Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Ordinary Citizen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kompasiana Tetaplah Rumah Bersama

6 Juli 2020   17:12 Diperbarui: 7 Juli 2020   17:31 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Crowdsourcing (shutterstock)

Tanpa berpanjang kata atau mukadimah berlebih, melalui kesempatan ini saya ingin menjelaskan sekaligus meluruskan narasi mengenai fitur Kompasiana Premium yang dirilis sejak 2 Juli 2020 lalu—yang tanpa disertai woro-woro seperti kebiasaan Kompasiana saat hendak meluncurkan program/produk baru karena alasan khusus.

Seketika menimbulkan umpan balik yang beragam. Mulai dari apresiasi, respon biasa-biasa saja, sampai ada yang melayangkan protes seperti teguran keras. Dan, ini memang yang diharapkan. Respon dari Anda!

Tujuannya banyak. Salah satunya untuk kebutuhan evaluasi dari segala hal yang diterapkan. Namun, dari sekian banyak umpan balik sempat timbul narasi yang kira-kira begini bunyinya, “sekarang nulis di Kompasiana harus bayar, bukannya dibayar!”. Tentu, hal ini perlu diluruskan.

Secara eksplisit saya sampaikan bahwa hadirnya fitur Premium ini adalah pilihan bukan suatu keharusan. Sebuah pilihan yang keputusannya ada di tangan Kompasianer itu sendiri.

Tidak ada kewajiban untuk memilih apalagi membeli fitur Premium karena jati diri Kompasiana adalah platform bagi semua warga (crowdsourcing) dalam berinteraksi melalui konten-konten positif maupun kegiatan komunitas. Ini rumah kita semua. Melting pot untuk segala gagasan dan ide!

Jadi, siapapun bisa mendaftar dan menayangkan kontennya di Kompasiana tanpa dipungut biaya apapun! (Kecuali kuota internet harus modal sendiri yee....)

Naif dan betapa durhakanya Kompasiana jika mewajibkan atau memaksa penggunanya untuk membayar dalam berinteraksi. Sementara mereka sudah banyak berkontribusi.

Tanpa Kompasianer, platform ini hanyalah ruang kosong tak berpenghuni. Hal ini yang menjadi panduan saya dalam mengelola Kompasiana semenjak sesaat setelah dilahirkan sebelas tahun silam.

Atas pertimbangan tersebut, sejak 2016 Kompasiana terus menjaga konsistensinya dalam upaya pemberian keuntungan kepada Kompasianer.

Keberlangsungan program K-Rewards, Komunikarya dan berbagai loyalty program di Kompasiana hingga detik ini merupakan salah satu cara dan upaya kami dalam “berterima kasih” kepada Anda semua, meskipun secara implisit dan memilih tidak menggunakan diksi “dibayar”.

Selain narasi di atas, muncul pula kekhawatiran akan pengklasteran Kompasianer yang sebenarnya bukan kali ini saja mengemuka. Sejak 2009 hingga saat ini, terhitung sudah empat kali Kompasiana dianggap ingin membentuk kasta-kasta.

Padahal, tidak pernah sedikit pun terbersit untuk melakukan pengklasteran. Apalagi membeda-bedakan Kompasianer dengan tolok ukur materi. Hal tersebut hanyalah sebuah apresiasi atas level kontribusi tiap Kompasianer.

Seluruh pengguna Kompasiana atau Kompasianer memiliki hak yang sama dalam membuat konten, memberikan komentar, rating atau sekadar tegur sapa dengan Kompasianer lainnya melalui fitur “pesan”.

Premium atau Non-Premium, sama saja haknya dalam berinteraksi di Kompasiana! Sekaligus, dalam pengelolaan konten pun seperti pemilihan konten pilihan, headline dan lainnya, semua akun punya hak dan porsi yang sama. 

Kami tutup mata dengan jenis akunnya. Yang kami nilai adalah karyanya!

Hanya saja, Kompasianer yang telah memilih fitur Premium mendapatkan tampilan tiap laman Kompasiana tanpa adanya tayangan iklan dan akses (loadspeed) lebih cepat. 

Beberapa keuntungan fitur Premium lainnya pun sebagian masih bisa digunakan oleh akun reguler meski dibatasi. Khusus hal tersebut akan dimonitor secara intensif dan segera dilakukan evaluasi jika berdampak kurang baik ke Kompasianer.

Tidak adanya tampilan iklan dan akses yang lebih cepat adalah jawaban dan tindaklanjut dari segala saran dan masukan dari Kompasianer yang merasa terusik kenyamanannya dengan tayangan iklan dan kecepatan dalam mengakses Kompasiana yang dianggap lambat.

Lantas, kenapa harus berbayar? harusnya dibayar dong!
Dalam catatan "Tahun ke-11 dan Berkompromi dengan 'Value Proposition'" akhir tahun lalu, disampaikan bahwa Kompasiana mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari sisi keterbacaan (pageviews), jumlah konten dan member baru.

Bahkan, menjadi pencapaian tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Untuk mengimbangi pertumbuhan tersebut, Kompasiana membutuhkan infrastruktur yang mumpuni mulai dari memperbesar kapasitas server hingga kebutuhan riset.

Semua dilakukan demi kenyamanan dan eksistensi Kompasiana juga. Ketika ada permintaan Kompasiana bebas iklan atau minimal tidak seramai sekarang serta memiliki kecepatan akses yang baik, kami meresponnya dengan membuat beberapa inisiatif. Salah satunya adalah Kompasiana Premium.

Pendapatan dari fitur Premium inilah yang kami gunakan untuk memberikan sekaligus menjaga layanan agar tetap prima.

Selanjutnya soal, kenapa Kompasianer tidak dibayar? hehe... Kembali kepada penjelasan saya sebelumnya. Saya coba jabarkan kembali potongan informasinya.

Tahun 2020, Kompasiana mengalokasikan sebagaian besar pendapatan dari iklan untuk membuat program-program yang mendukung produktifitas dan intensitas interaksi pengguna tanpa mengurangi keuntungan atau manfaat yang sifatnya non material.

Misalnya, loyalty program K-Rewards yang mengalami kenaikan jumlah nominal rupiahnya. Contoh lain adalah kompetisi blog reguler—tanpa pengiklan—mengalami peningkatan nominal hadiah.

Baca juga: Ada Apa dengan Kompasiana?

Komunitas juga tidak luput dari perhatian. Pada tahun ini akan ada tambahan rewards bagi komunitas yang paling aktif. Bahkan, kami telah merilis program afiliasi yang diberi nama Narativ yang menjadi solusi bagi pengiklan dan Kompasianer dalam melakukan kerjasama pembuatan dan pendistribusian konten di berbagai saluran media sosial.

Kembali kepada loyalty program. Kalau divisualisasikan kira-kira seperti ini alur umpan balik (feedback loop) yang kami terapkan.

Ilustrasi: Feedback Loop Kompasiana
Ilustrasi: Feedback Loop Kompasiana

Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan Kompasiana dari iklan, selain dipergunakan untuk perawatan sistem, infrastruktur serta biaya operasional, akan dikembalikan lagi kepada pengguna atau Kompasianer melalui beragam program yang sempat disebutkan di atas.

Bahkan, dengan konsep ini secara tidak langsung Anda pun telah membuka peluang kepada Kompasianer lain dalam memonetisasi kontennya di Kompasiana melalui saluran loyalty program.

Sampai detik ini, saya dan tim pun mendapati banyak saran dan masukan lain dari Kompasianer. Kami akui bahwa fitur ini belum sepenuhnya ideal dan akan terus dikembangkan.

Mulai dari user flow hingga penggunaan diksi atau sekadar visualisasi yang bisa jadi membuat bingung Kompasianer. Atau, bisa jadi paket dan benefit yang ditawarkan belum ideal.

Tentu ini menjadi referensi bagus buat kami untuk evaluasi. Dalam beberapa pekan ke depan kami akan melakukan pembenahan, karena tidak mungkin kami mempertahankan sebuah program atau produk yang justru membuat Kompasianer tidak nyaman.

Terima kasih atas atensi dan segala bentuk respon Anda semua. Sejujurnya saya senang mendengar dan melihat banyaknya respon yang masuk. Hal ini menandakan bahwa Kompasiana masih diperhatikan dan diharapkan agar rumah bersama ini menjadi lebih baik lagi.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun