Mohon tunggu...
Nurul Izzatin
Nurul Izzatin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/mahasiswa

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu sosial dan humaniora Program studi ilmu komunikasi 21107030012

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspada, Gula Berpotensi Menjadi Silent Killer!

7 Juni 2022   13:11 Diperbarui: 7 Juni 2022   13:16 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Rokok, alcohol, dan narkoba, mungkin kita semua sudah mengetahui bahaya dari ketiga barang tersebut, dari membuat kecanduan sampai dengan resiko. 

Akan  tetapi ada satu hal lagi yang sebenarnya bahayanya bisa dibilang mirip, yaitu sama-sama bisa membuat ketagihan dan kecanduan dan juga sama-sama mematikan. 

Tapi uniknya barang ini tidak begitu diatur peredarannya atau bisa di bilang biasa aja dan tidak di atur oleh Samsat. Berbeda halnya dengan tiga hal yang telah disebutkan. Apa itu? ya, hal tersebut adalah gula.

Sebagai bahan makanan gula bertanggung jawab atas meningkatnya tingkat obesitas di Indonesia sebanyak dua kali lipat selama dua dekade terakhir. Mengkonsumsi gula berlebih juga akan menjadi faktor utama munculnya penyakit diabetes, gen penyebab utama kematian nomor 4 di Indonesia. Gula sebenarnya juga ada di dalam nasi. Bukan hanya gula pasir akan tetapi ada juga gula aren.

Melihat fakta tersebut maka tidak heran kalua salah satu penulis yaitu seorang Profesor di bidang nutrisi asal Britton pada tahun 1972 mendeskripsikan gula dengan 3 kata yaitu pure, white and Deadly. Itu merupakan sebuah judul buku yang membuat dia dimusuhi banyak ilmuwan pada masanya. Ia berani mengungkap bahaya di balik gula. 

Dalam bukunya Profesor mengatakan 'kalau misalnya efek gula yang sebenarnya terungkap, bahan itu akan segera dilarang'. Sudah 50 sejak dia menerbitkan bukunya dan  sampai sekarang banyak dari kita yang memang sudah paham dan juga aware  tentang bahaya konsumsi gula berlebihan. 

Akan tetapi pada  kenyataannya gula memang tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Semua orang yang hidup tidak akan pernah terlepas dari gula.

Makanan dan minuman yang belakangan ini menjadi tren dan menjadi top search adalah Boba, kopi, dessert box juga makanan dan minuman yang sering lihat di minimarket hampir semuanya pakai gula sebagai salah satu bahan utama. 

Sekarang yang jadi pertanyaan kalau bahanya selalu gula, kenapa gula tidak dilarang atau dibatasi penggunaannya? kita juga sudah mengetahui kalau kebanyakan mengkonsumsi gula itu bisa membuat diabetes dan membuat gemuk, tapi kenapa Susah sekali untuk lepas. Apakah ada sesuatu dibalik gula?

Gula merupakan karbohidrat yang sebenarnya secara natural ada didalam nasi, kentang dan buah-buahan. Badan kita akan merubah semuanya mostly karbohidrat menjadi Glukosa yang tentunya akan menjadi sumber energi kita. 

Sebenarnya memang salah satu main consumtionnya manusia bahwa tubuh kita membutuhkan gula. Karena kalau berbicara tentang glukosa atau gula yang ada dalam tubuh, memang setiap makanan yang kita makan akan diubah menjadi energy. Akan tetapi kalau misalnya batas minimum dari gula yang manusia butuhkan sudah terpenuhi. Apakah kita membutuhkan gula tambahan?.

Sebenarnya tubuh kita pada umumnya tidak membutuhkan gula sama sekali. Faktanya gula tambahan itu sebenarnya memasuki tubuh dan kehidupan kita secara tidak sengaja. karena manusia dulu menyukai rasa manis. 

Seorang peneliti menghasilkan penelitian ternyata makanan yang paling berkorelasi dengan kematian gara-gara penyakit jantung itu adalah gula dan bukan makanan berlemak. Kalau di nutrisionis hal ini memang menjadi perdebatan. 

Sebenarnya gula lebih berbahaya daripada lemak. Kalau dibilang bahaya semua juga bahaya kalau kebanyakan. Ada beberapa makanan yang bagus dan ada makanan yang memang kalau kebanyakan meskipun sedikit kebanyakannya itu bisa menjadi buruk seperti gula.

Salah satu dampak dan yang membuat masalah menjadi pelik adalah di industri gula-gula sudah menjadi salah satu komposisi yang sangat diperlukan untuk membuat berbagai berbagai macam minuman, makanan, boba dan sebagainya. Hampir semua makanan yang kita makan setiap hari ada gulanya. 

Permasalahan gula ini sebenarnya sudah melibatkan jutaan tenaga dan sudah ada masalah profitnya sendiri, tapi berbahaya. Multi-billion aggressive industry, very  aggressive industry. Dan yang paling besar mungkin dampaknya adalah buat kita para konsumen. 

Di zaman sekarang masalahnya adalah bukan lagi kita tidak bisa mendapatkan makanan dan informasi akan  tetapi masa sekarang sudah kebanyakan. Abundance atau keberlimpahan dari sesuatu entah itu Gula ataupun informasi, kebanyakan informasi membuat kita Pusing dan kebanyakan gula membuat kita menjadi jadi gemuk dan banyak penyakit.

Sekarang kita juga dihadapkan dengan berbagai iklan dan sebagainy. Akibatnya pada akhirnya kesehatan kita kalau dalam konteks gula dan jikalau dalam konteks lain juga sama, kesehatan kecantikan, kesehatan mental, dan sebagainya. 

Ada data dari Amerika menunjukkan kalau tingkat obesitas naik dua kali lipat sejak tahun 1970 dan dari British meningkat tiga kali lipat. Kenaikan angka obesitas tersebut bukan hanya tentang bagaimana kita sering makan dan minum gula, akan  tetapi juga karena gulanya adiktif dan kita merasa Happy saat mengkonsumsinya.

Tubuh kita mempunyai control yang membuat kita merasa kenyang. Minuman manis bisa membuat rasa kenyang tersebut menjadi lebih tidak  sensitif atau bisa dibilang mati.kemudian  kita akan merasa ingin makan lagi, lagi dan lagi.

Riset membuktikan bahwa lower Intake of sugar itu berpengaruh ke better psychological help, meskipun ini masih korelasi bukan causation. Banyak pihak yang sudah mau aware termasuk pemerintah, terutama di luar negeri ada pajak gula. Kalau di luar negeri sudah ada penerapan pajak gula sejak tahun 2018 lalu.

Di Indonesia juga sempat ada wacana tapi sampai sekarang memang ini belum terlalu diterapkan. Akan benayak terjadi perdebatan kalau kita ngomongin soal kebijakan, akan  banyak reaksi yang timbul salah satunya juga dari gabungan pengusaha makanan dan minuman sore Indonesia. Yang Katanya tidak ada data di mana Kalau di terapkan peraturan ini bisa mengurangi obesitas dan resiko penyakit kronis

Apasih solusinya? Kita mulai dari mikro mulai dari skala diri sendiri. Kita punya kendali untuk hidup kita dengan memilih untuk setidaknya misalnya kalau kita merasa ini suatu barang tidak bermanfaat maka kurangi dan mulailah hidup selalu sehat. Yang paling utama batasi konsumsi gula adiktif.

Keep Your Healthy...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun