Pendapatan dari fitur Premium inilah yang kami gunakan untuk memberikan sekaligus menjaga layanan agar tetap prima.
Selanjutnya soal, kenapa Kompasianer tidak dibayar? hehe... Kembali kepada penjelasan saya sebelumnya. Saya coba jabarkan kembali potongan informasinya.
Tahun 2020, Kompasiana mengalokasikan sebagaian besar pendapatan dari iklan untuk membuat program-program yang mendukung produktifitas dan intensitas interaksi pengguna tanpa mengurangi keuntungan atau manfaat yang sifatnya non material.
Misalnya, loyalty program K-Rewards yang mengalami kenaikan jumlah nominal rupiahnya. Contoh lain adalah kompetisi blog reguler—tanpa pengiklan—mengalami peningkatan nominal hadiah.
Baca juga: Ada Apa dengan Kompasiana?
Komunitas juga tidak luput dari perhatian. Pada tahun ini akan ada tambahan rewards bagi komunitas yang paling aktif. Bahkan, kami telah merilis program afiliasi yang diberi nama Narativ yang menjadi solusi bagi pengiklan dan Kompasianer dalam melakukan kerjasama pembuatan dan pendistribusian konten di berbagai saluran media sosial.
Kembali kepada loyalty program. Kalau divisualisasikan kira-kira seperti ini alur umpan balik (feedback loop) yang kami terapkan.
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan Kompasiana dari iklan, selain dipergunakan untuk perawatan sistem, infrastruktur serta biaya operasional, akan dikembalikan lagi kepada pengguna atau Kompasianer melalui beragam program yang sempat disebutkan di atas.
Bahkan, dengan konsep ini secara tidak langsung Anda pun telah membuka peluang kepada Kompasianer lain dalam memonetisasi kontennya di Kompasiana melalui saluran loyalty program.
Sampai detik ini, saya dan tim pun mendapati banyak saran dan masukan lain dari Kompasianer. Kami akui bahwa fitur ini belum sepenuhnya ideal dan akan terus dikembangkan.
Mulai dari user flow hingga penggunaan diksi atau sekadar visualisasi yang bisa jadi membuat bingung Kompasianer. Atau, bisa jadi paket dan benefit yang ditawarkan belum ideal.