Mohon tunggu...
Nurul Izzah
Nurul Izzah Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

haloo peeps!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Garda Cendekia: Antara Cita dan Realita

25 Mei 2023   02:55 Diperbarui: 25 Mei 2023   02:57 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ing Ngarso Sung Tulodho

Ing Madya mangun karso

Tut Wuri Handayani

Itulah yang dikatakan bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara. Jika diimplementasikan di dunia nyata pendidikan, guru adalah garda terdepan generasi penerus bangsa karena sejatinya guru; di gugu lan ditiru itulah sebabnya mengapa setiap individu dituntut untuk mencari ilmu, karena setiap individu adalah guru. Secara tidak sadar, sebenarnya manusia sudah memiliki karakter terpuji sejak lahir. Namun seiring dengan berjalannya waktu, perilaku terpuji itu bisa bertahan atau hilang. Tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan ia berada. Mari kita ulik pengaruh nilai sosial budaya dan ancaman di dunia pendidikan Indonesia.

URGENSI PENDIDIKAN

Perubahan sosial merupakan suatu proses yang akan selalu ada pada masyarakat. Karena manusia memiliki akal pikiran yang berguna untuk mengubah segala sesuatu. Perubahan ini bisa bersifat individu maupun kelompok. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi yakni; teknologi,persaingan,dan peran stakeholder/pemimpin. Perubahan sosial juga disebabkan oleh unsur nilai-nilai sosial, struktur sosial,norma sosial, dan pola perilaku.  Dalam hal ini pendidikan sangat berpengaruh dalam perubahan sosial. Banyak fenomena dan hal-hal aneh tapi nyata terjadi dalam dunia pendidikan kita sebut saja “kecelakaan pendidikan”. Mari kita ambil salah satu contoh misalnya dalam proses pembelajaran di kelas terjadi kekerasan fisik dan mental terhadap siswa, sering muncul kasus pelecehan seksual terhadap siswa (anak didik) ataupun sesama teman sebaya, tindakan kekerasan hingga menyebabkan kematian. Banyak istilah yang diungkapkan oleh pakar pendidikan dalam menggambarkan betapa mirisnya pendidikan kita saat ini. Lantas jika terjadi banyaknya penyimpangan perilaku sosial siapakah yang disalahkan? Anak didik itu sendiri ataukah guru pendidik?

Menurut laporan Human Development Indeks (HDI) ,Indonesia masih berada diposisi 110 dari 177 negara. Tolak ukurnya terdapat pada pengembangan atau pembangunan manusia berdasarkan pendidikan/pengetahuan, kesehatan,dan status ekonomi. Memang dalam hal ini pendidikan yang menjadi tolak ukur kualitas suatu bangsa dan sorotan paling tajam diarahkan pada kualitas guru, sesuai dengan pasal 39 UU No. 20 tugas dan kewajiban guru adalah merencanakan pembelajaran, melakukan bimbingan, melakukan pelatihan, dan melakukan pengabdian masyarakat. Maka dari itu sudah sepatutnya kita sebagai mahasiswa solutif dalam merekontruksi apa yang menjadi problematika didunia pendidikan sekarang.

Pendidikan menurut KBBI, yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa keseluruhan dari mutu setiap perjumpaan guru dengan muridnya dapat dikatakan bermutu apabila perjumpaan itu berdampak / membantu perkembangan diri anak. Sebaliknya perjumpaan guru-murid dikatakan tidak bermutu apabila perjumpaan tersebut tidak memotivasi atau menghambat anak dalam proses tumbuh kembangnya. Kali ini kita akan mengambil contoh kasus kenakalan remaja.

PERKEMBANGAN DUNIA REAMAJA PADA ASPEK SOSIAL BUDAYA

Secara kuno, masa remaja dianggap sebagai periode “badai atau tekanan.” Pertumbuhan pada tahun-tahun awal masa puber bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk sebelumnya. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga jika sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola  perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah percintaan, masalah karir, dan lain-lain. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial. Mereka harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya pernah ada dan menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan sekolah dan keluarga. Yang terpenting dan yang tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan perilaku sosial, pengelompokan sosial, nilai nilai baru dalam pertemanan, nilai baru penolakan sosial, dan dalam seleksi pemimpin.

Masa Remaja selalu maju, pengaruh kelompok sebaya pun akan berkurang. Ada dua faktor penyebabnya :

  • Sebagian besar remaja ingin menjadi individu yang bisa berdiri diatas kakinya sendiri dan ingin dikenal mandiri, bahasa kekiniannya Independent. 
  • Pemilihan lingkup persahabatan. Masa remaja memiliki kecenderungan untuk mengurangi jumlah teman meskipun banyak yang ingin berkecimpung di komunitas gerakan sosial. maka pengaruh kelompok sosial yang besar kurang berarti dibandingkan pengaruh sahabat karibnya.

Bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi selama masa remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja mudah terpengaruh sikap teman/golongannya. Oleh karena itu, remaja yang latar belakang sosial, agama, atau sosial ekonominya berbeda dianggap kurang disenangi dibandingkan dengan remaja berlatar belakang sama/sederajat.

Nilai baru dalam penerimaan sosial bagi remaja 

Remaja mudah mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain. Tidak ada satu sifat atau pola perilaku khas yang akan menjamin penerimaan sosial selama masa remaja. Penerimaan bergantung pada sifat dan pola perilaku, yang disenangi remaja dan dapat menambah gengsi kelompok yang dipinggirkan. Begitupula tidak ada satu sifat/pola perilaku yang menjatuhkan remaja dari teman sebayanya. 

Sekarang kita kembali hubungkan dengan pendidikan, minat remaja dalam pendidikan umumnya suka mengeluh akibat banyaknya peraturan dan tugas sekolah. Mereka bersikap kritis terhadap guru- guru dan bagaimana cara guru mengajar. Besarnya minat remaja pada pendidikan, sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai loncatan. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap remaja :

  • Sikap teman sebaya
  • Sikap orangtua
  • Nilai yang menunjukkan keberhasilan akademis
  • Sikap terhadap guru  dan kebijakannya
  • Keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler
  • Dukungan sosial teman sejawatnya

Ada tiga macam remaja yang tidak berminat sekolah :

  • Remaja yang orangtuanya memiliki cita-cita tinggi yang tidak realistik terhadap anak
  • Remaja yang kurang diterima oleh teman sekelasnya
  • Remaja yang matang lebih awal yang diharapkan berprestasi lebih baik.

Maka dari itu yang harus dikuasai remaja agar terhindar dari kenakalan remaja yaitu, memahami  apa yang diharapkan oleh kelompok dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing,diawasi, seperti masa anak-anak. Remaja juga diharapkan mampu mengendalikan dirinya sendiri.

Menurut perkembangan psikologi pendidikan, perkembangan anak harus mampu dipahami oleh guru dalam rangka mengembangkan metode pengajaran. Setiap masa perkembangan, metode pendekatan yang digunakan juga berbeda. Pada tingkat anak-anak bermain adalah kunci asyik pembelajaran. Di usia remaja aktivitas pembelajarannya guru harus mampu memahami dan menjadi teman bertukar pikiran. Dapat disimpulkan salah satu upaya yang sangat penting yakni mengangkat derajat pendidikan adalah dengan menjadikan pendidikan bertumpu pada ilmu pendidikan. Sebelum mendidik kita harus menjadi individu yang terdidik.

“ilmu pendidikan adalah ilmu para pendidik”

Hidupkan kembali-jika memang benar mati

Buatlah sadar-jika memang sedang koma

Buatlah tegar dan diberdayakan-jika memang tidak berdaya

Hargai dan dihargakan-jika memang masih dianggap murah

Apa artinya pendidikan tanpa ilmu pengetahuan, apa artinya berilmu jika tidak pandai berperilaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun