Mohon tunggu...
Nurul Khafidah
Nurul Khafidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - seorang mahasiswa

nama nurul khafidah, seorang mahasiwa di IAIN Pekalongan umur 20 tahun,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pro-kontra Kajian Barat atas Al-Qur'an

17 Oktober 2022   21:25 Diperbarui: 17 Oktober 2022   21:36 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berawal dari bangsa baratyang mulai dengan penerjemhan terhadap al-Qur'an. Bangsa barat mulai berkembang akan pembahasan terhadap al-Qur'an dan semakin lama menjadi studi kritis terhadap al-Qur'an itu sendiri. Peter the Venerable dan Abbot of Clury merupakan orang pertama yang menerjemahkan al-Qur'an kedalam Bahasa latin yang kemudian terjemahan itu disempurnakan oleh Robert of Ketton pda tahun 114 M dan diterjemahkan pada tahun 1543 untuk pertama kalinya. Setelah terjemahan itu kemudian banyak terjemahan al-Qur'an yang dalam banyaj Bahasa lainya.

Kajian terhadap al-Qur'an mulai menarik perhatian dikala Theodor Noldeke menulis buku sejarah tentang al-Qur'an dengan judul Geschichte de Qoranm/Tarikh al-Qr'an, The History f The Qur'an. Pada tahun 1388 muncullah sebuaah karya dari Abraham Geiger yang berjudul "Wat Hat Mohammed aus dem Aufgenommen (Apa yang Muhammad Pinjam dari Yahudi?) yang mengawali gagasan bangsa Barat untuk melacak sumber-sumber al-Qur'an. Kaya ini pada awalnya berbahasa Jermanyang kemudian diterjemahkan kedalam baha inggris oleh F. M. Young pada tahun 1896 dengan judul Juaism And Islam. Karya ini dipandang sebagai karya akademik pertama dan perkembangan penting dalam studi kritis tentang Muhammad dan asal-usul Islam. Sebagian sarjana barat menganggap bahwa al-Qur'an telah dipengaruhi oleh tradisi Yahudi-Kristen yang memiliki kesamaan.

Selain dari kalangan Yahudi, juga bermunculan para sarjana Kristen yang tidak mau kalah mengeni kajian mengenai pengaruh al-QUR'AN dari aajaran Kristen. Diantaranya ada Siegmund Fraenkel pada tahun 1925, Hartwig Hirschfeld tahun 1934.

A.Latar Belakang Kaum Orientalis Melakukan kajian kritis akan al-Qur'an

Penyebab yang mungkin menjadi landasan orientalis mengkaji al-Qur'an da dua hal. Pertama, kebencian Bara atas al-Qur'an. Kedua, penilaian negative terhadap Nabi Muhammad. Dua hal itu yang dianggap M. Muzayyin sebagai dasar terjadinya ketertarikan Barat mengkaji al-Qur'an dan dua hal tersebutlah yang memiliki kecenderungan pada factor pemikiran yang subjektivitas dan jauh dari nilai-nilai kejujuran.

1.Kebencian terhadap al-Qur'an

Sebuah mindset yang tertanam dalam pemikiran orng-orang Barat daari generasi ke generasi yang mmenyatakan bahwa al-Qur'an bukan firman Tuhan melainkan karangan Muhammad. Hal ini dapat dipahami dalam sejarah konflik keagamaan yang berlangsug sejaklama. Kristen vs Islam ang berujung kepada kebencian akibat perang salib. Akibatnya, ketika mereka membenci agama Islam, maka mereka pun akan membenci kitab suci yang menjadi sumber dari asas umat Isam.

Harus diakui bahwa jika dilihat dari jauh, al-Qur'an memang mengkritisi beberapa dokrin yang ada dalam agama Kristen. Seperti dalam surat al-Maidah ayat 72. "sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata sesungguhnya Allah ialah al-Masih putera Maryam." Dalam surat yang sama ayat 73 dan at-taubah ayat 31 "Sesungguhnya kafirlah oraang-orang yang menyatakan bahwa Allah satu dari yang tiga."

Hal tersebutlah yang membuat kalangan Kristen marah. Oleh sejak itu alQur'an bukanlah sebagai kalam Ilahi. Mereka menjadikan Bibel sebagai tolak ukur untuk menilai al-Qur'an. Menurut pandangan mereka, jika isi al-Qur'an bertentangan dengan kandungan Bibel, maka al-Qur'an yang salah. Sebabnya bagi mereka Bibel adalah God's Word, yang tidak mungkin salah dan karena al-Qur'an berani mengkritik dengan sangat tajam kata-kata Tuhan di dalam Bibel, maka al-Qur'an bersumber dari setan.

Theodor Nldeke berpendapat bahwa banyak kekeliruan dalam Al-Qur'an yang disebabkan oleh "kebodohan Muhammad" tentang sejarah awal agama Yahudi dan beberapa aspek yang sangat terpengaruh oleh agama tersebut. Salah satu sarjana Barat yang mengklaim pengaruh Yahudi terhadap Al-Qur'an adalah John Wansbrough (w. 2002) dalam buku Quranic Studies: Sources and Methods of Scriptural Interpretation(1977). Ia mengatakan bahwa Al-Qur'an (bahkan hadis) berasal dari hasil kontroversi sektarian Yahudi-Kristen dalam kurun waktu lebih dari dua abad. Hal tersebut secara fiktif diproyeksikan sebagai temuan orisinal bangsa Arab. Bahkan ia mengatakan bahwa "doktrin ajaran Islam secara umum, bahkan ketokohan Muhammad, merupakan bentuk pengaruh kependetaan agama Yahudi.

2.Penilaina negtif terhdap Nabi

Image negative tentang Nabi Muhammad dalam kajian dan literatur sarjana Barat khususnya di Eropa, sudah mulai tersebar dan tampak pada tahun 1120. Nama Nabi Muhammad kemudian dirubah dengan sebutan "mahomet", atau "mahound" yang berarti sebuah ejekan untuk Nabi Muhammad, sementara "mahound" sebagaimana yang kemukakan oleh W.Monggomery Watt dalam tulisannya "Muhammad Prophet and Statesment" menyebutkan bahwa sebutan "mahound" berarti pangeran kegelapan atau nama untuk kejahatan.

Seorang pastor dari inggris, pastor Bede berpendapat bahwa Muhammad merupakan a wildman of desert (seorang manusia dari padang pasir liar. Bade mengganbarkan bahwa Muhammad merupakan sorang yang kasar, mencintai peperangan, buta huruf, serta setatus sosial yang renda, tamak akan kekuasaan ehingga dia menjadi penguasa dan mengeklaim menjadi seorang nabi.

B.Kajian Barat yang menganggap bahwa al-Qur'an sebuah kebenaran.

Studi perbandingan terhadap Al-Qur'an dengan Bibel sangat tidak sesuai karena tidak setara. Al-Qur'an dalam Islam setara dengan Isa atau Yesus dalam bahasa Kristen. Adapun Bibel yang merupakan laporan yang ditulis oleh murid-murid Isa maka ia setara dengan hadis yang merupakan laporan sahabat terhadap perkataan, perbuatan, ketetapan, ataupun sifat-sifat Nabi saw. Hal ini tidak bisa direalisasikan karena sudah masuk wilayah keimanan (belief). Dalam Islam, Al-Qur'an berasal dari Allah (Tuhan), sedangkan dalam Kristen yang berasal dari Tuhan adalah Yesus (Isa al-Masih) yang merupakan the Word of oda tau the Son of God. Tidak heran jika Harry Wolfson dalam buku The Philosophy of Kalam mengatakan bahwa pentingnya Al-Qur'an bagi Kaum Muslim dan Islam sama pentingnya dengan pentingnya Yesus bagi umat Kristen (the importance of the Qur'an for Muslim and Islam is tantamount to the importance of the person of the Jesust Christ for Christians and christianity. It has been rightly observed that the Christian consept of incarnation correspond to what one might call "illibration" in Islam).

Di sini jelas bahwa Wolfson tidak membandingkan Al-Qur'an dengan Bibel atau Perjanjian Baru (New Testament) tetapi dengan Yesus sendiri. Dalam tradisi Kristen yang menjadi wahyu adalah Yesus sendiri, dan dalam Islam wahyu itu adalah al-Qur'an. Dengan demikian, studi perbandingan antara Al-Qur'an dan Bibel merupakan kajian perbandingan yang tidak sebanding. Meskipun demikian, banyak sarjana Barat yang melakukan studi perbandingan (comparative study) antara kedua kitab suci tersebut. Ada beberapa literatur yang mengkaji teks Al-Qur'an dari segi bahasa Al-Qur'an sendiri, ataupun dengan kitab-kitab lainnya

Meskipun begitu, masih banyak sarjana yang mengkaji al-Qur'an secara serius hingga mereka memiliki kesimpulan bahwa al-Qur'an merupakan kalam Ilahi dan merupakan sebuah mukjizat. Sarjana Katolik-Kristen yang juga banyak mengkaji Al-Qur'an adalah Issa J. Boullata.23 Dia menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris, bahkan pernah menyempatkan diri memberi kuliah-kuliah dalam bidang I'jz al-Qur'n pada Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN). Salah satu buku Boullata yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah I'jz al-Qur'n al-Karm 'Abara al-Trkh, dengan judul Al-Qur'an yang Menakjubkan : Bacaan Terpilih dalam Tafsir Klasik hingga Modern dari Seorang Ilmuan Katolik. Edisi Indonesia ini diberi kata pengantar oleh Mufassir Indonesia, M. Quraish Shihab.

KESIMPULAN

Terdapat banyak sekai pro dan kontra yang didalam kajian kritis yang berkaita dengan al-Qur'an. Terlebih lagi bangsa Barat yang tampak tidak menyukai kehadiran islam. Terlebih ketika mereka menganggap bahwa al-Qur'an merupakan sebuah karya tangan dari Muhammad yang ada berdasarkan Yahudi-kristen. Kebencian yang timbul akibat permusauhan yang Panjang dalam perang salib, menjadikan bangsa Barat tidak dapat menerima al-Qur'an merupakan Kalam Ilahi. Hal ini dapat dilihat dar banyaknya kajian kritis yang mengkritik dan menyudutkan al-Qur'an. Walaupun masih banak yang membenci alqur'an. Nyatanya dari banyak bangsa barat yang juga mencoba mengkaji lebih dalam an lebih neral tentang al-Qur'an. Seingga mendapatkan kesimpulan bahwa al-Qur'an merpakan kalam Ilahi.

DAFTAR PUSTAKA

Armas, Adin, Metodologi Bibel Dalam Studi Al-Qur'an: Kajian Kritis, Jakarta: Gema Insani, 2005

Al-Azami, M.M, The History Of The Qur'nic Text From Revelation To Compilation : A Comparative Study With The Old And New Testament, Sejarah Teks Al-Qur'an Dari Wahyu Sampai Kompilasi: Kajian Perbandingan Dengan Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru, Jakarta : Gema Insani Press, Cet-Iii, 1429 H/2008. , Trj. Sohirin Solihin, Dkk

Watt, W. Monggomery, The Quest Of The Historical Mohamed, Oxford: University Press, 1962

Zarkasyi, Hamid Fahmi, Misykat, Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi, Jakarta: Insists, 2012.

Muzayyid, M, Al-Qur'an Menurut Pndangan Orientalis, Vol. 16, No. 2 Juli 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun