Kupandangi wajah mungil polos itu. Begitu imut dan manis, tanpa dosa. Â Seulas senyum tipis tersungging di bibir mungilnya. Menemaninya terlelap dalam mimpi. Tak terasa air beningÂ
menetes di pipiku. ÂMalam semakin kelam, tapi mataku belum bisa juga terpejam.
Aku tarik selimut untuk menutupi tubuh kecil itu. Â Aku usap kepala kecil itu lembut.
 "Nak maafin ibu ya,  mungkin ibu tidak punya waktu lebih buat kamu. Buat nemenin kamu main di rumah, buat jaga kamu, rawat kamu.  Tapi ibu janji akan berusaha jadi ibu terbaik buat  kamu. Kasih sayang ibu melebihi ibu lain di luar sana."Â
Air bening di mata  kembali menetes.
Iya, sejak kepergian ayah si kecil  dua tahun yang lalu karena lebih dulu di panggil yang Maha Kuasa,  aku harus bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tiap hari, meskipun dengan berat hati aku harus meninggalkan si kecil untuk bekerja.
Sebelum terlelap tadi, malaikat kecilku bilang kalau besok ada acara kegiatan belajar di luar kelas. Â Semua orang tua diharapkan mengantar anaknya, Â karena kunjungan kali ini cukup jauh dari lokasi sekolah.Â
Si kecil  berumur 4 tahun. Sekolah di salah satu TK di kota kami. Â
"Besok anterin Amar ya, Bu ", kata anakku.Â
Aku masih bingung karena belum sempat ijin di tempat kerja. Â
"Ibu harus ijin dulu, Â sayang. Tapi ibu usahain biar besok bisa antar kamu ", jawabku.Â
Mendengar itu saja anakku sudah kelihatan sangat bahagia. Â Aku tidak mau mengecewakan malaikat kecil itu. Aku bertekad besok minta ijin ke atasan agar bisa mengantarnya.Â
Kubaringkan tubuhku di sebelahnya. Kugenggam erat tangan kecil itu dengan satu tanganku, Â aku peluk erat tubuhnya. Akhirnya aku bisa terlelap dalam mimpi. Â
Pagi itu, aku antar dulu si kecil ke sekolah.
"Nanti Amar tunggu ya, Â Bu", katanya. Mata polosnya menatapku penuh harap.Â
Ya Allah, aku benar-benar akan merasa bersalah kalau tidak bisa menemaninya.
Sesampai di tempat kerja, tujuan utamaku adalah ruangan atasanku. Kulangkahkan kakiku dengan pasti memasuki ruangan besar itu. Â
"Okey, Alika. Aku kasih ijin kamu. Gunakan waktu sebaik mungkin bersama anak kamu ", kata atasanku.Â
Dengan penuh rasa syukur aku keluar dari ruangan itu. Â
"Ya Allah, terima kasih. Akhirnya harapan malaikat kecilku akan terwujud. Ibu datang untuk kamu, sayang !"
Dengan cepat aku menuju sekolahan si kecil. Â Aku bayangkan betapa berbinarnya wajah polos itu ketika aku ada di depannya.Â
Sesampai di depan sekolah , nampak semua anak sudah bersama dengan orang tuanya. Â
Segera kucari sosok kecil imut malaikat kecilku. Pandangan mataku menyusuri halaman sekolah dan terhenti pada tubuh kecil yang duduk di ayunan. Â
Seakan merasakan kedatanganku, malaikat kecil itu menoleh, Â senyum merekah terbit dari bibir mungilnya. Â
"Ibuuu.... ", kaki kecilnya  segera berlari ke arahku.  Kudekap tubuh kecil itu erat.
"Ibu sayang kamu, nak. Kasih ibu selalu bersamamu. "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H