Kenakalan remaja yang berujung pada tindak kriminal kini menjadi perhatian serius di berbagai daerah. Akhir-akhir ini, kita dihadapkan pada fenomena tindakan kekerasan yang dilakukan oleh remaja dan bahkan masih anak dibawah umur. Mereka berlaku bak "jagoan jalanan" yang justru jadinya berujung pada tindak kriminal. Faktor yang memicu mereka melakukan tindakan kekerasan ini beragam, mulai dari rasa dendam, mengganggu wilayah, hingga masalah sepele yang diperparah karena mempunyai sifat merundung yang kuat. Tindak kekerasan seolah menjadi pilihan utama yang diambil oleh anak remaja agar masalah cepat terselesaikan, meskipun nyawa menjadi taruhannya.Â
Seperti cerita memilukan yang menimpa anak remaja siswa SMK Bina Warga berusia 16 tahun bernama Arya Saputra di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada hari Jum'at, 10 Maret 2023 bermula saat Arya hendak menyebrang jalan, tiba-tiba ia diserang dengan senjata tajam oleh tiga pelaku yang mengendarai sepeda motor, hingga nyawanya tidak tertolong. Hati orang tua korban tentu hancur lebur, karena anak kesayangannya harus meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Bisa dibilang Arya Saputra merupakan korban kekerasan anak remaja tanpa alasan yang jelas. Pasalnya saat diserang oleh pelaku, Arya tidak terlibat dalam hal negatif, melainkan Arya hanya menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Ketika itu, ia sedang pulang sekolah dengan gembira, berjalan kaki bersama teman-temannya dan hendak menyebrang jalan di dekat lampu merah. Tentunya untuk pulang ke rumah, ke pelukan kedua orang tua tercinta.Â
Tapi siang itu, nyatanya Arya tak pernah sampai ke rumah, juga tak kembali ke pelukan orang tuanya. Terlalu sadis! Terlalu memilukan! Dan menyakitkan, tiba-tiba dari arah belakang, korban disabet menggunakan senjata tajam berupa pedang. Kemudian, pelaku yang bonceng di tengah langsung membacok korban yang sedang jalan kaki bersama ke empat temannya. Arya pun mengalami luka serius di bagian wajah hingga leher. Beliau sempat berjalan tergontai-gontai dengan menahan rasa sakit menuju ke arah gang dalam posisi terluka sangat parah. Dan akhirnya jatuh di depan gang, setelah sudah tidak kuat menahan rasa sakit. Temannya yang melihat kejadian tersebut langsung teriak untuk meminta pertolongan pada warga di sekitar. Mereka pun langsung menolongnya dan juga segera memanggil ambulans.Â
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, beliau sempat dituntun untuk membaca kalimat syahadat oleh seorang warga bernama Euway. Euway mengatakan, saat itu korban hanya bisa merintih kesakitan, dan Euway pun minta korban untuk membaca syahadat-Nya di dalam hati sampai akhirnya korban meninggal dunia. Melihat Arya terkapar di pinggir jalan setelah diserang oleh para pelaku, yang kemudian diketahui juga mereka merupakan para anak remaja dibawah umur. Setelah melakukan aksinya, tiga pelaku itu langsung kabur ke arah Kota Bogor dengan memakai sepeda motor. Saat ini 2 pelaku sudah berhasil tertangkap dan polisi masih berusaha menangkap 1 pelaku lainnya.
Menurut keterangan saksi korban, Arya Saputra bahkan dipastikan sama sekali tidak menyangka akan diserang dari belakang dengan senjata tajam oleh para pelaku. Saksi yang melihat kejadian yang menimpa Arya menyatakan, bahwa para pelaku merupakan siswa dari sekolah yang berbeda dengan sekolah korban.Â
"Nah si pelaku mungkin dia pas siang akan berangkat, kita tidak perhatikan hanya yang jelas si korban ini tidak tahu bahwa di belakangnya ada musuhnya." Ujar Andre (Saksi).
Jenazah Arya Saputra, yang menjadi korban kekerasan anak remaja, dimakamkan di tempat pemakaman umum Kampung Cijujung, Jembatan Pari, Desa Cijujung, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.Â
Isak tangis keluarga tak terhindarkan, tak ada orang tua yang hatinya tak remuk melihat anak kesayangan mereka meregang nyawa tanpa sebab.
Pemakaman Arya pada Sabtu pekan lalu dihadiri bukan hanya oleh keluarga, tetapi juga oleh kerabat, dan teman sekolah, bahkan banyak warga yang tidak mengenal Arya pun ikut mengantarkan Arya ke tempat peristirahatan yang terakhir. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa Arya Saputra dikenal sebagai anak yang baik dan tidak pernah terlibat konflik dengan siapa pun. Bahkan tetangganya mengenal Arya sebagai anak yang berbakti kepada orang tua.
"Anaknya tidak pernah macam-macam, pergaulannya hanya di lingkungan sini saja, berkumpul, bergaul, dia baik. Bahkan sampai disegani seperti sekarang ini meninggal saja sampai dari mana-mana datang, termasuk bapak, ibu Camat datang, pak Lurah dan ibu Lurah juga datang." Ucap Sri Indari (Tetangga Korban).Â
Dan belum lama ini diketahui polisi telah berhasil menangkap 3 pelaku kekerasan dengan senjata tajam yang merenggut nyawa Arya. Namun, polisi menyatakan masih ada pelaku utama yang hingga kini masih buron. Pelaku utama ini adalah residivis penjambretan, sedangkan motif kekerasan yang menghilangkan nyawa Arya, polisi mengungkap adalah dendam siswa antar sekolah yang sudah terjadi dari tahun ke tahun. Ditambah ada provokasi dari salah satu siswa yang berada di satu sekolah dengan Arya yang memicu para pelaku melakukan kekerasan secara acak kepada Arya.
"Itu informasinya sudah terjadi sebelumnya, oleh karena itu perlu peran kita bersama untuk melakukan upaya mitigasi dan pencegahan. Para pelaku ini yang sudah diamankan itu dari sekolah yang sama, yang nantang itu di live Instagram sebenarnya adalah orang berinisial A. Saat itu pada hari Jumat dicari-cari oleh pelaku tidak ketemu, sehingga pelaku mencari sasaran lain." Ucap Kombes Bismo Teguh Prakoso (Kapolresta Bogor Kota).
Tindakan kekerasan oleh anak remaja kini tidak bisa dipandang sebelah mata. Tindak kekerasan oleh anak remaja kali ini bahkan dipicu oleh hal yang sangat-sangat sepele. Tindak kekerasan anak remaja dipicu oleh hal yang sama sekali tidak berarti, ini menandakan ada yang salah dengan pola asuh mental anak-anak remaja ini.
Penting sekali bagi masyarakat, terutama orang tua, pendidik, dan pemerintah, untuk dapat bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif remaja. Penguatan nilai moral, pendidikan karakter, serta pendampingan psikologis harus menjadi prioritas. Selain itu, penegakan hukum yang tegas harus diimbangi dengan program rehabilitasi yang mampu mengarahkan remaja ke jalan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H