Mohon tunggu...
Khusna
Khusna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibrah dari Diharamkannya Seorang Anak Laki-laki Menikah dengan Ibu Kandungnya Sendiri

27 November 2023   13:49 Diperbarui: 29 Oktober 2024   19:59 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat An-Nisa ayat 22 berkaitan dengan kejadian pada masa Rasulullah SAW ketika seorang lelaki bernama Ghailan bin Jarir menikahi wanita yang telah dinikahi oleh ayahnya, tanpa sepengetahuan ayahnya sendiri. Ayat ini diturunkan untuk menegaskan larangan praktik pernikahan yang tidak etis dan melibatkan pelanggaran hak-hak keluarga. 

Hal tersebut dianggap keji, dibenci oleh Allah, dan merupakan jalan yang sangat buruk.

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang berperan penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin mengatur tatanan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat yang penuh dengan kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan di dunia maupun akhirat.

Larangan yang tercantum dalam Q.S An-Nisa ayat 22 tentang diharamkannya seorang anak laki-laki menikahi wanita yang pernah dinikahi oleh ayahnya (ibu) baik itu ibu kandung maupun  ibu tiri tentu sejatinya membawa kemaslahatan bagi umat manusia. Bisa dibayangkan, jika Allah SWT tidak melarang pernikahan ini pasti akan terjadi kekacauan dalam ikatan keluarga. Jika pernikahan ini terjadi, tentu pernikahan ini sangat buruk menurut syariat dan tidak bisa diterima akal sehat.

Ketentuan yang ada dalam ayat ini menghapus peristiwa yang terjadi pada masa lampau, dimana orang arab jahiliyah dahulu menikahi ibu kandung atau ibu tiri mereka ketika ayah mereka telah wafat. Ayat ini memberikan pedoman jelas tentang etika pernikahan dan menekankan pentingnya menjauhi praktik-praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan moral dalam Islam. 

Poin yang dapat diambil dari ayat ini adalah:

1.Pembatasan pada Pernikahan Masa Jahiliyah

Ayat ini secara tegas mencatat bahwa pengecualian untuk menikahi wanita yang pernah menjadi istri ayah hanya berlaku pada masa Jahiliyah. Hal ini mencerminkan upaya Islam untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai pernikahan, serta membersihkannya dari praktik-praktik tidak etis yang ada pada zaman sebelumnya.

2.Keji, Dimurkai, dan Jalan Paling Buruk

Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa menikahi wanita yang pernah menjadi istri ayah merupakan perbuatan yang keji, sangat dimurkai, dan merupakan jalan yang paling buruk. Ungkapan ini menegaskan betapa seriusnya larangan tersebut dan memberikan pemahaman bahwa tindakan semacam itu tidak dapat diterima dalam norma-norma keagamaan.

3.Pentingnya Menghormati Batasan-batasan Etika

Surat An-Nisa' ayat 22 mengingatkan umat Islam tentang pentingnya menghormati batasan-batasan etika dalam pernikahan. Hal ini mencakup larangan terhadap praktik-praktik yang melanggar hak-hak individu dan mengakui pentingnya menjaga keberlanjutan nilai-nilai keadilan, kehormatan, dan kesucian dalam institusi pernikahan.

4.Pelajaran tentang Keadilan dan Moralitas

Ayat ini dapat dianggap sebagai pelajaran yang mendalam tentang keadilan dan moralitas dalam Islam. Dengan menunjukkan larangan tegas terhadap pernikahan yang tidak etis, Islam menekankan perlunya menjaga kehormatan dan hak-hak individu. Ini juga mencerminkan prinsip-prinsip keadilan dan persamaan dalam Islam, di mana setiap individu memiliki hak-haknya yang harus dihormati.

Larangan ini bukan hanya sebagai aturan formal, tetapi sebagai panduan untuk menciptakan masyarakat yang adil, bermoral, dan penuh dengan kehormatan.

Ayat tersebut menekankan larangan menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayah sendiri, kecuali dalam kejadian masa lalu. Pesan moral yang dapat diambil adalah menghormati norma-norma sosial dan etika pernikahan. Larangan ini mendorong kesadaran akan nilai-nilai keluarga dan menghindari tindakan yang dapat merusak hubungan keluarga sendiri.

Kesimpulan dari ayat An-Nisa ayat 22 adalah larangan menikahi wanita yang telah dinikahi oleh ayah sendiri, Asbabun Nuzul ayat ini berupa teguran dalam situasi yang sudah terjadi di masa lalu (Jahiliyah). Hal ini menekankan pentingnya menghormati batasan-batasan pernikahan dan etika keluarga dalam masyarakat Islam.

Sejatinya tujuan pernikahan sendiri dalam Islam adalah untuk mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Hal ini tak lain untuk menghasilkan sebuah generasi berkualitas yang tumbuh dari keluarga yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang. Oleh karena nya Allah membuat segala ketentuan dalam pernikahan tak lain untuk kemaslahatan manusia itu sendiri 

Dosen Pengampu: Dr. Hamidullah Mahmud, M.A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun