Kini, eranya semua orang punya media. Mau tidak mau harus bermain di arena baru atau  menciptakan peluang yang sama sekali baru atau tabu di masa lalu.
Mas Rikard, menganalogikan bahwa KG tidak lagi berlayar di air yang tenang. "Kita ini ibarat sedang berlayar di tengah lautan dengan gelombang besar dan cuaca yang buruk," kata Mas Rik, panggilan akrabnya.
Salah sedikit saja dalam ruang kemudi bisa menyebabkan kapal terbalik dan karam.Â
Apakah ini akhir dari masa kejayaan raksasa bisnis media seperti KG?
Tentu tidak! Mana ada entitas bisnis yang mau menyerah begitu saja tanpa mencoba untuk berkompromi atau mengendalikan kondisi (baca: pasar). Justru, keadaan ini menjadi pemicu bangkitnya ide, gagasan dan kreativitas.
Di tengah tekanan perubahan kontur bisnis, media KG kian masif dalam pengembangan bisnis, baik optimasi traditional model maupun pengembangan produk yang adaptif.Â
Jika produk yang dijajakan bisa menjawab kebutuhan konsumen, dengan sendirinya positive feedback loop akan terbentuk.
Bagaimana dengan Kompasiana?
Saya ingin membuka bahasan kondisi Kompasiana saat ini dengan sebuah optimisme. Meskipun platform blog ini (mungkin) masih dianggap "anak bawang"---jika dilihat dari skala bisnisnya---, tetapi berdasarkan data pada pertengah tahun 2019, Kompasiana "as a product" memasuki ke performa terbaiknya sejak diluncurkan pada 2008 silam.
Parameternya jelas menyangkut jumlah pembaca, pengguna baru, pengguna aktif, jumlah interaksi berupa komentar dan jumlah konten serta lainnya---yang tidak akan saya breakdown dalam catatan ini.
Jumlah pembaca (pageviews) menurut Google Analytics (GA) sejak Maret 2019 tembus di angka 38 juta dan 46 juta pageviews pada bulan lalu. Sejak November 2013, di mana trafik pembaca Kompasiana baru tercatat di GA rata-rata di bawah 30 juta perbulan.