Kalau saja penulis Amerika Tom Nichols tahu ada platform bernama Kompasiana, bisa jadi ini yang diharapkannya. Sebuah platform yang mampu memunculkan dialog antara orang-orang yang benar-benar memiliki kapasitas dalam berpendapat dan membuat informasi dengan orang-orang awam sehingga mendapat konklusi dan keakuratan atas suatu pendapat yang mengemuka.
Di dalam bukunya yang berjudul The Death of Expertise (2017), Tom Nichols bercerita tentang orang-orang awam yang membuat dan menyebarluaskan suatu pendapat yang salah tetapi bisa dengan cepat dianggap menjadi sesuatu kebenaran.
Ia juga menuding, fenomena yang masih relevan dan terjadi hingga saat ini akibat dari para pakar dari latar belakang akademik dan juga media terlalu cuek dan bahkan berkontribusi dalam kesesatan tersebut.
--
Sepekan lalu, usia Kompasiana baru saja memasuki lustrum keempat atau sudah berusia 16 tahun. Bulan Oktober tahun depan--InsyaAllah--sudah punya KTP karena sudah 17 tahun.Â
Diusianya yang sudah remaja, rumah bersama bagi 5,2 juta Kompasianer ini telah menghimpun hampir 3 juta konten atau artikel dari berbagai kategori. Komunitas yang terbentuk dan bertumbuh pun sudah sangat beragam. Saat ini lebih dari 250 komunitas menjadikan Kompasiana sebagai arena bermain, berinteraksi dan berbagi hal baik.
Kompasianer dan juga komunitas punya peranan penting atas pencapaian tersebut. Atas konsistensi merekalah, Kompasiana masih terus eksis dan menjadi satu-satunya platform UGC buatan anak bangsa yang masih bertahan dan terus bertumbuh.
Semangat anak-anak muda dalam berbagi cerita dan gagasan dalam tiga tahun terakhir ini juga memiliki tempat tersendiri bagi pertumbuhan Kompasiana. Setidaknya, dari total 5,2 juta Kompasianer, sebanyak 64%-nya adalah milenial dan gen z.
Sebuah fenomena yang tidak pernah dialami Kompasiana sejak diluncurkan 16 tahun silam. Kompasiana dianggap sebagai universitas terbuka bagi siapa saja yang lapar akan cerita-cerita positif yang berdampak dan berkelanjutan.
Kita meyakini sekecil atau sesederhana apapun cerita yang kita bagikan akan menjadi sesuatu yang baik bagi orang lain, meskipun hanya bercerita tentang cara merawat bulu kucing agar tidak rontok.
Hal inilah yang menjadikan Kompasiana berbeda dengan platform lainnya dengan otentisitas cerita dan keunikan komunitasnya.Â
Di Kompasiana, orang yang tidak begitu memahami suatu topik akan sangat hati-hati ketika bercerita atau berpendapat. Setidaknya mereka melampirkan banyak referensi yang sahih agar tidak salah dimengerti.
Begitu juga dengan orang-orang yang memiliki kapasitas dan kesahihan dalam bercerita dan berpendapat terkait suatu topik tertentu akan sangat leluasa dan mendapatkan respon positif serta mendapatkan tempat yang sangat layak.
Itulah fenomena interaksi di Kompasiana. Tidak ada yang merasa menjadi "si paling pakar" dan yang benar-benar pakar pun mau tampil sebagai penjernih.
Nah, otentisitas yang dimiliki Kompasiana ini akan terus dioptimalkan salah satunya melalui program yang kami beri nama Game Changer.Â
Program kolaboratif yang mengangkat isu keberlanjutan ini akan memanggungkan Kompasianer yang telah mempraktikkan, memiliki pengalaman dan kapasitas dalam memberikan pendapat maupun informasi terkait 5 pilar utama; lingkungan, pendidikan, ekonomi mikro, kesehatan dan energi terbarukan.
Kompasianer lain pun tidak hanya menjadi penonton karena dapat ikut berkontibusi melalui cerita yang dapat memperkuat dari tiap pendapat dan informasi yang mengemuka. Jadi, ini adalah program kolaboratif dan elaboratif karena akan dipadukan dengan berbagai bentuk konten lainnya.
Selain isu berkelanjutan yang digemakan, melalui program ini kami juga berharap dapat menjadi ruang dialog antar-Kompasinaer yang nantinya memiliki dampak baik bagi masyarakat luas.
Program lain yang akan dirilis dalam waktu dekat adalah GoodGuide. Sebuah program video podcast yang menghadirkan Kompasianer yang memiliki ketekukan, kepakaran dan pengalaman dalam suatu isu atau topik tertentu. Program ini diharapkan dapat menjadi pemandu bagi kita dalam menerima sebuah pendapat atau informasi yang sedang mengemuka.
Hal ini kami jadikan komitmen untuk terus menjadi teman bercerita bagi jutaan Kompasianer dan bertumbuh bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H