Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dari Belanda ke Jogja untuk Dirikan "Camp"

12 Februari 2014   07:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:55 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah guyuran hujan deras yang belakangan sering menyapa Jakarta, Alfa bercerita tentang studinya di negeri Belanda. Sudah lama saya tidak bertemu kawan lama ini. Terakhir, hampir 3 tahun lalu di sebuah mal di dekat Budaran HI, Jakarta. Pertemuan di sebuah warung kopi di Senopati itu seakan memupuk semangat untuk semakin cinta dan berbakti kepada tanah air. Bukan membangga-banggakan masing-masing pribadi, obrolan kami justru menyentuh hal klasik di negeri ini, pendidikan!

Jika mengingat bunyi pasal 31 UUD, kita dengan bangga hati dan yakin akan pendidikan setiap anak manusia yang terlahir sebagai warga negara Indonesia yang sudah terjamin. Semua ditanggung dan menjadi kewajiban negara! Tetapi, bukan Indonesia kalau semua dimplementasikan secara nyata. Sebagian orang---termasuk saya---menganggap bunyi pasal tersebut hanyalah kicauan semu sebuah negara yang masih memiliki ribuan sekolah dengan loteng dan bangku keropos ini.

Kembali ke obrolan malam itu. Singkat kata, Alfa cerita banyak soal pendidikan---sekaligus bertanya tentang perkembangan organisasi yang saya rintis, Komunitas Teplok. Bersama teman-temannya di Jogja, tempatnya kuliah dan tinggal, dia membuat suatu lembaga atau yayasan yang memiliki tujuan membantu anak-anak kurang mampu dalam mengakses pendidikan formal.

[caption id="attachment_321939" align="aligncenter" width="500" caption="Camp Foundation Booklet/Dok. Alfa"][/caption]

Yayasan tersebut diberi nama Camp Foundation. Yayasan pendidikan yang didirikan di penghujung tahun 2013 ini memiliki visi dan misi yang seharusnya diemban oleh negara, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangan berpikir muluk dulu. Kekuatan dan skala yayasan ini belum sekuat dan sebesar Kementerian Pendidikan atau lembaga pendidikan lainnya. Niat dan tujuan mereka lah yang menjadikan Camp Foundation pantas memiliki visi dan misi tersebut.

Dari Belanda ke Jogja

Satu hal yang membuat saya tertarik dengan anak-anak muda yang sebagian besar menghabiskan waktu semasa sekolahnya di negeri kincir angin ini adalah tekad untuk berbakti kepada masyarakat. Meskipun mereka kerap berada jauh di benua biru, hati dan cita-citanya masih terurai di Indonesia, tepatnya di Jogjakarta.

Alfa, Anggia, Chita, Diah Paramitha dan Joshua adalah lima serangkai pendiri Camp Foundation dan sebagian besar dari mereka sebelumnya tidak berada di Jogja sebagai basecamp yayasan ini, tapi di Belanda. Dengan merekrut para relawan yang memiliki visi dan misi yang sewarna, Camp Foundation akhirnya dapat dikelola dengan baik oleh tangan-tangan yang profesional.

[caption id="attachment_321935" align="aligncenter" width="614" caption="Founder Camp Foundation: (dari kiri ke kanan) Dyah Pramitha, Alfa, Joshua, Anggia dan Chita"]

13920992491390743363
13920992491390743363
[/caption]

Menggali ilmu di negeri orang bukan berarti melupakan jasa negeri sendiri. Mungkin begitu arah pikiran mereka sehingga berbakti dan mengabdi ke masyarakat adalah pilihan dan tugas yang mulia sekaligus sebagai suatu bentuk balas budi.

Belajar dari Kegagalan

Sebelum merintis dan mendirikan Camp, sebenarnya mereka pernah juga terlibat dalam suatu yayasan serupa. Tetapi, karena pengelolaan yang tidak optimal, akhirnya bubar. Berbekal dari situlah, Camp berdiri. Segala kekurangan dan kegagalan di masa sebelumnya akan dijadikan fondasi dan pengalaman utama dalam mengelola Camp.

[caption id="attachment_321938" align="aligncenter" width="500" caption="Relawan Camp foundation/Dok. Alfa"]

13920995611808742396
13920995611808742396
[/caption]

Konsep yang mereka sajikan dalam yayasan pendidikan ini pun serupa dengan yayasan sebelumnya. Hanya saja, tekad dan niat yang makin terpupuk membuatnya berbeda.

Menanggung Biaya Sekolah

Siapa saja yang mereka bantu? Alfa dengan tegas menjawab, "orang miskin dan mau sekolah!". Alasannya karena banyak orang-orang yang tidak mampu secara material dan memiliki kendala dalam pembiayaan sekolah. Dia juga menjelaskan bahwa orang-orang yang memiliki prestasi sudah sering menerima beasiswa dan bantuan, tetapi untuk orang-orang miskin kadang mereka termarjinalkan, padahal motivasi mereka tak kalah dengan yang lain.

Untuk mencari anak-anak yang ingin dibantu, mereka memiliki proses seleksi dan verifikasi. Tidak sembarang anak dapat dibantu. Mereka memulai mencari dengan mendatangi langsung sasaran penerima bantuan dan bisa juga melalui rekomendasi orang lain. Hal yang paling penting adalah anak tersebut ingin bersekolah dan tidak mampu. Penerima bantuan tersebut mereka beri nama anak asuh. Sedangkan pemberi bantuan atau donatur disebut sebagai orang tua asuh.

Camp Foundation memberikan beasiswa dengan nilai 80 persen dari uang SPP yang harus dibayarkan oleh seorang anak asuh. Di usianya yang kurang dari setengah tahun ini, Camp Foundation memiliki tiga anak asuh dan menargetkan untuk mendapatkan 9 anak asuh sampai dengan akhir tahun ini.

Mengawali bulan Februari lalu, mereka mengadakan sebuah pertemuan atau bisa dibilang pra-peresmian Camp Foundation. Mereka sengaja membuat pertemuan ini untuk menggandeng para donatur atau steakholder yang potensial serta memberikan penjelasan utuh tentang keberadaan Camp Foundation.

[caption id="attachment_322085" align="aligncenter" width="442" caption="Pra-peluncuran Camp Foundation, Sabtu (1/2/2014) di Yogyakarta"]

1392169362496659860
1392169362496659860
[/caption]

Sebelumnya, mereka juga pernah membuat program fund rising demi mengumpulkan pundi-pundi materi yang nantinya digunakan untuk donasi. Bentuk bantuan yang bisa diberikan pun ada dua macam bentuk donasi, yakni secara individual atau korporat.

Di bulan Maret nanti, rencananya mereka juga akan membuat suatu pertemuan atau bisa dikatakan peluncuran segala aktifitas dan kegiatan Camp dimulai. Jika ada yang berminat untuk hadir bisa akses website mereka di di camp-foundation.org atau ikuti perkembangannya dengan follow @Camp_Foundation dan like CampFoundation di laman Facebook.

Setumpuk harapan pantas disematkan pada Camp Foundation untuk memberikan tiket pendidikan kepada yang membutuhkan dan jika itu terjadi, apa yang dikatakan Malcolm X bahwa, "pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkan dirinya sejak hari ini", akan menjadi pedoman dan jati diri Camp Foundation.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun