Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Anda, Membawa Kompasiana ke Performa Terbaiknya!

23 Agustus 2019   16:20 Diperbarui: 23 Agustus 2019   19:04 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pimpinan Teras Kompas Gramedia saat acara Performance Contract 2019/rul

Pada 15 Januari 2019, seluruh pimpinan Kompas Gramedia terutama kategori unit bisnis media---termasuk di dalamnya Kompasiana---dikumpulkan di sebuah ruangan besar yang terdapat di lantai dasar gedung Menara Kompas. Ruangan tersebut merupakan studio baru Kompas TV dengan konsep teater.

Seluruh peserta yang hadir kompak memakai kemeja putih maupun atasan bernuansa putih bagi karyawan perempuan sebagaimana himbauan dari masing-masing departemen personalia dan urusan umum.

Wajah kami pun masih segar dan wangi mengingat acara dimulai sejak pagi sekali. Sebenarnya ini adalah performance contract yang dikemas dengan rangkaian kegiatan lain.

Seluruh pimpinan perusahaan KG pun hadir mengisi kursi di barisan paling depan. Antara lain CEO KG Pak Liliek Oetama, Wakil Pemimpin Umum harian Kompas Mas Budiman Tanurejo dan Mas Rikard Bagun, Pemimpin Redaksi harian Kompas Mbak Ninuk Pambudy, dan CEO KG Media Mas Andy Budiman serta jajaran pimpinan teras lainnya.

Dalam agenda acara yang bertajuk "Sustaining The Purpose" ini kami disuguhkan sebuah tayangan perjalanan dua orang pendiri, Jakob Oetama dan Petrus Kanisius Ojong sebagai pembuka sesi.

Nilai-nilai kerja luhur dan perjuangan keduanya menjadi "sarapan" yang berenergi. Sebagai founding fathers, keduanya menanamkan etos kerja unggul dan membawa nilai kemajemukan. Hal inilah yang sampai sekarang menjadi cultural identity KG. 

Pimpinan teras KG memberikan pengantar sekaligus memaparkan maksud dan tujuan acara tersebut sembari menyuguhkan data dan fakta pertumbuhan bisnis grup KG. Kondisnya "naik-turun". Kendati begitu, KG sebagai entitas bisnis mulai berbenah agar dapat beradaptasi dengan disrupsi.

Penetrasi teknologi digital berima dengan tumbuhnya bisnis digital. Para pemain utama media tidak lagi bisa duduk manis sembari menunggu pelanggan membeli dagangannya.

Harus ada penyesuaian dan perubahan. Sudah menjadi rahasia umum jika oplah media cetak tidak seagresif dulu. Tutup usianya tabloid BOLA juga penanda jelas akan ketatnya kompetisi dalam bisnis ini.

Sebuah fakta jika dalam mengonsumsi informasi generasi "Y" tidak lagi mengandalkan koran atau majalah cetak sebagai channel utama, melainkan digital! Melalui digital mereka dapat langsung berinteraksi dengan para konsumen lain atau bahkan dengan pemilik media.

Persaingan makin luas dan kadang tak dapat diprediksi. Institusi atau perusahaan media tidak lagi bersaing dengan media lainnya, tetapi berkompetisi dan berebut kue bisnis dengan banyak platform digital atau bahkan komunitas.

Kini, eranya semua orang punya media. Mau tidak mau harus bermain di arena baru atau  menciptakan peluang yang sama sekali baru atau tabu di masa lalu.

Mas Rikard, menganalogikan bahwa KG tidak lagi berlayar di air yang tenang. "Kita ini ibarat sedang berlayar di tengah lautan dengan gelombang besar dan cuaca yang buruk," kata Mas Rik, panggilan akrabnya.

Salah sedikit saja dalam ruang kemudi bisa menyebabkan kapal terbalik dan karam. 

Apakah ini akhir dari masa kejayaan raksasa bisnis media seperti KG?

Tentu tidak! Mana ada entitas bisnis yang mau menyerah begitu saja tanpa mencoba untuk berkompromi atau mengendalikan kondisi (baca: pasar). Justru, keadaan ini menjadi pemicu bangkitnya ide, gagasan dan kreativitas.

Di tengah tekanan perubahan kontur bisnis, media KG kian masif dalam pengembangan bisnis, baik optimasi traditional model maupun pengembangan produk yang adaptif. 

Jika produk yang dijajakan bisa menjawab kebutuhan konsumen, dengan sendirinya positive feedback loop akan terbentuk.

Bagaimana dengan Kompasiana?

Saya ingin membuka bahasan kondisi Kompasiana saat ini dengan sebuah optimisme. Meskipun platform blog ini (mungkin) masih dianggap "anak bawang"---jika dilihat dari skala bisnisnya---, tetapi berdasarkan data pada pertengah tahun 2019, Kompasiana "as a product" memasuki ke performa terbaiknya sejak diluncurkan pada 2008 silam.

Parameternya jelas menyangkut jumlah pembaca, pengguna baru, pengguna aktif, jumlah interaksi berupa komentar dan jumlah konten serta lainnya---yang tidak akan saya breakdown dalam catatan ini.

Jumlah pembaca (pageviews) menurut Google Analytics (GA) sejak Maret 2019 tembus di angka 38 juta dan 46 juta pageviews pada bulan lalu. Sejak November 2013, di mana trafik pembaca Kompasiana baru tercatat di GA rata-rata di bawah 30 juta perbulan.

Pageviews (Sumber: GA)
Pageviews (Sumber: GA)
Sebenarnya, momentum kontestasi politik 2014 Kompasiana pernah mencatat pertumbuhan pembaca sampai 48 juta, tepatnya pada bulan Juni 2014. Tetapi, pencapaian tersebut hanya berlangsung selama 30 hari dan langsung anjlok kembali ke angka 30 juta. 

Sekarang, produktifitas konten yang tayang pun kembali ke masa-masa 2011/2012. Saat itu, jumlah konten yang tayang sekitar 400-an konten tiap harinya.

Pencapaian tersebut kembali terulang sejak pertengahan 2018 sampai sekarang---dan diharapkan terus beranjak naik. Menurut data, jumlah konten yang tayang sejak Juni 2018-Mei 2019 rata-rata berjumlah 500 konten per hari atau 15 ribu perbulannya. 

Published Content (Sumber: GA)
Published Content (Sumber: GA)

Sebelum membukukan pencapaian saat ini, saya sempat dibuat terkejut dengan fakta dari data yang dihimpun. Tanpa disadari performa konten tayang mengalami penurunan sejak 2013 sampai 2018 (Mei). Hampir lima tahun performa Kompasiana turun!

Disadari atau tidak, kala itu, tiap kali merancang produk atau program yang akan dikembangkan tidak seluruhnya dihitung secara matematis baik dari sisi bisnis maupun utility-nya, sehingga tidak sedikit produk/program yang mangkrak dan tidak menguntungkan dari sisi bisnis apalagi pengguna.

Untuk performa pengguna aktif. Sejak kuartal II 2018 sampai dengan kuartal II 2019, pertumbuhannya pun cukup signifikan yakni meningkat sekitar 40% dari periode sebelumnya. Hal ini menandakan meningkatkan jumlah pengguna yang aktif membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Active  Bloggers (Sumber: GA)
Active  Bloggers (Sumber: GA)

Bicara performa lainnya, yaitu jumlah member yang terdaftar di tiap bulannya menunjukkan rapor yang tidak kalah membanggakan. Bisa dikatakan dalam kurun waktu beberapa tahun ke belakang, ini adalah performa terbaiknya.

 Jumlah member baru mencapai 4 sampai 5 ribu anggota baru di tiap bulannya, dengan persetasi kenaikan sekitar 150% dari periode sebelumnya. 

New Members (Sumber: GA)
New Members (Sumber: GA)

Pencapaian ini dipicu oleh beberapa usaha optimasi pada sistem, tanpa mengenyampingkan usaha-usaha melalui promosi dan loyalitas Kompasianer dalam membagikan konten melalui social media channel seperti Facebook, Twitter atau Instagram, sehingga semakin banyak orang mendengar dan melihat Kompasiana.

Di sisi lain, jumlah komentar yang bergulir di tiap bulannya rata-rata sekitar 47 ribu komentar. Naik 150% dari periode sebelumnya terutama pada kuartal pertama 2019.

Komentar (Sumber: GA)
Komentar (Sumber: GA)

Apakah deretan performa di atas berpengaruh terhadap Kompasianer? Sudah barang tentu, ya! 

Konten yang ditayangkan tidak hanya berkesempatan dikonsumsi oleh lebih banyak orang, tetapi membuka peluang melakukan personal branding ataupun memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada khalayak melalui konten positif.

Di sisi lain, pencapaian ini menjadi turning point bagi Kompasiana untuk segera memperbaiki lini yang masih belum optimal. 

Kami menyadari bahwa derasnya saran dan kritik kepada Kompasiana menandakan produk ini harus terus berbenah di banyak hal, misalnya menyangkut pengelolaan konten, komunitas dan loyalty program seperti K-Rewards. Begitu juga soal bisnis model Kompasiana yang rasanya akan saya ceritakan juga di lain kesempatan.

Melalui catatan ini, saya mengundang Kompasianer memberikan masukan konstruktif atau sekadar kritik ke email saya: nurulloh@kompasiana.com. Meskipun tidak dapat merespon satu-persatu insight yang masuk, saya bisa pastikan akan jadi pertimbangan dalam tiap pengembangan Kompasiana. 

Di masa mendatang (InsyaAllah), kami akan mengagendakan sebuah pertemuan rutin dengan beberapa Kompasianer untuk berkumpul dan berdiskusi khusus membahas pengembangan Kompasiana. Kami ingin Anda terlibat langsung dalam tiap proses!

Terima kasih telah setia menjadikan Kompasiana medium berbagi dan berinteraksi yang atraktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun