Mungkin karena teknis pencairannya yang agak rumit, dari meja ke meja, harus tanda tangan sana-sini, jadi membutuhkan waktu yang lama. 

Padahal persiapannya panitia paling tidak 4 bulan sebelumnya. Artinya selama persiapan, panitia harus menalangi dulu biaya operasional persiapan. Dan jika planning biaya acara melebihi biaya yang disediakan, panitia harus mencari sponsor untuk melengkapi kekurangannya. Ini yang menjadi masalah operasional.

Untuk tahun ini tentu dananya lebih banyak, karena ada Danais (Dana Istimewa). Persisnya saya kurang tahu, yang jelas perlu ada terobosan dari Pemerintah DIY, khususnya Dinas Kebudayaan dalam hal teknis pencairan dana tersebut, agar panitia tidak kelabakan dalam operasional persiapannya.

Satu hal lagi yang penting adalah pola penyusunan laporan pertanggungjawaban yang harus sesuai dengan peraturan pengelolaan dana pemerintah (APBD). Karena jika tidak sesuai standarnya, tentu panitia dan SKPD terkait akan mendapatkan masalah yang cukup pelik.

4. Sistem Pengelolaan dan Dokumentasi

Saya masih ingat waktu FKY tahun 2000, kalau tidak salah sekitar satu atau dua minggu setelah pelaksanaan FKY berakhir, ada semacam forum evaluasi kegiatan FKY yang diadakan di Hotel Galuh Prambanan. Sebagai pembicara waktu itu Mas Butet Kartaredjasa (tidak bisa hadir, tapi menitipkan tulisan pada panitia), Bapak Indramadji (Alm) (Kadin DIY), Mas Purwadmadi (Jurnalis & Pemerhati Budaya).

Ada beberapa point yang sempat saya catat waktu itu, di antaranya adalah:

a.  Sistem pengelolaan FKY bisa dikatakan jalan di tempat, atau tidak beranjak maju, karena setiap dua tahun sekali ada pergantian penyelenggara (personil) yang menjadi panitia, dan tidak ada sebuah sistem pengelolaan yang bakuyang bisa diteruskan sebagai langkah maju dari kepanitiaan FKY yang lalu. 

Waktu itu Mas Purwadmadi sempat membuat usulan sistem pengelolaan FKY dan dipresentasikan di dalam forum. Tapi menurut saya (waktu itu) terlalu rumit. Kemudian, apakah sistem itu dipakai dalam penyelenggaraan selanjutnya, saya sendiri kurang tahu persis.

b. Sistem dokumentasi FKY yang kurang utuh dan kurang tertib. Ini yang menyebabkan terputusnya pola pengelolaan yang baru dari pola lama, karena kurangnya referensi pada penyelenggaraan di tahun-tahun sebelumnya. Panitia yang baru, bekerja dengan miskin referensi untuk menyelenggarakan FKY. Dan untuk mendapatkan referensi yang cukup, harus menggali dari dokumentasi yang tersebar di beberapa divisi yang dulu terlibat dalam kepanitiaan. 

Di samping itu, panitia saat itu terkotak-kotak sesuai dengan divisi masing masing, dan kurang terjalin komunikasi antar divisi, sehingga dokumentasi detail penyelenggaraan FKY ada di divisi masing-masing. Maka untuk mengantisipasi masalah seperti ini, sebaiknya pola dokumentasi terpusat dan dikoordinasi oleh satu divisi khusus dokumentasi. Sehingga setiap ada pergantian penyelenggara (panitia) yang baru, dokumentasi ini bisa menjadi bahan referensi yang baik untuk langkah maju ada penyelenggaraan tahun berikutnya.

Setiap penyelenggaraan FKY, saya yakin ada beberapa celah yang bisa dikritisi. Tentu ada lebih dan kurangnya di sana-sini jika kita cermati. Tapi sebagai warga Jogja yang bermartabat, saya kira akan lebih elegan jika kritik disampaikan secara elegan pula. Artinya, kritik dan evaluasi tentang kegiatan FKY hendaknya dilakukan secara baik, bertujuan untuk membangun, dengan referensi yang jelas, runtut dan disampaikan dengan etis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun