Mohon tunggu...
Cerpen

Kambing Mbah Kakung

3 Januari 2018   10:03 Diperbarui: 3 Januari 2018   10:15 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar teriakanku Bapak dan Ibu pun datang. Mereka berdua sangat terkejut melihat pertarungan antara Mbah Kakungdan MasAnwar. Dengan sigap Bapak langsung melerai pertarungan itu. 

Namun entah mengapa Bapak tidak bisa menghalau. Rasa heran langsung menyergapku, bagaiamana mungkin tubuh Bapak yang tambun bisa terhempas seketika oleh tangan Mbah Kakung? Padahal Mbah Kakung sudah cukup renta untuk menghempas tubuh seseorang yang lebih besar darinya. Parahnya ia tega melakukan semua itu hanya untuk kambing buluk bernama Paimin.  

Semua kejadian yang tampak di depan mataku itu membuatku tak bisa mengendalikan emosiku. Naluri kebencian terhadap Mbah Kakung dan Paimin pun semakin tumbuh membara dalam diriku. Sebuah bisikan lembut yang datang entah dari mana berhasil mempengaruhiku. Aku berdiri, berjalan perlahan menuju Paimin. Kubawa Paimin perlahan, namun kambing buluk itu melawan. 

Ia tak mau kubawa ikut denganku. Tenaga di dalam tubuhku kukumpulkan secara signifikan hingga akhirnya aku berhasil menyeret Paimin untuk ikut bersamaku. Pelan kakiku melangkah menuju sumur tua yang sudah tidak dipakai di belakang rumah. Tali yang terkalung di leher Paimin kukaitkan ujungnya di pohon trembesi dekat sumur. 

Kutali kencang hingga Paimin tidak bisa lepas. Kututup hidungku dengan kaos yang melekat di tubuhku. Lalu kubuka kayu lapuk yang menutupi sumur tua itu. Setelah kubuka penutup sumur, tali yang mencengkeram Paimin kulepaskan. Kuseret tubuh Paimin, kuangkat dan langsung kulempar ke dalam sumur tua.

 "Byuuuuurrrrrrr..............." Suara tubuh Paimin yang bergelut dengan air sumur terdengar nyaring.

Aku hanya terdiam membeku setelah melakukan hal bodoh itu. Aku telah lepas kendali karena kebencian yang selama 2 tahun merasuki jiwaku. Sementara Mbah Kakunglangsung menghentikan pertarungan dan berlari tunggang langgang ketika menyadari bahwa Paimin telah masuk ke dalam sumur.  Ia tampak panik bukan main melihat kambing kesayangannya jatuh ke dalam sumur.

 "Min....Paimin......"

Mbah Kakung terus berteriak panik memanggil-manggil Paimin. Kerut wajahnya terlihat sangat ketakutan. Ya, ia sangat takut kehilangan kambing buluk itu.

"Paimin...ojo(6) mati le."

Sekejap Mbah Kakunglangsung melompat masuk ke dalam sumur. Mungkin ia bermaksud untuk menyelamatkan kambing buluk itu. Entah apa yang ia pikirkan aku tak pernah tahu. Yang kutahu setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam sumur itu tidak akan bisa bertahan hidup karena udara di dalam sumur itu beracun.  Itulah mengapa aku menutup hidung dengan kaos ketika membuka sumur tua itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun