Mohon tunggu...
Nurul Mahmudah
Nurul Mahmudah Mohon Tunggu... Guru - Generasi Sandwich Anak Kandung Patriarki

Si sanguinis yang sering dibilang absurd. Aku tukang rebahan yang berharap bisa memberikan perubahan untuk Negara.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Story of Life: Living with Borderline Personality Disorder

14 Juli 2020   18:51 Diperbarui: 14 Juli 2020   21:13 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari demi hari, setiap kali perasaan keterpurukan ku muncul selalu kulampiaskan dengan menyakiti diriku sendiri. Aku juga lebih memilih menyendiri daripada aku harus bersama keramaian namun diabaikan, dicampakan, atau bahkan disakiti. Tak cukup dengan semua luka, aku pernah mencoba mengakhiri hidupku, bukan sekali, bukan dua kali, tapi tiga kali. Dan bersyukur semuanya gagal.

Melihat emosi ku yang kadang turun naik menjadikan orang-orang di sekelilingku menganggap aku lemah dan tidak bisa menyikapi sesuatu dengan dewasa. Di masa depresiku datang, mereka malah mengangapku kurang ibadah. Saat menemukan luka self harm ku mereka malah bilang aku pecandu narkoba yang jauh dari Tuhan. 

Entah bagaimana jiwaku ini bisa diselamatkan. Tapi percayalah, hidup dengan mental illness itu berat. Kalian selalu membandingkan emosi ku dengan beban berat yang juga kalian tanggung. Padahal, ini bukan hanya soal masalah atau beban yang harus kutanggung. Ini tentang jiwa BPD yang juga melekat di diriku.

Tak pernah sekalipun aku meminta kepada Tuhan untuk memberiku kado si mungil BPD ini. Doa ku hanya tentang diriku yang semoga kuat menghadapi semua yang akan menghampiriku dan permohonanku kepada Tuhan agar Ia membantuku melupakan semua luka yang sudah seharusnya terkubur bersama waktu.

Untuk kalian, jangan pernah membandingkn dirimu dengan yang lain. Setiap orang memiliki kisah nya masing-masing, dan setiap orang memiliki sebuah rahasia besar tentang dirinya yang tidak akan diungkapkan kepada orang lain. Aku lelah jika setiap hari harus mendengar semua penilaian kalian tentang aku dan BPD ku. Aku hanya ingin kalian mengerti dan menyadari bahwa mental illness ini ada. Berhenti melontarkan kalimat-kalimat yang tidak baik itu.

"Berhenti membandingkan, dan berhenti menjadi agamis yang menyebutku abai dengan perintah Tuhan."

"Kami tidak akan meminta banyak dari kalian, cukup dengarkan kami dan jadikan kami bagian dari kalian. Menjadi pendengar saja kalian sudah cukup membantu mengobati kami. Kami sedang berjuang dengan mental illness ini, dan selalu berharap bahwa sekeliling kami bisa menjadi peer support kami dalam menghadapi ini semua."

Pesan terakhir "Si Tou Timou Tumou Tou" bahwa manusia hidup adalah untuk memanusiakan manusia lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun