Mohon tunggu...
Nurul Isrofiyani
Nurul Isrofiyani Mohon Tunggu... Penulis - Semoga Bermanfaat

Manusiakanlah manusia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengelola Perilaku Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

10 Juli 2021   23:10 Diperbarui: 11 Juli 2021   00:52 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perilaku adalah bertindak atau bermaksud dengan cara tertentu (webster new ideal distionary). Perilaku dapat berupa gerak reflek yang tidak direncanakan (kedipan mata), memiliki tujuan (menyapa orang), gerak tubuh sederhana (seperti ketika duduk) sampai dengan gerakan kompleks ( menari, drama)

Bagaimana perilaku anak yang berkubutuhan khusus?

Hampir semua yang ditulis oleh guru tentang perilaku anak berkebutuhan khusus adalah perilaku negatif. Padahal tidaak semua perilaku anak berkebutuhan khusus itu negatif. Namun yang menjadi perhatian guru untuk ditindak lanjuti adalah perilaku yang tidak sesuai ditinjau dari kualitasnya. Cara yamg paling mudah untuk melakuakn skrening pada anak kebutuhan khusus adalah melihat perilakunya. Karena itu penting untuk mendriskripsikan perilaku anak karena akan mempengaruhi aktifitas belajar mengajar. Setiap kali bertanya kepada guru reguler maka pendapat mereka selalu mengarah pada perilaku anak berkebutuhan khusus yang tidak bisa diterima.

Tidak ada perilaku yang baik dan buruk, namun kualitasnya dapat ditentukan dengan faktor usia, waktu, dan tempat perilaku itu muncul. Contohnya pada anak ABK yang suka meluda di kelas dan menyikat gigi dengan memakan pasta sikat giginya, maka yang perlu dilakukan adalah menghentikan perilaku meludah dikelas namun meningkatkan meludah saat menggosok gigi.

Fokus guru terhadap anak yang berkebutuhan khusus:

  • Meningkatkan perilaku yang kurang (deficit) perilaku devicit adalah perilaku yang diharapkan dapat bisa dimunculkan oleh peserta didik tetapi tidak muncul. Contohnya yaitu seorang anak berusia 10 tahun tidak bisa mengancingkan bajunya sendiri, sehingga dikatakan mempuinyai deficit behavior.
  • Mengurangi perilaku yang berlebihan/ excess behavior. (perilaku yang tidak seharusnya muncul tetapi muncul).

Asumsi Dalam Perilaku

Perilaku merupakan sesuatu yang dipelajari, tidak permanen namun dapat dilatih, diajarkan dan dapat diubah atau dimodifikasi. Sebagian besar perilaku merupakan hasil dari rangsangan tertentu. Misalnya pada saat ada nyamuk mengigit, maka orang akan menghindar ataupun memukulnya. Pada anak yang memiliki gangguan perilaku maka pengelolaannya haruslah spesifik sesuai kebutuhan anak. Untuk memodifikasi perilaku yang diprogramkan oleh guru disesuaikan pada kondisi dan lingkungan anak.

Prinsip Dasar Perilaku

1. Perilaku lemah ( Behavioral Deficit)

Seseorang peserta didik memiliki perilaku lemah jika ia gagal dalam menumjukan sesuatu perilaku yang dianggap sesuai dengan usia tertentu, waktu dan tempat. Pada pemberian yang langsung peserta didik gagal merespon dengan tepat meliputi :

  • Frekuensi yang diinginkan
  • Intensitas yang mencukupi
  • Dalam belum yang tidak wajar
  • Terjadi pada kondisi sosial yang umumnya diterima

2. Perilaku berlebihan

  • Perilaku berlebihan muncul diwaktu dan ditempat yang tidak tepat, namun tidak hanya anak ABK saja yang mengalami perilaku berlebihan jadi tidak berbahaya hanya saja berbahaya hanya saja yang membedakan adalah intensitas berapa banyak, dan durasi berapa lama
  • Perilaku yang membutuhkan penanganan itu seperti apa?
  • Secara terus menerus mempengaruhi proses belajar
  • Mempengaruhion proses belajar anaka lain
  • Mengganggu kelas dan menyulitkan proses belajar

Mengapa anak menunjukan perilaki yang tidak diinhinkan?

  • Mencari perhatian
  • Ketidak mampuan untuk memperoileh yang diingikan
  • Kebutuhan untuk meransang dari dalam
  • Ketidak mampuan untk dipahami

Tahapan dalam melakukan pengelolaan perilaku

  • Mengenali masalah perilaku
  • Mengamati lingkungan kejadian (kapan, dimana, dengan siapa, mengapa dan apa yang terjadi berikutnya).
  • Prioritas sasaran perilaku yang akan dimodifikasi
  • Membuat tujuan
  • Merencanakan strategi

Strategi yang dapoat dilakukan pada perilaku berlebihan

Contoh perilaku berlebihan yang dapat dikurang atau dihilangkan yaitun : melukai diri sendiri (menggit tangan, menarik rambut, membenturkan kepala, dan mencolok mata), melukain orang (menggit, mencubit, meludah, dan menarik rambut orang lain), merusak barang, dan berkata kasar/jorok.

Cara yang dapat digiunakan anatara lain:

1. Menghilangkan

Menghilangkan perilaku berlebihan anak yang sangat merigikan dapat dilakukan dengan cara mencari perhatian anak, dan memfokuskan perhatiann anak pada kita. Hal ini jika dilakukan secara terus menerus maka akan efektif untuk menghilangkan perilaku anak yang berlebihan.

2 Pengendalian fisik

Pengendalian fisik ini dilakukan jika peserta didik akan melukai diri sendi, orang lain atau merusak barang. Dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih jauh tanpa menggunakan kekuatan yang berlebihan yang dapat menyakiti anak. Pegang tangan anak dari belakang lalu pindahkan anak kelingkungan lain.

3 Pemulihan

Pemulihan adalah memperbaiki kondisi lingkungan seperti semula atau kondisi sebelum munculnya perilaku yang mengubah kondisi lingkungan

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun