Sebagian dikembalikan lagi kepada Kompasianer dan sebagian lainnya untuk meningkatkan mutu layanan melalui research, pengembangan produk, termasuk di dalamnya product maintenance dan biaya sewa layanan cloud computing yang membutuhkan biaya tidak sedikit.
Trus, kondisi bisnis Kompasiana sekarang bagaimana?
Dalam catatan "Tahun ke-11 dan Berkompromi dengan 'Value Proposition'" akhir tahun lalu, disampaikan bahwa Kompasiana mengalami pertumbuhan yang cukup baik dari sisi keterbacaan (pageviews), jumlah konten dan member baru. Ini adalah pencapaian tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Selaras dengan pertumbuhan produk, bisnis Kompasiana pada 2019 lalu juga tumbuh cukup baik. Bahkan, Kompasiana memasuki tahap break event point (BEP). Suatu pencapaian yang dinanti-nantikan dalam satu dekade terakhir.
Pencapaian di atas berkat kerja keras banyak pihak termasuk Kompasianer. Tidak bisa dikesampingkan pula peran dan usaha keras para pendahulu (baca: founders) sehingga Kompasiana memiliki pondasi yang kokoh untuk bertahan dan terus tumbuh menjadi platform blog terbesar di kawasan.
Last but not least, performa produk yang baik juga harus diimbangi dengan performa bisnis yang baik sehingga dapat memberikan manfaat dan pelayanan yang baik kepada konsumen.
Satu hal lagi yang perlu menjadi catatan bersama adalah dalam pengelolaan produk dan bisnis di era digital seperti sekarang ini sangatlah dinamis dan cepat. Jarang sekali satu model bisnis bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Bisa jadi, salah satu sumber pendapatan yang saat ini berasal dari pemasangan iklan---direct atau programmatic---bisa berubah ke model bisnis yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H