Berikutnya adalah potensi masalah uang digital dan sistem pembayaran. Sejauh ini bitcoin adalah salah satu uang digital yang ramai digunakan. Tata cara belanja di metaverse akan sangat berbeda dengan yang ada sekarang.Â
Di metaverse, barang bisa dibeli secara online dan diantar wujud fisiknya. Pun sebaliknya, barang bisa dibeli secara fisik untuk kemudian diwujudkan versi virtualnya.Â
Metaverse adalah jalan pergi dan pulang di dua alam: virtual dan nyata. Oleh karena itu, sistem keamanan pembayaran dan keuangan digital di metaverse membutuhkan terobosan teknologi yang baru.
Masalah hukum juga perlu diantisipasi. Metaverse akan menghubungkan orang secara masif dan dinamis dari seluruh penjuru dunia.Â
Dengan keadaan itu, akan ada peluang (besar) terjadinya kejahatan yang melanggar batas-batas aturan hukum negara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, sistem yuridis yang mengatur warga metaverse perlu disiapkan.
Terakhir, pergeseran konsep ruang dan waktu. Dalam dunia nyata kita berada dalam ruang yang terbatas, sementara di dunia virtual kita bisa menembus ruang sejauh kita inginkan.Â
Persepsi kita tentang waktu pun mungkin akan berubah karena sebagai makhluk virtual kita cenderung tidak aware terhadap eksistensi tubuh kita di dalam dunia maya itu.Â
Masuknya kita secara total ke dalam dunia maya di metaverse akan membawa kecenderungan kita untuk tinggal lebih lama di sana.Â
Di metaverse, kita bisa menembus ruang dan waktu. Kita bisa pergi ke ruang manapun dan waktu kapanpun. Dari ruang paling kecil ke ruang paling besar karena yang kecil bisa dibesarkan dan yang besar bisa dikecilkan dalam dunia virtual. Kita juga bisa pergi ke masa lalu dan masa depan.Â
Dengan kecanggihan teknologi artificial intelegence (AI), ruang waktu bisa dimodifikasi di metaverse. Peluang terjadinya distorsi persepsi ruang dan waktu besar sekali.Â
Jadi, mekanisme pengaturan ruang dan waktu perlu dibangun agar kita tetap sadar bahwa kita ini adalah makhluk bumi, makhluk yang berada dalam ruang dan waktu yang spesifik.