Ingat teman, Â ada bagian dari mereka yang mungkin terlukai, minder dengan aksi pamer itu. Mereka yang kondisi ekonominya belum mampu, yang mungkin kurang beruntung, Â kasihan mereka. Tidak perlu ditunjuk-tunjukkan, ditonjolkan, dipamerkan kalau kamu sukses, Â kaya dan menjadi orang yang berhasil, melihat saja mereka sudah tahu kok. Â
Apa sebenarnya justru  yang pamer sedang butuh pengakuan ? Biar dianggap orang kaya,  orang sukses?  Hmm... perlukah itu? Sebuah pengakuan, tapi membuat hati kosong dan hampa, tidak nyaman?  karena yang dipamerkan tidak sesuai fakta? Karena sebenarnya orang yang betul-betul sukses,  betul-betul kaya akan enggan memamerkan dirinya.  Mereka justru malu.  Am I right? Â
So, please tolerasilah bagi yang ingin berpamer ria, Â jaga perasaan mereka. Jangan sampai silaturahmi berbuntut cemoohan di belakangnya.
"Itu..tuh si anu, Â datang dari kota, ngomongnya, ya ampunnn... baru punya segitu saja sombongnya bukan main. Â Aku sumpahin nggak akan lama kayanya !". Lha dalah, gimana kalau sampai didoakan seperti itu ? Miris kan ? Â
Nah, makanya nggak perlu pamer. Lagian apa yang di pamerkan?  Semua itu amanah,  kalau kita tidak dengan tulus menjaganya, tak butuh waktu  lama Allah pasti akan mencabutnya.Â
Jadi jangan tunjukkan pamernya, tunjukkan berdermanya, solidaritasnya, berbagi dengan sesama kalau memang bener-bener mampu. Â That's great !Â
Salam sehat dan tetap berpikir sehat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H