Mohon tunggu...
Nurul Hikmah
Nurul Hikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi semester 4 Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Menjaga Sikap Toleransi sebagai Implementasi terhadap Pendidikan Multikulturalisme

19 Juni 2024   20:50 Diperbarui: 19 Juni 2024   21:14 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam suatu negara khususnya Indonesia yang benyak sekali memiliki agama, suku, bangsa, budaya, bahasa, dan juga ras. Sikap toleransi lah yang mempunyai peranan penting bagi terciptanya kedamaian dalam suatu negara. Sikap toleransi dijalankan sehari-hari sebagai bagian dari pengalaman hidup yang tercipta karena proses alami yang tanpa disadari selalu dilakukan baik secara langsung atau tidak langsung.

Toleransi bukan semata-mata hanya di tujukan untuk menghargai suku, bangsa, budaya, bahasa, ras ataupun kelompok. Namun juga termasuk bersikap menghargai, membiarkan, memperbolehkan suatu kelompok untuk berpendapat, memberikan pandangan, menganut berbagai sistem kepercayaan, menjalankan kebiasaan, dan perilaku yang dilakukan, baik itu berbeda ataupun tidak sesuai dengan sistem kepercayaan yang kita anut.

Toleransi adalah istilah yang menggambarkan sikap menjauhkan diri dari hal-hal  negatif. Dalam perbedaan pendapat dan keyakinan, toleransi merupakan sikap yang tidak menyikapi perbedaan pendapat atau keyakinan dengan cara yang negatif. Oleh karena itu, toleransi adalah sikap terbuka terhadap prinsip orang lain. ini tidak berarti bahwa kita harus mengorbankan keyakinan dan prinsip kita, namun kita harus mencerminkan pendirian yang kuat dalam mempertahankan keyakinan dan pendapat kita.

Pentingnya Toleransi dalam Pendidikan Multikultural

Toleransi dalam pendidikan multikultural sangat penting karena membantu siswa mengakui dan menghargai beragam pandangan budaya yang beragam, serta memahami bahwa konflik nilai dapat memicu konflik antarkelompok.Ini mengembangkan kemampuan siswa melihat kehidupan dari berbagai perspektif budaya, ras, dan etnis (Muhammad Ridwan Effendi, 2021).

https://www.ypsim.com/2021/12/pendidikan-multikultural-yayasan.html

Berikut beberapa cara untuk mengimplementasikan toleransi dalam  pendidikan:

  • Mendalami Arti Toleransi dalam pembelajaran: yaitu Mengajarkan arti toleransi kepada siswa untuk hidup harmonis dalam kemajemukan. Toleransi melibatkan kerendahan hati dan keterbukaan pikiran (Muhammad Ridwan Effendi, 2021)
  • Membahas mengenai Ragam Kebudayaan: Diskusi mengenai berbagai budaya memfasilitasi pemahaman dan penerimaan perbedaan, yang penting untuk menciptakan suasana toleran (Muhammad Ridwan Effendi, 2021).
  • Meningkatkan Kepedulian Sosial: dengan membangun kepedulian sosial dalam pendidikan untuk menciptakan sikap saling membantu tanpa memandang latar belakang (Muhammad Ridwan Effendi, 2021)
  • Mencegah Echo Chamber: yaitu bisa dibilang egois tidak mau tahu atau peduli dengan keadaan disekitar. Pendidikan multikultural mencegah siswa hanya mendengar pandangan mereka sendiri, sehingga mengurangi polarisasi dan ekstrimisme sosial (Muhammad Ridwan Effendi, 2021).

Manfaat Toleransi dalam lingkungan pendidikan

Toleransi merupakan landasan penting untuk membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis. Melalui pendidikan sekolah dapat mengembangkan manusia yang menghargai keberagaman sosial, menghindari prasangka buruk, dan memperlakukan orang lain dengan  saling menghargai (Alfonsus, 2021).

Menurut (Prastiwi, 2021) manfaat Toleransi dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut:.

  • Menjadi lebih terbuka: Toleransi membantu anak lebih terbuka untuk memahami dan menghargai budaya lain dan dunia.  Hal ini membantu  mengembangkan pemikiran integratif dan mengurangi bias.
  • Mendorong kerjasama: Sikap toleran mengajarkan anak untuk bekerja sama dengan orang lain. Ini memperkuat keterampilan sosial dan kemampuan beradaptasi.
  • Menerima orang lain apa adanya: Toleransi mengajarkan anak untuk menerima orang lain tanpa mengkritik atau mengubahnya. Hal ini memperkuat hubungan sosial dan mengurangi konflik.
  • Memahami Keberagaman: Toleransi membantu anak memahami keberagaman  budaya, agama, dan asal usul. Hal ini memperkaya pengalaman mereka dan memperkuat persatuan di tengah perbedaan.

Pendidikan harus menjadi wadah untuk mengamalkan nilai-nilai toleransi sehingga setiap orang yang terlibat dalam pendidikan (baik peserta didik maupun tenaga kependidikan) dapat memperkuat sikap menghargai perbedaan dan membangun masyarakat yang lebih inklusif.

Peran guru dan orang tua dalam membangun sikap toleransi

Guru sebagai fasilitator dalam menanamkan nilai-nilai karakter salah satunya nilai toleransi, baik di dalam kegiatan pembelajaran maupun diluar pembelajaran. Untuk membentuk karakter anak agar rasa toleransi itu terpatri dalam jiwa maka anak harus melihat contoh itu disekelilingnya. Guru memberikan contoh langsung sehingga harapannya anak bisa langsung mempraktikan sikap-sikap positif yang dicontohkan. Guru juga membiasakan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, Keteladanan dan pembiasaan merupakan unsur yang sangat penting dalam proses melakukan sikap perilaku anak. Pendidik atau guru sudah seharusnya menjadi contoh utama sebelum menanamkan karakter pada anak. Guru dapat menampilkan sifat toleransi dengan saling tolong menolong dan saling berteman tanpa membedakan, dengan harapan keteladaan ini dapat dicontoh oleh anak murid yang mereka ajari. Metode untuk menanamkan nilai toleransi pada anak juga bisa dengan menggunakan media. Pembelajaran dengan memanfaatkan media membuat anak menjadi lebih mudah memahami dan mengikuti kegiatan pembelajaran (Sihombing, 2023).

Adapun peran orang tua dalam membangun sikap toleransi pada anak adalah memberikan sikap toleransi yang dimulai dari hal-hal yang kecil, membiasakan mereka melakukan toleransi dengan anggota keluarga misal dengan ayah, ibu, kake, nenek, ataupun saudara yang lain yang ada dirumah, misal dengan (1) orang tua memulai dengan mendengarkan pendapat anak, (2) mengajarkan anak untuk menghormati orang yang lebih tua, (3) tidak membeda-bedakan atau pilih kasih, (4) menghargai perbedaaan karakter setiap anggota keluarga, (5) dan bersikap adil (Eirin, 2024).

Input suhttps://herstory.co.id/read140627/3-ciri-orang-tua-berhasil-dalam-mendidik-anak-moms-termasuk-gakmber gambar
Input suhttps://herstory.co.id/read140627/3-ciri-orang-tua-berhasil-dalam-mendidik-anak-moms-termasuk-gakmber gambar

Tantangan dalam Menerapkan Pendidikan Multikulturalisme dan Toleransi 

Dilihat dari banyak nya suku, ras, bahasa, dan bangsa, tentang kenyataan bahwa kehidupan di Indonesia tidak lepas dari toleransi dan kehidupan multikulturalisme. Pendidikan multikultural memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk pendidikan di dalam suatu negara yang banyak sekali multikultural didalam nya, Tanpa adanya pendidikan yang dikhusukan untuk memahami apa itu multikulturaliisme dalam kehidupan maka tidak akan toleransi dan aneka ragam budaya dimasa depan dalam masyarakat Indonesia. Multikultural hanya mampu dijelaskan lewat kata-kata tanpa adanya contoh nyata yang dapat dijelaskan secara mendetail.

menurut (Supardan, 2015) terdapat tiga tantangan besar dalam melaksanakan pendidikan multikultural dan toleransi di Indonesia yaitu:

  • Agama, suku, bangsa, dan tradisi

Agama, Suku  dan Adat istiadat Agama tentunya menjadi pengikat terpenting dalam kehidupan. Namun bila digunakan sebagai senjata politik atau melawan etnis dan tradisi hidup suatu masyarakat, kekuatan masyarakat yang harmonis akan hancur. Setiap individu menganut prinsip-prinsip agama  dalam kehidupannya di masyarakat, namun tidak membagikan keyakinan agamanya kepada orang lain. Hal ini hanya dapat dicapai melalui pendidikan multikultural untuk mencapai tujuan dan prinsip mengenai penghormatan terhadap agama. Sekolah negeri (formal) dan pendidikan agama  bertujuan untuk menciptakan toleransi dan kepercayaan terhadap anggota masyarakat  lain yang berbeda keyakinan agama. Contoh toleransi beragama adalah pada bulan Ramadhan, pelajar muslim dapat berpuasa dan pelajar non-muslim dapat menghormati pelajar muslim dengan  tidak makan atau  minum di hadapannya (Supardan, 2015).

  • Kepercayaan

Kepercayaan merupakan unsur penting dalam hidup bersama. Dalam masyarakat majemuk, kita selalu memikirkan risiko yang ditimbulkan oleh perbedaan kita. Risiko ketidakpercayaan, ketakutan, atau ketidakpercayaan terhadap orang lain juga dapat terjadi karena tidak adanya komunikasi  dalam masyarakat majemuk. Hal ini dapat diatasi dengan menciptakan rasa percaya diri (pemahaman yang lebih baik terhadap perbedaan)  melalui komunikasi, dialog, toleransi dan  partisipasi terhadap orang lain. Mempercayai seseorang  berarti Anda dapat mengurangi risiko dalam hidup Anda dan membaginya satu sama lain (Supardan, 2015).

  • Toleransi

Toleransi adalah bentuk kepercayaan tertinggi yang bisa kita capai. Toleransi  menjadi kenyataan ketika kita menerima adanya perbedaan. Oleh karena itu, jika Anda bertoleransi, Anda tidak serta merta harus  mempertahankan keyakinan Anda. Pendidikan multikultural diperlukan untuk mencapai tujuan menjadi manusia Indonesia yang demokratis dan dapat hidup di Indonesia. Menurut Ibu Anita Lee (Supardan, 2015), menjelaskan bahwa pendidikan multikultural di Indonesia, khususnya pada pendidikan formal, menghadapi tiga tantangan mendasar:

  • Fenomena Homogenisasi

Dalam dunia pendidikan, fenomena homogenisasi terjadi ketika kita bolak-balik antara keunggulan dan keterjangkauan. Siswa dibagi ke sekolah berdasarkan latar belakang sosial ekonomi, agama, dan suku. Selain itu, ketentuan yang mengatur pendidikan agama dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 juga melarang sekolah yang menganut agama lain untuk menerima siswa yang berbeda agama. Lalu ada pengelompokan anak berdasarkan agama, kelas sosial ekonomi, ras, dan suku. Setiap hari, anak-anak hanya bersosialisasi dan berinteraksi  dengan teman-temannya saja. Meski interaksi di luar sekolah mungkin sama, namun kemampuan anak dalam memahami dan mengenali perbedaan menjadi sangat langka (Supardan, 2015).

  • Kurikulum

Survei Membaca 2001 Kurikulum 1994. Studi ini menganalisis isi 823 teks bacaan dari 44 buku teks bahasa Inggris yang digunakan di sekolah menengah berdasarkan gender, status ekonomi, budaya lokal dan geografi. Pada keempat kategori tersebut, buku-buku tersebut masih memiliki ketimpangan dan bias sehingga sangat membatasi kesadaran multikultural siswa. Ungkapan “Anda adalah apa yang Anda baca” hendaknya menjadi dasar pengembangan kurikulum. Memberikan siswa materi pembelajaran yang  bias (golongan, gender, etnis, agama, suku) akan mengakibatkan siswa memiliki keyakinan dan prasangka negatif terhadap orang lain yang berbeda dengannya. Keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia dipertimbangkan dalam kurikulum hanya sejauh simbol dan simbol budaya seperti pakaian, seni daerah, dan stereotip suku juga dipertimbangkan (Supardan, 2015).

  • Guru

Bakat dan kompetensi guru di Indonesia secara umum masih di bawah standar, khususnya dalam menghadapi pembelajaran multikultural. oleh karena itu, penerapan pendidikan multikultural memerlukan banyak langkah, mulai dari perancangan kurikulum terpadu, standarisasi buku dan materi, pengembangan materi dan kurikulum, pengembangan profesional dan pelatihan guru, perancangan kegiatan, perancangan pemantauan dan evaluasi (Supardan, 2015).

Implementasi Toleransi dalam Pendidikan

Menurut Bahari yang dikutip  Azmi (Azmi dan Kumara, 2021), generasi muda saat ini yaitu pelajar merupakan salah satu aspek penting dalam masyarakat untuk terpeliharanya prinsip dan munculnya toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Siswa mempunyai pola pikir yang idealis. Kita mempunyai keyakinan yang kuat dan tak tergoyahkan mengenai permasalahan dan persoalan yang kita hadapi, atasi, dan dampaknya. Mahasiswa merupakan individu yang dianggap sebagai penerus, penerus, atau generasi baru  pemimpin  masa depan. Mahasiswa dipandang sebagai agen perubahan yang  mampu membawa perubahan baru dan lebih baik di masa depan (Santoso, 2023).

Maka dapat disimpulkan bahwa pengenalan toleransi dalam pendidikan merupakan  upaya untuk memperkenalkan konsep yang dikembangkan untuk menanamkan nilai saling menerima terhadap cara pandang, perilaku dan kebiasaan yang berbeda melalui pemberian program dan fasilitas kepada sivitas akademika; Sebuah komunitas yang siap menjadi agen perubahan bagi masyarakat sekitar (Santoso, 2023). Misalnya mahasiswa yang berada dikelas saling menghormati dan saling membantu tanpa memandang suku, ras, bahasa, dan tetap saling menghargai sebagai satu kesatuan dari bangsa Indonesia.

https://www.warnanusa.com/pendidikan/pr-8356317343/kunci-jawaban-tema-6-kelas-4-sd-mi-halaman-153-154-subtema-3-pembelajaran-6-ulasan-materi-meraih-ci
https://www.warnanusa.com/pendidikan/pr-8356317343/kunci-jawaban-tema-6-kelas-4-sd-mi-halaman-153-154-subtema-3-pembelajaran-6-ulasan-materi-meraih-ci

Kesimpulan

Menjaga sikap toleransi dalam implementasi pendidikan multikultural sangat penting karena toleransi dapat Meningkatkan Kepedulian Sosial dengan membangun kepedulian sosial dalam pendidikan untuk menciptakan sikap saling membantu tanpa memandang latar belakang, Mencegah Echo Chamber yaitu bisa dibilang egois tidak mau tahu atau peduli dengan keadaan disekitar. Pendidikan multikultural mencegah siswa hanya mendengar pandangan mereka sendiri, sehingga mengurangi polarisasi dan ekstrimisme sosial. Dan dapat Memahami Keberagaman Toleransi membantu anak memahami keberagaman  budaya, agama, dan asal usul. Hal ini memperkaya pengalaman mereka dan memperkuat persatuan di tengah perbedaan.

Daftar Pustaka

Alfonsus, I. (2021, Maret 29). Urgensi Pendidikan Toleransi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia. Diambil kembali dari kumparan.com: https://kumparan.com/ignatioalfonsus/urgensi-pendidikan-toleransi-dalam-dunia-pendidikan-di-indonesia-1vRoV29cP5y

Dr. Idrus Ruslan, M. (2020). Kontribusi lembaga-lembaga keagamaan dalam pengembangan toleransi antar umat beragama di iindonesia. Bandar Lampung: Arjasa Pratama.

Eirin, G. (2024, Februari 2). 15 contoh penerapan sikap toleransi di keluarga, materi kelas 4 SD. Diambil kembali dari bobo.grid.id: https://bobo.grid.id/read/084007837/15-contoh-penerapan-sikap-toleransi-di-keluarga-materi-kelas-4-sd?page=all

Muhammad Ridwan Effendi, Y. D. (2021). Menjaga toleransi melalui pendidikan multikulturalisme. Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan, 43-51.

Prastiwi, M. (2021, November 18). Jadi Bagian dari Profil Pelajar Pancasila, Ini Manfaat Toleransi. Diambil kembali dari kompas.com: https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/18/072400071/jadi-bagian-dari-profil-pelajar-pancasila-ini-manfaat-toleransi

Santoso, M. M. (2023). Implementasi nilai toleransi bagi mahasiswa di universitas pendidikan muhammadiyah sorong. Jurnal PAIDA, 184-185.

Sihombing, J. M. (2023). Peran guru dalam menanamkan nilai toleransi dis sekolah dasar 175771 Siaro. GECI: Jurnal Generasi Ceria Indonesia, 22-26.

Supardan, A. (2015, Mei 21). Tantangan Pendidikan Multikulturalisme. Diambil kembali dari blogspot.com: https://supardan103.blogspot.com/2015/05/tantangan-pendidikan-multikultural.html?m=1

Welianto, A. (2020, Januari 1). Tujuan dan manfaat toleransi. Diambil kembali dari kompas.com: https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/06/170000769/tujuan-dan-manfaaat-toleransi?page=all

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun