Mohon tunggu...
Nurul Hayati
Nurul Hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa IAI Sunan Kalijogo Malang

perempuan pertama dalam keluarga sederhana yang mendapat kesempatan untuk dapat merasakan nikmatnya mengejar gelar sarjana. perempuan biasa yang ingin menembus dunia tanpa melupakan nilai-nilai agama dan ingin menjadi penerus bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesedihan Patah Hati Tidak Melebihi Kesedihan Siksaan Allah

22 November 2024   09:17 Diperbarui: 22 November 2024   09:18 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sepertinya kesedihan masih belum hilang. Semenjak aku memutuskan untuk tidak melanjutkan hubunganku dengan Dia, rasanya nyayian kesedihan terus saja mengikutiku sejauh apapun aku pergi. Aku ingin melupakan semua ini sejenak. Apa yang harus aku lakukan?

Aku teringat ajakan khurin untuk pergi healing. Mungkin dengan refreshing sejenak bisa sedikit mengobati rasa sedih ini. Segera ku hubungi dia.

" mbak, ziaroh aja yuk... biar bisa nenangin pikiran sekaligus nenangin hati"

kurang lebih seperti itu yang diucapkan khurin. Aku belum bercerita padanya tentang hubunganku. Aku hanya bilang jika aku sedang sedih. Dia sangat peka sekali dengan keadaanku dan berziarah juga Ide yang tidak buruk. Dengan berziarah aku tidak akan sekedar menghibur perasaanku tapi juga bisa mengadu dan mendekat pada sang pencipta. Mungkin ini juga jawaban dari-Nya.

Aku meminta khurin memesan tiket kereta dari malang ke Surabaya. Tujuanku kali ini jatuh pada salah satu makam waliyyulah di Surabaya yaitu makam raden rahmatullah atau sunan ampel. Dimalam hari kelahiran orang mulia dibumi ini(malam maulid nabi Muhammad saw) aku ingin mendapat syafaatnya dengan bercengkrama dengan kalam Allah. Ingin menghatamkannya disana.

Aku dan khurin berangkat pada dini hari dari stasiun blimbing menuju stasiun Surabaya kota. Dalam perjalanan aku menceritakan semuanya pada khurin. Hubunganku patah dengan alasan yang jarang bisa diterima banyak orang. Istilah menjauh untuk menjaga sedang kami usahakan. Ingin menuju kejenjang yang lebih serius tanpa pernormalisasian pacaran. Kami berpisah dengan baik-baik saja tapi entah mengapa kehilangan itu menimbulkan kesedihan tiada tara.

Setelah sampai di stasiun Surabaya kota, aku dan khurin segera memesan grab menuju komplek pemakaman sunan ampel. Aku sedikit sedih, Ketika sampai disana ternyata pengunjung sangatlah banyak hingga berdesak-desakan. Aku takut tidak bisa masuk ke area makam. Sedikit demi sedikit dengan sabar kami berjalan menuju area makam. Beberapa drama terjadi karena pengunjung yang tidak mau mengalah dengan pengunjung yang lain. Meminta segera masuk pintu makam. Padahal kondisi seperti ini harusnya tidak boleh tergesah-gesah, saling mengalah dan bersabar.

Alhamdulillah kami dapat masuk pintu area makam. Kami segera mencari tempat yang nyaman untuk duduk dan mulai membaca alqur'an. Sebuah keberuntungan karena bisa sampai di dalam area makam terlebih dahulu karena beberapa saat  setelah kami masuk, aku melihat pintu makam ditutup. Peziarah yang berada di luar pintu tidak boleh masuk karena kapasitas pengunjung yang sudah penuh.

Lantunan ayat sedikit demi sedikit kami kumandangkan. Perasaan ku campur aduk. Kalam Allah ada dihadapanku tapi hati dan pikiranku tidak pada tempatnya.

Ya Allah... mengapa Ketika aku melantunkan kalam-Mu, aku teringat dengan semua kegundahan hatiku. Rasanya air mata ini memberontak ingin keluar. Mungkin hati ini terlalu dalam Ketika menempatkan selain-Mu disana sehingga aku merasa sakit Ketika tidak sesuai dengan kehendak-Mu.

Beberapa jam telah terlewati, waktunya penyeterilan makam dari peziarah karena sudah masuk waktu dzuhur. Aku dan khurin mencari tempat untuk sholat dan istirahat. Cuaca panas, perut kosong membuat tubuh ini sedikit kehilangan tenaganya.

Setelah tenaga terasa pulih Kembali dan perut sudah terisi, kami melanjutkan membaca alqur'an di musholah dekat makam. Kami tidak menuju ke makam karena aku tidak kuat dengan panasnya kota Surabaya.

Sore hari menyapa. Sepertinya kejenuhan sudah datang. namanya juga manusia, baru baca alqur'an dikit sudah mengeluh berkepanjangan. Aku dan khurin memutuskan keluar komplek makam untuk mencari udara segar. Khurin menawarkan view menarik dekat dengan makam sunan ampel. Jembatan merah dan Gedung kota lama Surabaya. Tidak ada salahnya jika aku menuruti sarannya. Toh masih ada waktu untuk melanjutkan menghatamkan alqur'an. Sekalian mencari makanan yang bisa jadi tenaga sampai nanti malam.

Puas dengan jalan-jalan, berfoto dan mencari makan. Kami Kembali ke area makam karena hari sudah sedikit gelap. Ketika sampai dikomplek makam kami sholat maghrib terlebih dahulu dan berjalan menuju makam. Sayangnya, ketika sampai disana aku dan khurin tidak bisa masuk karena pintu sudah tertutup. Tadi sore makam sempat dibuka tapi kali ini Kembali ditutup karena pengunjung yang membeludak. Aku belum menyelesaikan alqur'anku. Aku mencari jalan lain agar bisa masuttapi tetap tidak dapat masuk, mencari celah diantara petugas juga tetap tidak bisa masuk. Akhirnya aku duduk di pelataran masjid ampel menunggu shalat isya' sambil menyicil ayat-ayat alqur'an.

Adzan isya' berkumandang. Mengingat hari ini sudah seberapa bersyukurnya diriku atas kenikmatan yang diberikan sang pecipta. Merenungi segala hal yang terjadi dihidupku bahkan dalam hal perasaan. Aku dulu berkeinginan berziarah bersamanya. Dia pun pernah berencana berangkat ke makam ini sebelum aktivitas mencari ilmunya dikota Seberang bersamaku. Namun rencana itu sekarang hanya menjadi sebuah harapan belaka. Mungkin Allah punya kehendak lain. Dan kali ini aku mewujudkan keinginan itu sendiri tanpanya.

Aku sholat isya' dishof belakang sebelah nenek-nenek. Beliau sholat dengan duduk. Mungkin karena faktor usia membuatnya tidak bisa sholat dengan berdiri. Malu rasanya sebagai anak muda yang sehat masih menunda-nunda sholat. Beliau, meskipun sudah tua tetap mengutamakan melaksanakan sholat dan berjamaah meskipun dengan keadaan duduk.

"saking pundi nduk?" (asalnya dari mana nak?)

Tanya beliau setelah aku menyalami tangannya selepas doa sholat. Jika dilihat-lihat wajahnya sangat menenangkan. Mungkin dulu Ketika masih muda beliau Wanita yang berparas cantik.

"saking malang mbah". (dari malang mbah) jawabku.

"oh malang...rombongan a?".(oh malang... rombongan?)

"mboten, namung berdua mawon kaleh rencang. Njenengan saking pundi mbah??"(tidak, hanya berdua saja dengan teman. Anda dari mana asalnya mbah??)

" kulo saking sidoarjo. sampun lami mboten wangsul. Enten ndek mriki tok, cek cedek lekne ziaroh".(aku dari sidoarjo. Sudah lama tidak pulang. ada disini terus, biar dekat kalo mau ziarah)

Aku mengangguk-angguk mendengar pernyataan beliau. Mungkin aku dapat bertanya pada beliau Dimana nanti aku bisa tidur. Sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini juga karena belum khatam. Keretapun berangkat nanti setelah subuh.

" bade tanglet, ten mriki enten mboten penginapan sing celak makam mbah?"(mau tanya, disini ada tidak penginapan yang dekat dengan makam,mbah?)

" enten musholah Wanita, niku biasa e damel penginapan kaleh peziarah."(ada musholah Wanita, itu biasanya dibuat penginapan sama peziarah) beliau menunjuk musholah yang tadi siang sempat ku gunakan.

" kulo biasa e nggeh tilem ten mriku. Lek bade ngipeng mangke kaleh kulo".(aku biasanya juga tidur disitu. Kalua mau menginap nanti dengan saya).
"nggeh mbah... kados e kulo dereng saget wangsul. Tasik dereng mantun".(iya mbah... sepertinya saya belum bisa pulang. Masih belum selesai.)

" ziaroh e dereng mantun?"(ziarahnya belum selesai?) tanya beliau.

" khatam alqur'an e sing dereng mantun. Kulo ziaroh kaleh khataman Tapi molai wau dereng mantun."(khatam alqur'annya yang belum selesai. Saya ziarah sekaligus khataman tapi dari tadi  belum selesai)

"mboten nopo, samean khatamaken mawon alqur'an e. mugi-mugi angsal barokah e alqur'an, barokah e mbah sunan ampel,barokah e kajeng nabi". (tidak apa-apa, kamu khatamkan saja alqur'annya. Semoga mendapat barokahnya alqur'an,barokahnya mbah sunan ampel, barokahnya nabi muhammad).

Aku mengamini ucapan beliau. Seoga dimalam ini membawa keberkahan sendiri bagiku.

"kulo niki hafidhoh qur'an nduk. sampun khatam mulai sek enom,wes biyen. Kulo nggeh wes bolak-balik umroh. Wis ping wolulikur. Lek sampun telung puluh pon mboten kepingin maleh. Pon siap ngedep pengeran"(aku ini hafidhoh quran nak. sudah hatam dari masih muda,sudah dari dulu. Aku juga sudah umroh berkali-kali. Sudah 28 kali. Kalo sudah 30 kali sudah tidak ingin lagi. Sudah siap menghadap tuhan).

Aku speechless dengan perkataan beliau. Sungguh harapan yang mulia. Aku hanya bisa memperhatikan beliau.

" kulo nggeh tasik nembe belajar menghafal alquran. Tasik kedik, pangestune mawon" (saya juga masih baru belajar menghafal alqur'an. Masih sedikit, mohan doa restunya saja)

" nggeh.. sampean tutukanken qur'an e nggeh,  mugi-mugi dados hafidhoh qur'an sampek mutqin"(iya... kamu selesaikan alqur'annya ya... semoga jad hafidhoh quran sampai mutqin)

Setelah itu beliau mengulurkan tanganya yang kemudian kusambut dengan menciumnya. Kemudian beliau melanjutkan dzikirnya. Terharu didoakan orang yang mulia.

Khurin sudah beranjak dari tempatnya. Lalu bagaimana aku menghatamkan alqur'a malam ini. Aku berinisiatif mengajak khurin melanjutkan khataman dimakam mbah sholeh dekat masjid ini. Kemudian khurin menyetujui usulanku. Kami pergi kesana dan mencari tempat yang nyaman. Saat melanjutkan melantunkan ayat-ayat alqur'an berulang kali ada orang disekelilingku bergantian berziarah memanjatkan doa-doanya. Beberapa kali juga aku melihat orang-orang yang melantunkan alqur'an tanpa melihat mushafnya. Di kalilingi orang-orang yang sudah terikat dengan alqur'an di hati dan lisannya membuat aku semakin kecil. Aku merasa perjalananku menghafal alqur'an belum ada apa-apanya dibanding mereka. Aku berfikir mungkin kalam allah ini memang tidak bisa diduakan selain diri-Nya. Adanya seseorang dihatiku membuat aku harus memilih salah satu dari ini. Dia laki-laki yang kucintai dan mencintaiku atau alqur'anku. Jalan meninggalkan hubungan yag tidak diridhoi ini mungkin jalan yang tepat.

Aku berdoa bahwa jodohku adalah orang yang baik bagi diriku dan keluargaku nantinya. Andai dia memang jodohku, mungin saat ini Allah sedang mempersiapkan dirinya dengan versi terbaik bagi ku. Semoga kesedihan patah hati ini tidah akan melebihi kesedihan siksaan dari Allah jika aku tidak menjaga kalamnya dan tidak mematuhi larangannya.

cinta yang didasari karena Allah dan membawa kita lebih dekat dengan-Nya akan menjadi cinta yang sejati

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun