Tahukah kamu sejak diberlakukannya New Normal pada bulan Juni 2020 lalu kasus penyebaran Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) di Indonesia terus menunjukkan penurunan. Tercatat ada 221 kasus penambahan dari sebelumnya 4.250.855 kasus. Data tersebut dirilis dalam laman Peta Sebaran Covid, covid19.go.id, Senin sore (15/11). Kini, total kasus Covid-19 di Indonesia menjadi 4.251.076 sejak pertama terkonfirmasi pada 2 Maret 2020 lalu. Berdasarkan data Worldometer, jumlah kasus corona di Indonesia tersebut menurun dan menduduki perigkat ke-29 di dunia.
Meski saat ini kasus Covid-19 di Indonesia sudah menurun, tetapi Indonesia pernah menduduki peringkat ketiga di dunia pada pertengahan Juli 2021. Pada bulan tersebut, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia memsuki titik terparah di mana banyak dari fasilitas kesehatan kolaps, tak mampu menampung aliran pasien yang terus berdatangan. Media sosial juga dipenuhi oleh berita tentang kematian dan permintaan pertolongan untuk mencari oksigen. Varian Deltavirus, yang lebih menular dibandingkan varian lainnya, menjadikan Indonesia sebagai episentrum wabah Covid-19 di Asia.
Namun, situasi saat ini berangsur-angsur membaik. Jumlah kasus positif harian telah menurun secara signifikan dibandingkan tiga bulan lalu. Laporan harian Covid dari pemerintah juga menunjukkan bahwa jumlah korban meninggal akibat infeksi virus corona ini turun drastis. Dalam beberapa hari terakhir, jumlah korban meninggal tercatat kurang dari 100 orang.Â
Menurut Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin bahwa selain karena penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan, penurunan kasus Covid-19 ini terjadi karena adanya kemungkinan tentang sebagian besar masyarakat sudah memiliki kekebalan, baik itu secara buatan melalui vaksin, ataupun secara alamiah karena sembuh dari sakit.
Pemberlakuan new normal di tengah pandemi ini dimaksudkan bahwa masyarakat diminta untuk "berdamai" dan hidup "berdampingan" dengan Covid-19, menjalankan aktivitas seperti biasa dengan tetap berpedoman pada protokol kesehatan yang ketat. Langkah ini diambil pemerintah dengan tujuan untuk menggerakkan kembali perekonomian yang sempat terhenti karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia beberapa waktu lalu.
Kini meskipun masyarakat sudah bisa beraktivitas seperti biasa, bekerja ke kantor, anak-anak sudah boleh berangkat ke sekolah walau hanya beberapa hari dalam seminggu tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, dan menjaga jarak serta vaksinasi, penyebaran virus corona ini belum sepenuhnya usai. Bahkan kita tidak bisa memprediksi kapan virus Covid-19 ini akan benar-benar sepenuhnya hilang dari muka bumi ini.
Untuk itu, kita dianjurkan untuk berpikir positif. Berpikir positif memang tidak mengakhiri pandemi Covid-19 begitu saja. Situasi yang tidak stabil saat ini mungkin akan tetap membuat kita cemas. Meski demikian, pikiran yang positif dan realistis setidaknya dapat membantu kita untuk berpikir lebih jernih sebelum mengambil keputusan.Â
Namun bagaimana caranya agar berpikir positif ini tidak menimbulkan bias optimisme?
Bias optimisme merupakan optimisme yang tidak realistis, contohnya seperti di era new normal ini masyarakat diperbolehkan melakukan aktivitas sepeti biasa dengan syarat harus mematuhi protokol kesehatan, namun nyatanya masih banyak masyarakat yang abai dan belum sepenuhnya menerapkan kebijakan tersebut. Banyak masyarakat yang merasa bahwa setelah divaksin, mereka tidak akan terkena virus Covid-19.Â
Sebagian besar masyarakat masih tidak menggunakan masker, mencuci tangan menggunakan sabun, berkerumun, serta tidak menjaga jarak fisik antar orang 1-2 meter sebagai upaya memutus rantai penularan Covid-19. Anjuran berpikir positif dengan harapan untuk meningkatkan kesejahteraan psikis dan imunitas tubuh justru menimbulkan bias optimisme, yang dapat menimbulkan berbagai ketidakpatuhan ini.
Bias optimisme terdiri dari tiga bentuk, yaitu: 1) Ilusi Kontrol, yaitu keyakinan berlebihan dapat mengendalikan situasi eksternal. 2) Ilusi Superioritas, yaitu keyakinan bahwa individu memiliki kelebihan daripada orang kebanyakan. 3) Ilusi Kemungkinan, yaitu ketika seseorang merasa kecil kemungkinan dirinya akan mengalami hal negatif, dalam konteks ini yaitu tertular atau menularkan virus Covid-19. Bias optimisme ini dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh pengambil kebijakan, karena jika terlalu optimis dan cenderung mengabaikan peringatan dari pemerintah, dokter itu akan membuat situasi semakin rumit sehingga berimbas pada masyarakat.
Berpikir positif guna meningkatkan kekebalan tubuh tergantung karakteristik sumber stres yang dihadapi. Namun, hal itu berbeda jika yang dihadapi adalah situasi yang kompleks dan tidak bisa dikontrol maka optimisme justru akan menurunkan motivasi untuk mengambil keputusan menghindari sumber stres, dan hal ini akan membuat sistem kekebalan tubuh seseorang menurun. Sebagai upaya untuk mengatasi bias optimisme dalam berpikir positif dan pengambilan keputusan di masa pandemi Covid-19, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Mengumpulkan informasi yang diperlukan berupa fakta, data, dan grafik yang netral dan obyektif.
- Tidak mengambil keputusan dalam waktu yang mendesak
- Tidak mengambil keputusan saat sedang melakukan pekerjaan lebih dari satu.
- Berhati-hati dalam mengambil keputusan saat sedang bahagia.
- Berpikir sesuai data dan fakta yang ada.
Selain itu, di dalam Alquran disebutkan pula bagaimana cara berpikir positif tidak berdasarkan hawa nafsu yang terdapat dalam Q.S. Al-Mu'minun (23):71 yang artinya:
"Andaikata kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu."
DAFTAR PUSTAKA
Buana, D. R. 2020. Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga  Kesejahteraan Jiwa. J Sosial dan Budaya Syar'i. 7 (3) : 217-226.
Poletti, P., Marco Ajelli, & Stefano Merler. 2012. Risk Perception and Effectiveness of Uncoordinated behavioral Responses in an emerging epidemic. Mathematical Biosciences, 238: 80-89.
tafsirweb.com/5963-quran-surat-al-muminun-ayat-71.html. Diakses pada 15 November 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H