Inovasi teknologi digital kian melaju dengan sangat cepat selama dua dasawarsa terakhir. Kemajuan ilmu komputer dan internet telah mengubah norma hidup manusia masa kini.Â
Infrastruktur digital itu telah menggeser cara manusia berkomunikasi, berinteraksi, dan bertransaksi. Ditemukannya komputer personal, kemudian dihadirkannya internet, dan dipasarkannya perangkat seluler telah menjadikan manusia yang jauh terasa lebih dekat sekaligus yang dekat terasa jauh.Â
Pada zaman dengan ketiadaan internet, ayah dan anak bisa ngobrol dari hati ke hati berjam-jam tanpa terganggu ponsel di tangan.Â
Saat ini, dua orang duduk selama satu jam tanpa sepatah kata pun. Karena keduanya sibuk chatting dengan teman-teman mereka di tempat nun jauh di sana.Â
Teknologi digital boleh dikata seperti pisau bermata dua, mendekatkan yang jauh sekaligus menjauhkan yang dekat.
Evolusi Teknologi
Kini gelombang inovasi komputasi itu kian dahsyat dengan hadirnya teknologi imersif berwujud augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan mixed reality (MR). AR menghubungkan objek maya ke dalam dunia nyata.Â
Pernah main Pokemon Go? Itulah teknologi AR. Ketika orang bermain Pokemon Go, ia masih sadar terhadap situasi sekitar.Â
Sementara itu, orang yang menggunakan Google Cardboard bisa tidak sadar dengan situasi di sekelilingnya karena ia masuk secara total ke dalam dunia maya. Itulah teknologi VR.Â
Sebuah teknologi yang membuat penggunanya berinteraksi dengan dunia maya yang ia lihat dari sebuah headset. Lebih dari itu, MR adalah kombinasi dari AR dan VR.
Belum tuntas kita mengeksplor canggihnya teknologi imersif ini, dunia kini digemparkan dengan kehadiran metaverse.Â
Teknologi digital terkini yang bukan sekedar menghubungkan dunia nyata dengan dunia maya. Metaverse seolah membukakan jalan untuk manusia 'hidup' di dua alam, yakni alam nyata dan alam maya.
Metaverse sejauh ini dapat dimaknai sebagai realitas virtual yang dibangun semirip mungkin dengan dunia nyata. Dengannya, manusia bisa membangun karakter di dunia virtual, berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang lain. Kepemilikan properti di metaverse pun sekarang sudah berlangsung.
Metaverse, seperti kehadiran teknologi baru sebelumnya, akan membawa paradigma baru bagi peradaban umat manusia.
Potensi Masalah Metaverse
Sebagai alat teknologi selain membawa manfaat, metaverse pasti hadir dengan beberapa potensi masalah. Kita perlu mengestimasi masalah itu untuk memahami bagaimana metaverse bekerja. Dalam kesempatan ini, kita akan melihat lima potensi masalah yang akan muncul dalam metaverse.
Potensi masalah yang pertama adalah identitas dan reputasi diri. Kita di metaverse akan direpresentasikan oleh avatar. Interaksi kita di metaverse diwakili oleh interaksi avatar kita dengan avatar orang lain. Karena kehidupan kita di metaverse akan dibangun seidentik mungkin dengan kehidupan di dunia nyata, maka memastikan bahwa avatar yang di metaverse itu benar-benar merepresentasikan orang tertentu menjadi isu yang krusial.Â
Sistem IT di metaverse harus dapat memastikan bahwa satu avatar hanya merepresentasikan satu orang di dunia nyata.Â
Identitas avatar itu harus valid dan tidak mudah diacak-acak. Karena nanti kaitannya adalah dengan reputasi diri di dalam dunia metaverse. Identitas dan reputasi avatar itu harus seidentik mungkin dengan identitas dan reputasi orang yang diwakilinya di dunia nyata.
Potensi problem kedua adalah data dan sekuritas. Metaverse adalah teknologi baru yang melampaui kecanggihan teknologi IT yang ada sekarang. Keseluruhan data, khususnya data personal, di metaverse menuntut sistem keamanan level lebih tinggi.Â
Beberapa step verifikasi mungkin diperlukan supaya identitas data personal tidak bocor dan dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Berikutnya adalah potensi masalah uang digital dan sistem pembayaran. Sejauh ini bitcoin adalah salah satu uang digital yang ramai digunakan. Tata cara belanja di metaverse akan sangat berbeda dengan yang ada sekarang.Â
Di metaverse, barang bisa dibeli secara online dan diantar wujud fisiknya. Pun sebaliknya, barang bisa dibeli secara fisik untuk kemudian diwujudkan versi virtualnya.Â
Metaverse adalah jalan pergi dan pulang di dua alam: virtual dan nyata. Oleh karena itu, sistem keamanan pembayaran dan keuangan digital di metaverse membutuhkan terobosan teknologi yang baru.
Masalah hukum juga perlu diantisipasi. Metaverse akan menghubungkan orang secara masif dan dinamis dari seluruh penjuru dunia.Â
Dengan keadaan itu, akan ada peluang (besar) terjadinya kejahatan yang melanggar batas-batas aturan hukum negara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, sistem yuridis yang mengatur warga metaverse perlu disiapkan.
Terakhir, pergeseran konsep ruang dan waktu. Dalam dunia nyata kita berada dalam ruang yang terbatas, sementara di dunia virtual kita bisa menembus ruang sejauh kita inginkan.Â
Persepsi kita tentang waktu pun mungkin akan berubah karena sebagai makhluk virtual kita cenderung tidak aware terhadap eksistensi tubuh kita di dalam dunia maya itu.Â
Masuknya kita secara total ke dalam dunia maya di metaverse akan membawa kecenderungan kita untuk tinggal lebih lama di sana.Â
Di metaverse, kita bisa menembus ruang dan waktu. Kita bisa pergi ke ruang manapun dan waktu kapanpun. Dari ruang paling kecil ke ruang paling besar karena yang kecil bisa dibesarkan dan yang besar bisa dikecilkan dalam dunia virtual. Kita juga bisa pergi ke masa lalu dan masa depan.Â
Dengan kecanggihan teknologi artificial intelegence (AI), ruang waktu bisa dimodifikasi di metaverse. Peluang terjadinya distorsi persepsi ruang dan waktu besar sekali.Â
Jadi, mekanisme pengaturan ruang dan waktu perlu dibangun agar kita tetap sadar bahwa kita ini adalah makhluk bumi, makhluk yang berada dalam ruang dan waktu yang spesifik.
Kalimat Penutup
Antisipasi terhadap kemungkinan-kemungkinan masalah dalam teknologi metaverse akan membuat kita lebih siap menyambut sekaligus lebih siap masuk ke dalam metaverse.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H