Mohon tunggu...
Cyber Muslimah
Cyber Muslimah Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mother of two

Mother of two Photography enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saya WNI Asli, Kenapa Laut Kami Disita?

29 November 2017   10:56 Diperbarui: 29 November 2017   11:09 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"SAYA WNI ASLI,

KENAPA LAUT KAMI DISITA"

Pada pertengahan November 2017 sekelompok nelayan di Baran, Pulau Karimun merasa resah. Pasalnya wilayah laut tempat mereka puluhan tahun mencari nafkah, akan dieksekusi oleh Pengadilan Negeri Tanjung Balai Karimun. Sekitar 50 nelayan harus meninggalkan laut dan bibir pantai Kuda Laut,  Baran tersebut. Masyarakat nelayan mempertanyakan, bagaimana mungkin wilayah laut yang merupakan milik negara dan tempat mereka selama lebih kurang 40 tahun berusaha, bisa diberikan begitu saja kepada seorang pengusaha untuk menjadi milik pribadi. Kejadian inipun tanpa melibatkan pihak RT, Lurah dan tokoh masyarakat setempat.

Di negara kapitalisme, hal yang serupa bukan tidak mungkin bisa berulang lagi pada waktu dan tempat yang berbeda.Dalam sistem kapitalisme, negara hanya berlaku sebagai fasilitator. Seseorang boleh - boleh saja membeli dan menguasai gunung, laut atau pulau sekalipun, asalkan mampu membayar. Tentu saja hal ini sangat merugikan masyarakat kebanyakan. Berlakulah sistem yang mengabaikan kesejahteraan masyarakat luas.

Dalam sistem Islam, laut tidak dapat menjadi milik pribadi. Melainkan termasuk milik umum yang kewenangan pengaturannya dilakukan oleh negara sebagai peri'ayah/pengurus masyarakat.

Sungguh masyarakat rindu akan keadilan yang haq dari Sang Pencipta, Sang Pengatur dan Pemilik Alam yang hakiki, yang hanya bisa diperoleh dengan diterapkannya syari'at Islam secara kaffah di seluruh negeri. Wallahu a'lam..

Vivi - IRT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun