"Ibu harus ijin dulu, Â sayang. Tapi ibu usahain biar besok bisa antar kamu ", jawabku.Â
Mendengar itu saja anakku sudah kelihatan sangat bahagia. Â Aku tidak mau mengecewakan malaikat kecil itu. Aku bertekad besok minta ijin ke atasan agar bisa mengantarnya.Â
Kubaringkan tubuhku di sebelahnya. Kugenggam erat tangan kecil itu dengan satu tanganku, Â aku peluk erat tubuhnya. Akhirnya aku bisa terlelap dalam mimpi. Â
Pagi itu, aku antar dulu si kecil ke sekolah.
"Nanti Amar tunggu ya, Â Bu", katanya. Mata polosnya menatapku penuh harap.Â
Ya Allah, aku benar-benar akan merasa bersalah kalau tidak bisa menemaninya.
Sesampai di tempat kerja, tujuan utamaku adalah ruangan atasanku. Kulangkahkan kakiku dengan pasti memasuki ruangan besar itu. Â
"Okey, Alika. Aku kasih ijin kamu. Gunakan waktu sebaik mungkin bersama anak kamu ", kata atasanku.Â
Dengan penuh rasa syukur aku keluar dari ruangan itu. Â
"Ya Allah, terima kasih. Akhirnya harapan malaikat kecilku akan terwujud. Ibu datang untuk kamu, sayang !"
Dengan cepat aku menuju sekolahan si kecil. Â Aku bayangkan betapa berbinarnya wajah polos itu ketika aku ada di depannya.Â