"Iya, ayo, "jawabku.
Kenapa 2?
Santi lantas mengekor di belakangku sampai di depan lemari pakaian yang kuletakkan di kamar tidur. Kubuka lemari lalu memintanya mendekat.
"Pilih sendiri saja San, itu celananya."
Kutunjukkan padanya rak paling bawah dimana kusimpan dengan rapi koleksi jeansku. Dibongkar-bongkarnya susunan celana itu. Cukup lama. Celana-celana jeans itu kini berhamburan di lantai.
"Yang ini tak mau Santi, "tanyaku sambil membentangkan salah satu jeansku yang berserakan di lantai.
Dia menggeleng lalu mencari lagi. Kali ini di rak yang di atas. Aku mulai kesal dibuatnya. Putraku terus meronta ingin turun dari gendongan. Ku turunkan putraku. Begitu di lantai dia lantas menarik-narik tanganku ingin ke halaman.
"San, yang bagaimana sih kamu cari? Ayo cepetan!"
"Pakai yang itu saja dah, "kataku, "Itu paling baru dan mahal."
Santi menggeleng. Putraku tambah menarik-narik tanganku. Kali ini disertai rengekan dan tangisnya yang cetar membahana.
"Di mana sih Mbak simpan celana Mbak?" tanya Santi kemudian.