Mohon tunggu...
nurul hayati
nurul hayati Mohon Tunggu... Administrasi - Mother, Wife, Civilian servant

Willing to learn and a mentality player

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Impor Sampah: Sebuah Keniscayaan atau Keharusan?

20 September 2019   22:41 Diperbarui: 20 September 2019   22:48 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: news.detik.com

Bagaimana dengan kondisi negara-negara ASEAN lainnya? Apakah negeri seberang juga bernasib sama? Indonesia menjadi negara yang bertahan tetap untuk belum bisa menolak keijakan mengimpor sampah. 

Kebijakan yang diperjuangkan negara tetangga menjadikan tumbal bagi negara kita.  Negeri jiran telah menolak secara perlahan serta mengirim balik 3.000 ton sampah plastik juga telah mencabut izin impor 114 perusahaan dan menargetkan tahun 2021 akan menyetop impor sampah. Gebrakan ini juga dilirik oleh negara Thailand. 

Tahun 2021 akan menjadi target 'zero' impor sampah plastik yang saat ini juga sedang digiatkan langkah taktis dan strategis oleh negara Thailand. Tidak mau ketinggalan, kebijakan ini juga disusul oleh negara Vietnam yang perlahan-lahan mengikuti jejak negara ASEAN lainnya. Karena yang menjadi motivasi terbesar dari negera ASEAN untuk segera menyetop impor sampah lebih kepada alasan lingkungan dan harga diri masing-masing negara.

Bukan maksud untuk mengkambinghitamkan Negara China dan negara ASEAN lainnya yang sedang gencar-gencarnya untuk tidak menjadi destinasi impor sampah seakan menjadikan Indonesia terlena dan terbuai atas bingkisan sampah yang bertonton dipaketkan dari negara maju. 

Kehendak mau atau tidaknya Indonesia menjadi tempat pembuangan akhir sampah-sampah dari negara maju terletak di genggaman tangan kekuasaan pemerintah. 

Karena komando terbesar dimiliki oleh kekuasaan pemerintah. Sejauh mana pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dapat melakukan inovasi atas sampah rumahan yang diproduksi hari-hari.

Sebenarnya upaya yang dilakukan negara berkembang untuk tidak menerima impor sampah dari negara maju sehaluan dengan dukungan zero waste. Dengan adanya kampanye penolakan impor sampah dari negara berkemang tentu negara-negara maju yang memiliki teknologi yang luar biasa canggih dapat mendaur ulang kembali sampah plastik yang dihasilkan di negara mereka. 

Juga bagi negara berkembang termasuk Indonesia yang memiliki keterbatasan teknologi terpacu dan menjadi mancis agar terus berinovasi sambil merangkak, berjalan, dan berlari hingga mencapai di sebuah titik puncak bahwa Indonesia siap untuk memaksimalkan sampah menjadi nilai tambah dan mendaurulang segala jenis sampah yang dihasilkan di Republik ini. 

Ini menjadi nilai tambah tersendiri disamping membentuk kebiasaan tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi emisi di udara dikarenakan sebagian masyarakat pedalaman masih membakar sampah rumahan juga bernilai harga jual karena sampah rumahan akan dapat dijual.

Salah satu dari banyak solusi yang saya tawarkan adalah pemerintah menggandeng pihak swasta untuk mengupgrade nilai tambah pada sampah dengan masyarakat sebagai produsen sekaligus konsumen pertama. Sehingga, sampah sebagai bahan baku bagi perusahaan yang bergerak di bidang usaha reuse sampah tak perlu lagi didatangkan dari mancanagera. 

Hanya diperlukan langkah strategis apa yang dapat ditempuh untuk bisa memaksimalkan sampah rumahan.  Kebijakan ini  dapat dilakukan melalui mitra kerjasama dengan swasta atau dengan penguatan pengawasan yang ketat  serta mandat melaui Dinas Lingkungan Hidup di setiap Kabupaten/Kota. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun