Kompleks olahraga seluas 360 hektar ini dibangun dengan biaya yang cukup besar sejak mulai dibangun pada tahun 90-an. Dana yang dikeluarkan untuk membangun segala fasilitas dan merenovasi beberapa arena menyambut Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang lebih dari 30 triliun rupiah.
Namun, masifnya pembangunan sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung dalam penyelenggaraan Asian Games 2018 ini masih menyisakan keraguan besar terutama nasib perawatan segala hal dari apa yang sudah dibangun.Â
Jangan sampai pengalaman Riau menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 silam berulang. Sarana dan prasarana yang dibangun saat itu dalam kondisi yang memilukan saat ini. Dibiarkan tak terurus sebagaimana diwartakan banyak media.Â
Rupiah yang tidak sedikit yang dikeluarkan pemerintah demi suksesnya Asian Games 2018 itu diyakini akan menghasilkan keuntungan dengan tumbuhnya ekonomi ke arah positif. Hal tersebut merupakan optimisme dari Kementerian Keuangan RI.
Meskipun begitu, tidak semua biaya pembangunan fasilitas dan kebutuhan Asian Games 2018 berasal dari kantong negara. Perusahaan Asia Pulp and Paper (APP) Sinar Mas yang menjadi mitra utama mengucurkan dana bantuan USD 4 juta atau senilai 56 miliar rupiah dan secara terpisah menggelontorkan dana sebesar 27 miliar rupiah khusus untuk membangun sarana olahraga boling bersama pihak Pertamina yang juga menjadi bagian dalam sponsorship.
Selain harga sewa yang murah, semua fasilitas pendukungnya berskala internasional.
Di tempat ini saya berjumpa dengan sepuluh bloger Kompasiana asal Palembang yang tergabung dalam komunitas Kompasianer Palembang (Kompal) yang juga diundang oleh APP Sinar Mas untuk mengunjungi bowling center dan area konsesinya di Sungai Baung, Sumatera Selatan.
Puluhan jurnalis dari berbagai media nasional dan lokal juga turut ambil bagian dalam rangkaian acara ini.Â
Sebagai perusahaan yang beroperasi di kawasan Provinsi Sumatera Selatan, selain memberikan dana sponsorship, APP Sinar Mas menginisiasi beberapa program dukungannya dalam menyukseskan perhelatan besar olahraga se-Asia ini. Salah satunya melalui program fire management dalam penanggulanan kebakaran hutan dan lahan (Kahutla).
Program tersebut memiliki slogan "No fire, no haze".