Mohon tunggu...
Nurul Layli
Nurul Layli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aktivis Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelecehan Seksual oleh Perempuan, Semakin Tercerabutnya Fitrah Keibuan

10 Februari 2023   14:58 Diperbarui: 10 Februari 2023   15:15 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah penulis

Beberapa hari yang lalu, publik ramai memperbincangkan kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang wanita berinisial NT di Rawasari, Alam Barajo, Jambi. Dilansir dari regional.kompas.com, jumlah korban pelecehan seksual mencapai 17 orang anak yang berusia 8 hingga 15 tahun dan kebanyakan korbannya ialah laki-laki.

Pelecehan seksual tersebut dilakukan di kediaman sang pelaku pada beberapa tempat, seperti kamar pribadi, ruangan belakang, kamar mandi, dan ruang tamu. Pelaku juga memiliki rental playstation (PS) di rumahnya. Ketika korban bermain playstation, pelaku menutup rumahnya dan melancarkan aksinya.

Sungguh miris, bagaimana bisa seorang wanita bahkan seorang ibu melakukan hal keji semacam itu terhadap anak-anak? Ibu yang merupakan sosok mulia dan penyayang serta pendidik bagi generasi, bagaimana mungkin tega berbuat demikian?

Jika kita melihat fakta hari ini, kasus pelecehan seksual sebenarnya sudah terjadi berulang kali. Bahkan masih banyak ditemui dan kasusnya bertambah lagi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ada banyak faktor yang menjadikan seseorang melakukan pelecehan seksual, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal.

Faktor internal berasal dari individu itu sendiri. Adanya kasus pelecehan seksual merupakan dampak dari bebasnya pergaulan serta tidak adanya pemahaman tentang pergaulan yang sesuai dengan syariat. Dalam bergaul, seseorang tidak lagi menggunakan batasan yang ada sehingga wajar jika sampai melakukan perbuatan keji.

Faktor lemahnya iman juga menjadikan seseorang sulit dalam mengendalikan hawa nafsunya. Ketika hasrat itu muncul, seseorang tidak mampu menahannya bahkan melampiaskannya tanpa mengenal waktu, tempat dan orang. Sungguh miris kondisi umat muslim bahkan muslimahnya hari ini, yang semakin kehilangan sifat malu serta penjagaan terhadap kehormatannya. Terlebih dalam kasus ini, pelaku adalah seorang ibu. Dan bisa kita saksikan, kurangnya pemahaman akan Islam juga akhirnya mencerabut fitrah keibuan dari seorang wanita.

Selain faktor internal, ada faktor eksternal yang memengaruhi seseorang berbuat pelecehan seksual. Salah satunya adalah bebasnya media informasi hari ini yang banyak mengandung konten pornografi. Bahkan konten semacam itu bebas tayang dan mudah diakses oleh pengguna internet. 

Dengan demikian, wajar jika akhir-akhir ini marak terjadi kasus pelecehan seksual maupun perzinahan. Sebab seseorang yang menyaksikan konten pornografi bisa jadi membuatnya ingin mencoba hal tersebut.

Kontrol dari masyarakat yang lemah juga bisa menjadikan kasus semacam ini semakin marak. Sikap individualis pada masyarakat menjadikan mereka hanya fokus pada urusan masing-masing. Tidak ada aktivitas untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah dari keburukan. Maka wajar banyak kasus yang terjadi dan berhasil diungkap ketika kasus sudah dalam tahap yang parah.

Semua faktor tersebut merupakan imbas dari tatanan kehidupan saat ini yang jauh dari agama. Agama dipisahkan dari kehidupan (sekularisme). Agama hanya digunakan dalam urusan ritual semata, dan diabaikan dalam pengaturan kehidupan. Walhasil, masyarakat tidak lagi hidup berdasarkan aturan syariat. Melainkan hidup dengan asas kebebasan dan menjadikan orientasi hidup hanya untuk meraih manfaat.

Konten pornografi pun terus-menerus diproduksi karena dirasa mendatangkan banyak keuntungan. Walaupun bisa merusak moral masyarakat, tapi jika mampu menghasilkan cuan akan terus digencarkan. Inilah mindset kapitalistik yang mewarnai kehidupan masyarakat hari ini. Semua didasarkan pada keuntungan dan manfaat duniawi tanpa memandang lagi halal dan haram. Oleh karena itu, wajar jika kondisi masyarakat hari ini rusak dan semakin tak manusiawi.

Tentu kondisi semacam ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut dan harus segera ditemukan solusi tuntasnya. Sudah sepatutnya, sebagai manusia mengembalikan segala pengaturan kehidupan kepada Sang Pencipta. Allah, Tuhan Semesta Alam telah memberikan seperangkat aturan bagi manusia untuk menjalankan kehidupannya melalui sebuah dien sempurna yaitu Islam.

Islam tidak hanya mengajarkan persoalan akidah dan ibadah. Memang Islam akan menjadikan seseorang memahami hakikat hidupnya. Menjawab pertanyaan mendasar tentang darimana ia berasal, untuk apa ia hidup di dunia, dan akan kemana ia setelah mati. Dan itu akan menumbuhkan keimanan yang kuat dalam diri seorang hamba.

Keimanan yang kuat itu juga akan menjadikan seseorang memahami apa peranannya dalam kehidupan, termasuk menjadi seorang ibu. Islam akan membentuk para muslimah menjadi sosok ibu yang memiliki kriteria sebagai berikut (1) Sosok yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi; (2) Memahami anak adalah amanah dari Allah Ta'ala; (3) Seorang ibu harus paham bahwa anak adalah aset perjuangan dan masa depan umat; dan (4) Seorang ibu harus memiliki kesadaran politik Islam.

Namun selain itu, Islam juga mengatur seluruh urusan kehidupan termasuk urusan pergaulan. Islam telah mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan dengan batasan-batasan syariat. Hal demikian tentu akan menjaga kehormatan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Di samping itu, Islam juga menjadikan suasana yang ada dalam masyarakat dengan suasana yang Islami. Dengan demikian, akan tercipta lingkungan yang kondusif dan penuh dengan nuansa ketaatan.

Islam juga mengatur terkait sistem informasi di sebuah negara. Konten yang ditayangkan pastinya konten kebaikan yang penuh dengan kemanfaatan. Bukan konten yang merusak seperti kebanyakan konten hari ini. Sehingga dengan melaksanakan semua solusi Islam tersebut, maka akan terwujud sebuah tatanan kehidupan baru yang Islami, Tatanan hidup yang mampu membawa kebaikan serta keberkahan bagi seluruh alam.

Tatanan hidup semacam ini tentu menjadi harapan bagi seluruh masyarakat. Namun, ia tidak akan bisa diterapkan dalam kehidupan yang sekuler seperti hari ini. Untuk menerapkannya dibutuhkan sebuah institusi yang memang menjadikan Islam sebagai asasnya. Sebuah negara yang akan menjamin diterapkannya syariat Islam dalam kehidupan, yang secara fiqih disebut dengan Khilafah Islamiyah. Wallahu a'lam bishawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun