Mohon tunggu...
M. Nurul Huda
M. Nurul Huda Mohon Tunggu... Administrasi - unej

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

UAS perencanaan pertanian industrial.

20 Juni 2020   03:02 Diperbarui: 20 Juni 2020   03:04 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Permasalahan pertanian industrial

(Penetapan lokasi agroindustri study case PT. Winapohan)

bab 1 pendahuluan

1.1 Latar belakang

            Indonesia merupakan negara yang saat ini dapat dikatakan berkembang, terlihat bagaimana pembangunan-pembangunan yang sedang di gencarkan. Perkembangan pelaksanaan pembangunan secara utuh merupakan indikasi dalam percepatan pembangunan, pelaksanaan pembangunan pun harus melihat dari percepatan perluasan peluang kerja dan pemanfaatan sumber daya alam. Provinsi Sumatera Selatan dalam kebijakan pembangunannya baik wilayah, lokasi, dan kawasan turut menggunakan potensi sumber daya alam. Sektor industri pertanian merupakan sektor pendukung utama dalam pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan, sehingga keputusan kebijakan penentuan lokasi terutama lokasi industri merupakan bagian penting dalam menciptakan situasi ekonomi yang lebih maju dan terus maju.

            Salah satu wujud pembangunan sektor industri pertanian adalah pengembangan agroindusti dengan bahan baku pertanian seperti jagung untuk makanan ternak, kelapa sawit untuk bahan baku minyak, karet, kopi, tebu, dan lain sebagainya. Konsep yang digunakan dalam penentuan lokasi agroindstri didasarkan atas landasan teori lokasi dengan pertimbangan beberapa unsur yaitu jarak, lokasi, bentuk, ukuran, dan skala. (Priyarsono, Sahara, & Firdaus, 2011).

            Berdasarkan Jurnal atau Sumber yang didapat dijelaskan bahwa Provinsi Sumatera Selatan memiliki luas wilayah 8.707.741 Ha dengan 15 kabupaten/kota, OKI, Musi Banyuasin, dan Banyuasin merupakan 3 kabupaten/kota terluas di Sumatera Selatan dengan angka kepadatan penduduk kurang dari angka rata-rata kepadatan penduduk sebesar 83,00 km2.

            PT. Wina Pohan yang berlokasi di Banyuasin ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor agroindustri, yaitu industri jagung untuk makan ternak. Pada jurnal akan dikaji apakah penetapan lokasi agroindustri oleh PT. Wina Pohan mengaplikasikan Teori Weber dengan penetapan zona komoditas berbentuk segitiga lokasional (Locational Triangle). Weber mendasarkan teorinya bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya yang bergantung pada total biaya transportasi dan upah tenaga kerja.

a.     Penentuan lokasi kerap menjadi permasalah yang lumrah terjadi dalam sebuah pembangunan khususnya agroindustri, oleh karena itu perlunya identifikasi lebih lanjut faktor-faktor dalam penentuan lokasi, khususnya P.T Wina Pohan, Banyuasin.

b.    Dalam aktivitas pertanian masalah analisa komoditas menjadi perhatian yang penting, karena komoditas berperan sebagai pemacu dalam pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, kajian komoditas sebagai faktor utama penentuan lokasi pembangunan agroindustri dalam kebijakan pembangunan sangatlah tepat. Namun usaha untuk menggunakan kebijakan dengan model District Locatioal Area (DLA) kepada perusahaan pertanian masih belum menunjukkan prestasi. Dari data potensi komoditas utama pertanian sebagai salah satu faktor penetapan perencanaan pembangunan agroindustri di Sumatera Selatan menunjukan kebijakan yang  tidak diterapkan, dengan alasan biaya transportasi yang tinggi baik dari segi input maupun output.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa alasan pemilihan lokasi Pabrik P.T Wina Pohan?

b. Faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan lokasi Pabrik P.T Wina Pohan?

c.Bagaimana Implikasi Teori terhadap pemilihan lokasi Pabrik P.T Wina Pohan?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui alasan pemilihan lokasi Pabrik P.T Wina Pohan.

b. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan lokasi Pabrik P.T Wina Pohan.

c. Mengetahui implikasi teori terhadap pemilihan lokasi Pabrik P.T Wina Pohan.

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori Lokasi

2.1.1 Teori Weber

          Alfred Weber mengemukakan teorinya yang berkaitan dengan least cost location. Teori ini mengatakan dalam penentuan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya, dalam analisis ini lokasi yang terbaik (optimal) adalah tempat dimana biaya produksi dan ongkos angkut adalah yang paling kecil. Jika hal tersebut tercapai, maka tingkat keuntungan perusahaan akan menjadi maksimum. Terdapat 3 faktor utama dalam Teori Weber:

a. Biaya Transportasi

Biaya transportasi disini tergantung pada bobot barang yang dipindahkan serta jarak yang harus ditempuh baik dari sumber bahan baku menuju lokasi industri ataupun dari lokasi industri menuju pasar.

b. Biaya Tenaga Kerja.

Upah atau biaya untuk tenaga kerja dalam hal ini bersifat mutlak, dalam arti harus ada dalam industri yakni untuk membayar para tenaga kerja.

Efisiensi Biaya akibat Aglomerasi Ekonomi

Aglomerasi adalah pengelompokkan beberapa perusahaan dalam suatu daerah atau wilayah sehingga membentuk daerah khusus industri, dengan dilakukannya aglomerasi ini akan menghemat biaya baik pra produksi, produksi, dan paska produksi oleh perusahaan yang berada pada kawasan aglomerasi.

 Konsep Isotim dan Isodopane

a. Isotim yaitu biaya transportasi dari bahan baku ke industri atau dari industri ke pasar.

b. Isodopane yaitu biaya transportasi dari bahan baku ke industri dan industri ke pasar.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Alasan pemilihan lokasi

Pemilihan lokasi agroindustri mengacu pada faktor-faktor utama yang dilakukan guna menetapkan lokasi agroindustri tersebut. ada beberapa pertimbangan atau alasan terpilihnya lokasi agroindustri tersebut di kabupaten Musi, Banyuasin, yaitu sebagai berikut

a. Input produksi (Bahan Mentah). Bahan mentah merupakan salah satu alasan utama yang di pertimbangkan dalam penentuan lokasi. Dalam menentukan lokasi industri juga harus melihat letak atau posisi input (bahan mentah) karena yang di tekankan disini adalah aspek transportasinya terlebih dahulu, sehingga dalam proses produksi dapat di atur dengan sebaik mungkin supaya lebih efektif.

b. Tenaga kerja. Kabupaten musi, banyuasin memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi. Sehingga hal ini menjadi pertimbangan juga agar proses produksi menjadi lebih efektif dengan tingginya potensi tenaga kerja yang ada di kabupaten Musi, Banyuasin.

c. Aksebilitas. Aksebilitas merupakan hal penting sekali karena ini berkaitan dengan kewujudan kemudahan pada proses produksi, yang menjadi pertimbangan yaitu kondisi jalan, mobilitas dan topografi di wilayah tersebut bagaimana, sehingga benar benar di perhatikan betul agar proses produksi dapat di jalankan dengan baik.

d. Perundangan. Perundungan merupakan sebuah aturan yang harus kita cermati dalam penentuan lokasi agroindustri, contohnya dalam tata ruang penempatan agroindustri perlu di perhatikan dampaknya pada segala aspek yang ada di sekitar agroindustri tersebut.

3.2 Faktor-faktor lokasi

  •      Penentuan lokasi agroindustri memang harus perlu di identifikasi pengaruh dan pertimbangan penentuan lokasi supaya lebih efektif dan tepat, dan di perlukannya analisa terlebih dahulu. Terdapat beberapa faktor utama sebagai penentu penetapan lokasi agroindustri di Provinsi Sumatera Selatan, yakni sebagai berikut:
  • Sumber produksi, pada hal ini sumber produksi merupakan salah satu penentu, dimana dalam proses produksi faktor ini sangatlah menjadi perihal yang perlu di perhatikan. Sumber produksi yang di maksud disini adalah bahan mentah, tenaga kerja, dan kemudahan dalam segala aspek.
  • Faktor pendukung, fungsi dari faktor pendukung ini merupakan penentu karena sebagai penyokong sistem kegiatan atau aktivitas agar berjalan dengan baik dan efektif, yang meliputi perundangan, pangsa pasar, dan tanggapan penduduk.

3.3 Implikasi Teori pada Lokasi yang dipilih

3.2 Faktor-faktor lokasi
Penentuan lokasi agroindustri memang harus perlu di identifikasi pengaruh dan pertimbangan penentuan lokasi supaya lebih efektif dan tepat, dan di perlukannya analisa terlebih dahulu. Terdapat beberapa faktor utama sebagai penentu penetapan lokasi agroindustri di Provinsi Sumatera Selatan, yakni sebagai berikut:
a.Sumber produksi, pada hal ini sumber produksi merupakan salah satu penentu, dimana dalam proses produksi faktor ini sangatlah menjadi perihal yang perlu di perhatikan. Sumber produksi yang di maksud disini adalah bahan mentah, tenaga kerja, dan kemudahan dalam segala aspek.
b.Faktor pendukung, fungsi dari faktor pendukung ini merupakan penentu karena sebagai penyokong sistem kegiatan atau aktivitas agar berjalan dengan baik dan efektif, yang meliputi perundangan, pangsa pasar, dan tanggapan penduduk.                                                                                  

3.3 Implikasi Teori pada Lokasi yang dipilih
Di jelaskan pada Teori Weber bahwa terdapat tiga faktor utama, diantaranya terdapat biaya transportasi, biaya tenaga kerja, dan efisiensi biaya aglomerasi. Ketiga faktor utama ini jelas terimplikasi dalam penetapan lokasi agroindustri oleh PT. Wina Pohan di Banyuasin.
Pada sub bab alasan pemiliha lokasi dijelaskan bahwasannya lokasi optimal Banyuasin dipilih dengan dasar pertimbangan kewujudan bahan baku dan kemudahan aksesibilitas yang berarti terdapat bobot bahan baku yang mengimplikasikan faktor biaya transportasi. Selain itu, kewujudan tingginya supply akan tenaga kerja sudah mengimplikasikan faktor biaya tenaga kerja. Dan faktor ketiga yaitu efisiensi biaya aglomerasi juga sudah terimplikasi oleh dasaran bahwa Kabupaten Bayuasin memiliki kekuatan untuk aglomerasi.
Peletakan lokasi agroindustri PT. Wina Pohan di Banyuasin memperhatikan indeks bahan baku serta jarak pasar, hal ini telah sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan sehingga penentuan lokasi agroindustri ini jelas mengaplikasikan dari Teori Weber dengan konsep segitiga lokasional (locational triangle) yang menghasilkan analisa penempatan lokasi agroindustri untuk berada dekat dengan sumber bahan baku (resource oriented) dikarenakan berbahan baku jagung yang akan cepat mengalami rusak atau busuk dan akan mengalami pengurangan berat setelah mengalami proses produksi. Hasil perbandingan nilai indeks bahan juga menunjukkan hasil IB > 1 yang berarti untuk peletakan industri dekat dengan sumber bahan baku.

4.1 Kesimpulan
Dalam menentukan lokasi agroindustri tentu mengalami permasalahan baik dari segi aspek penentuan lokasi agroindustri yang tepat. Berdasarkan dari hasil pembahasan terkait penentuan lokasi Agroindustri PT. Wina Pohan di Banyuasin terdapat beberapa poin yang dapat disimpulkan yakni sebagai berikut :
a. Alasan pemilihan penentuan lokasi mengacu kepada kewujudan kemudahan dalam proses produksi, faktor-faktor utama dalam penentuan lokasi, seperti perundangan dan lain sebagainya.
b. Terdapat beberapa faktor utama dalam penentuan lokasi industri yaitu bahan mentah (input), supply tenaga kerja.
c. Penentuan lokasi agroindustri PT. Wina Pohan di Banyuasin merupakan implikasi dari Teori Weber dengan konsep segitiga lokasinal (locational triangle).

Lesson Learn

Dalam menentukan lokasi agroindustri tentu tidak semerta merta sesuai dengan keinginan atau wewenang perusahaan, namun perlu di analisa terlebih dahulu, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran proses industri. Penentuan agroindustri PT. Wina Pohan di Banyuasin nyatanya titik-titik terdekat pada pabrik tersebut yaitu pasarm sehingga konsep yang lebih tepat di gunakan yaitu market oriented (dekat dengan pasar) dari Teori Weber. Sehingga kita dapat pelajari bahwa pabrik tersebut menekankan dalam biaya tranportasi terhadap pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun