2. Tepat sasaran
Ketika tujuan untuk mengakses informasi dan berkomunikasi telah berhasil dirangkai. Pastikan kita bijak dalam memutuskan informan paling akurat. Misalkan saja, dengan tersedianya ribuan informasi dari A hingga Z tentang beasiswa kuliah di luar negri menjadikan kita kelakaban atau mungkin rakus untuk mengonsumsi informasi yang beruntai-untai.
Sangking banyaknya informasi yang kita telan, menjadikan kita pusing sendiri atas beasiswa seperti apakah yang saya perlu atau secara umum informasi apakah yang saya harus peroleh? Maka, perlunya sasaran yang tepat agar setiap detik dan menit yang kita miliki dalam mengakses informasi dan menjalinkan komunikasi terlunasi dengan puas dan maksimal.
3. Kritis pada sumber informasi
Segala jenis informasi baik berita politik, pemerintahan, hiburan, olahraga, pendidikan dan lainnya, rajin dan tekun dalam mengakses informasi saja tidak cukup. Kita dituntut untuk kritis atas setiap informasi yang diperoleh. Ini bertujuan agar kita berfikir secara kritis ketika menelaah setiap informasi yang beredar. Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk menjamin keakuratan berita yang bervarian?
Menurut hemat saya, kita dapat mengonfirmasi kembali melalui  perbandingan berita dari media yang terpercaya, selanjutnya gunakan akal sehat agar jangan sampai fakta dan berita melahirkan logika fallacy. Selanjutnya pastikan kita terapkan metode 'saring sebelum sharing'. Ini bertujuan untuk menghindari informasi yang diragukan kebenarannya tidak dikonsumsi oleh orang yang mentah-mentah ketika menelan informasi yang didapatkan.Â
4. Say no to loyal followerÂ
Khusus dunia entertain, bukan sebuah kondisi untuk menghakimi. Namun, realita mengungkap bahwa mayoritas kalangan anak muda kini terlena dengan dunia hiburan yang bertaburan dimana-mana. Terlebih dengan mudahnya akses hiburan melalui Hand phone menjadikan kadang kita terlelap akan nikmatnya hiburan yang disantap. Bukan sebuah penyesalan akan hadirnya hiburan di tengah-tengah  kita.
Namun, pandai-pandailah memilah dan memilih jangkar waktu untuk menghibur diri dengan tayangan hiburan yang disajikan. Jangan sampai waktu untuk mengakses hiburan lebih banyak dibandingkan dengan waktu untuk mengakses dan mengasah soft skill dan hard skill pada diri kita.
Pikirkan saja, secara naluriah tontotan hiburan tidak akan membuat kemampuan soft skill atau hard skill kita akan berkembang. Bahkan mungkin alasan utama bagi penikmat hiburan sebatas menjadikan diri bahagia yang menurut hemat saya waktu bersama keluarga justru jauh lebih banyak mendapatkan arti kebahagiaan itu sendiri.Â
5. Personal Branding (PB)