Mohon tunggu...
Nurulis
Nurulis Mohon Tunggu... Lainnya - We'll make it through

Stay strong, never give up !!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

25 Tahun, Sudah Waktunya Berpikir Dewasa

11 Mei 2021   10:27 Diperbarui: 11 Mei 2021   10:34 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com

Usia seseorang hanyalah sekedar angka. Iya,  angka yang tidak bisa dijadikan patokan  untuk menentukan  kedewasaan seseorang.

Kadang ada orang sudah berusia 40 tahun plus,  tapi pemikirannya belum bisa dewasa.  Masih seperti kanak-kanak.  

Terlalu menuruti egonya,  emosinya, tingkah lakunya tidak mencerminkan sikap dewasa sama sekali.  

Tapi kadang ada juga orang yang masih usia 20 tahun plus tapi pemikirannya sudah dewasa. Istilahnya bisa ngemong, ngayomi dan bersikap layaknya seorang tua yang bijaksana.  

Kedewasaan pikiran seseorang bisa dibentuk dari pendidikan terutama pendidikan beragama, pengalaman hidup, perjuangan dan kerja keras,  juga pergaulan lingkungan yang sesuai tentunya.  

Usia 25 tahun ?  Usia yang yang bisa dikatakan tidak muda lagi,  tapi juga belum bisa dibilang tua.

Pada usia 25 tahun di desa dianggap usia sudah matang, usia pantas menikah kalau boleh dibilang lebih dari pantas.   

Bahkan di desa - desa umur segitu sudah mempunyai dua atau tiga anak.  

Usia 25 tahun di desa bisa dianggap sebagai "perawan tua" atau "perjaka tua" kalau belum menikah. Sehingga di desa banyak sekali laki-laki atau perempuan menikah di usia muda.   

Hal itu terjadi karena kesadaran tentang belajar masih kurang,  selain itu terbentur juga dengan biaya pendidikan.  

Kebanyakan orang di desa memang tidak mengenyam pendidikan tinggi.  

Mungkin sampai SMA saja. Bahkan yang tidak lulus SD juga masih ada.  

Nah,  itulah yang menimbulkan usia 25 yang harusnya menjadi fase pematangan berpikir,  akhirnya tidak bisa mencapai tingkat dewasa.  

Karena sebelum mencapai kedewasaan itu,  mereka sudah sibuk memikirkan rumah tangganya,  anak istri atau suaminya.

Menyikapi usia 25,  beda di desa beda juga di kota.  Di Kota usia 25 tahun mungkin masih sibuk mengejar karier. 

Mungkin mereka baru berpikir untuk membina rumah tangga atau bahkan belum berpikir sama sekali. 

Tapi di usia itu,  pikiran seseorang harusnya sudah mulai berubah.  Dari yang semula suka seenaknya,  pasti akan mulai berpikir tentang masa depannya. Tidak lagi masanya foya-foya dan hura-hura. 

Ingin meraih sesuatu yang lain di kariernya. Tentu saja karier yang lebih cemerlang.  

Selain bicara karier, bagaimana dengan pencapaian secara batiniah.  

Sudah sampai tahap mana kita ? Karena di usia 25 tahun kita hampir separuh menjalani hidup kita.  

Mengacu dari usia Rasulullah SAW dengan usia 65 tahun yang sudah tutup usia, berarti 25 tahun kita sudah mencapai sepertiga dari usia kita.  

Sudah sampai tahap mana pencapaian kita?  Berapa banyak amal baik yang sudah kita lakukan?  Pernahkan kita memikirkan itu?  

Ternyata pertanyaan seperti itu perlu kita tanyakan pada diri kita,  sebagai bahan instropeksi dan membenahi diri. 

Pencapaian dunia perlu di kejar, tapi pencapaian akhirat juga utama. 

Karena kita mengejar kesuksesan di dunia adalah sebagai sarana untuk mencapai kesuksesan hidup di akhirat nanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun