Mohon tunggu...
Nurul Izzah
Nurul Izzah Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

haloo peeps!

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Peran Orangtua dan Guru pada Anak Usia Dini dalam Konsep Neurosains

4 Juli 2023   08:08 Diperbarui: 4 Juli 2023   08:12 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

haloo Bundaa

Siapa disini yang menyekolahkan anaknya ditempat yang mahal agar terjamin tumbuh kembang si kecil, tetapi acuh pada anak saat dirumah? Jangann yaa Bundaa.. mari kita bahas bagaimana sih peran guru disekolah dan orangtua dirumah

GURU : Digugu lan ditiru

Orangtua : Anakmu,Amanahmu,Berkahmu.

Mungkin statement diatas dapat membuka pikiran kita siapa guru dan siapa orangtua

Mengapa Demikian?

Nah perlu kita ketahui terlebih dahulu ya bun, karakteristik anak usia dini, mereka adalah Peniru Ulung, dan unik. Maka dari itu Orangtuaadalah panutan terbesar bagi anak. Mengapa demikian? Karena perilaku dan Akhlak orangtualah yang mereka lihat,mereka dengar, dan mereka perhatikan oleh anak, hal tersebut akan secara otomatis terekam di otak si kecil. Jadi mengapa pola asuh anak penting untuk diperhatikan? karena orangtualah yang membentuk peradaban dimasa mendatang. 

Selain itu, Peran Orangtua juga sebagai sosok yang menuntun,membimbing,dan pemberi teladan pada anak. Pola asuh orangtua adalah bagaimana cara para orangtua dalam membimbing,melindungi,dan menjaga anak hingga anak memahami norma-norma yang ada dilingkungan sekitarnya.

Pada Kenyataannya beberapa orang menilai bahwa ketika kita mempelajari ilmu parenting atau pengasuhan anak mereka tidak mendapatkan pelajaran apa-apa. Memang bagi beberapa orang mengatakan jika parenting tidak ada ilmunya dan berjalan secara alamiahsaja, padahal bunda, perlu diketahui salah satu ilmunya adalah otak. Penurut para ahli neuro, otak itu menyimpan satu ilmu untuk mengasuh dan bagaimana mendidik anak kita. Didalam human Brain Development, ditemukan bahwa otak itu pasti mengalami pertumbuhan dan berkembang, berkembangnya pun tahap demi tahap sesuai dengan usia biologisnya. Biasanya, pertumbuhannya dimulai sejak 0-21 tahun ataubahkan 24-25 tahun jika mengalami keterlambatan. ternyata seluruh aktifitas sehari-hari kita semua prosesnya itu ada di neuron. 

Mari mengenal NeuroParenting, Neurosains adalah ilmu yang mempelajari sistem kerja saraf dan mempelajari tentang otak. parenting dapat kita artikan sebagai pola asuh. Nah mengapa pennting menerapkan neuroparenting? karena dapat menyatukan tiga elemen (otak-pikiran, jiwa-badan,akal-hati) saat kita berinteraksi bersama anak. Jadi bagaimana mambengun rangsangan, bagaimana memberikan stimulus pada otak anak karena pada dasarnya yang dirangsang dan diberi stimulus adalah otak anak yang bergantung pada kecerdasan anak dalam proses tumbuh kembangnya. Maka dari itu tugas orangtua adalah memberikan perhatian penuh ketika sedang bersama anak agar dapat mengerti bahasa kasih anak, sehingga dapat lebih mudah kita dalam memberikan stimulus pada anak. Sehingga, para orangtua tidak perlu memaksakan apayang kita inginkan dapat dilakukan anak dengan baik. Dan penting juga untuk orangtua memahami bagaimana tahapan perkembangan saraf otak pada anak. Sehingga saat mengajari anak, kita mengetahui apa yang terbaik dan porsi yang tepat untuk anak kedepannya. 

Lalu, Bagaimana dengan Guru di Sekolah? 

Perlu kita sadari, pendidikan merupakan Indikator penting demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik. Adapun tujuan pendidikan yang diatur dalam UU No.20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional bahwa "pendidikan nasional memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat,dalam rangka mencerdasskan kehidupan bangsa. Selain itu pendidikan Nasional juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi Individu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat berilmu,cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada Hakikatnya, pendidikan merupakan optimalisasi manusia dan seluruh potensi manusia bertumpu pada otaknya. Pada dasarnya pendidikanlah yang secara umum mengikuti jejak dalam neurosains. Adapun yang menjadi Indikator penting dalam tercapainya tujuan pendidikan, tiga diantaranya yitu : Lingkungan keluarga, Lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Didalam lingkungan sekolah terdapat peran guru dalam tercapainya proses belajar-mengajar. Peran guru bagi Anak Usia ini diantaranya :

1. Ahli Instruksional

2. Manajer

3. Konselor

4. Motivator

5. Dan Role Model

Peran Guru di Lingkungan Sekolah :

1. Membantu anak didik belajar

2. Melatih Potensi yang dimiliki setiap anak

3. Memberikan nasihat

4. Mendesain Mata pelajaran

5. Menyiapkan Tugas Rumah/PR

6. Memberikan Evaluasi pada proses belajar anak

7. Mengatur kedisiplinan anak   

Didalam Pendidikan, konsep neurosains sebenarnya sangat erat kaitannya. Di lingkungan sekolah, guru yang memahami neurosains akan lebih mudah saat mengajar dan belajar bersama anak. Selama Ini, Pendidikan Islam belum menaruh perhatian khusus terhaap neurosains. Padahal Neurosains mempunyai jejak didalam islam dan pendidikan mempunyai basis yang kuat didalam Al-Qur'an. OMaka dari itu, Penerapan konsepneurosains ini penting dalam studi kependidikan islam. Di dunia barat, Istilah neurosains sudah menjadi pedoman dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum, khususnya pada Pendidikan Anak Usia Dini dimana masa itu sering kita sebut dengan "Golden age". Adapun beberapa contoh teori belajar berbasis otak ; quantum learniosaing, contectual teaching and learning, dan brain based learning. 

Didalam Al-Quran terdapat beberapa istilah yang menggambarkan aktifitas otak, seperti : tafakkur,tadabur,dan tabashshur. Namun dalam realitanya tiga unsur tersebut belum dilaksanakan di Pendidikan usia dini. Artinya mari kita sama sama membangun kebiasaan dan lingkungan sehat bagi anak. Bermain, yang seharusnya membuat anak senang dan otak kirinya tidak aktif. bernyanyi yang seharusnya fokus pada nada dan irama justru diberikan muatan edukasi dalam lirik lagu, cerita yang seharusnya merangsang imajinsi pada anak melalui sentuhan emosi positif justru diberikan debgan dongeng mistik yang tidak ada muatan spiritualnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun