Bab 1
"Apakah dia cantik?"
"Biasa saja."
"Tinggi?"
"160-an cm, ku taksir tak lebih dari 165 cm. Sebelum kau bertanya lagi ku beritahu berat badannya sekitar 45 sampai 50 kg. Antara tinggi badan dan berat cukup ideal. Kau mau tahu warna kulit, rambut, ukuran bra?"
Hendra mengangguk, "Tentu saja."
"Kulit kuning langsat. Kira-kira rambut hitam lurus menjuntai sampai pinggul."
"Kenapa kira-kira?"
"Dia pakai jilbab, mana bisa ku lihat rambutnya?"
"Lalu bagaimana kau bisa mengira-ngira tipe rambut...,Â
"Mona namanya."
"Ku ulangi, dari mana kau tahu rambut Mona sedangkan kau tak bisa melihatnya karena dia berjilbab?"
"Bulu matanya panjang dan lentik. Dari situlah aku menyimpulkan kalau rambut Mona itu bergelombang. Biasanya gadis dengan bulu mata lentik rambutnya bergelombang."
"Bulu mata panjang tidak berarti rambutnya panjang sampai pinggul kan?"
"Ya, tentu saja. Aku melihat sendiri rambutnya sampai pinggul karena jilbabnya pendek saja, bahkan dadanya yang montok tak tertutupi dengan baik. Nih lihat, aku punya fotonya."
Hendra men-zoom foto di layar gawai milik temannya itu. Lama dia mengamati foto itu kemudian berkomentar, Aku lebih suka kalau jilbabnya lebih lebar lagi supaya dadanya tertutup sempurna. Kalau gamisnya sudah cukup, tidak menempel ketat di tubuh juga tidak terlalu longgar. Ku rasa pas. Kapan aku bisa bertemu dengan Mona?"
"Tunggu dulu, kau bahkan belum berkomentar tentang wajah, hidung, bibir...."
"Foto menyamping begini memperlihatkan bentuk hidung yang cukup mungil, dagu...seperti tak punya dagu atau bulat lah. Kau punya foto Mona yang lain?"
"Ini.."
"Dari depan begini terlihat jelas. Dia cantik. Tapi tadi kau bilang dia tak cantik?H......ooh dia cantik karena makeup saja, entahlah kalau tak pakai. Kapan kau ada waktu?"
"Untuk apa?"
"Temani aku ke rumahnya."
"Nanti kuhubungi."
"Baik lah."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H