" nggeh.. sampean tutukanken qur'an e nggeh, Â mugi-mugi dados hafidhoh qur'an sampek mutqin"(iya... kamu selesaikan alqur'annya ya... semoga jad hafidhoh quran sampai mutqin)
Setelah itu beliau mengulurkan tanganya yang kemudian kusambut dengan menciumnya. Kemudian beliau melanjutkan dzikirnya. Terharu didoakan orang yang mulia.
Khurin sudah beranjak dari tempatnya. Lalu bagaimana aku menghatamkan alqur'a malam ini. Aku berinisiatif mengajak khurin melanjutkan khataman dimakam mbah sholeh dekat masjid ini. Kemudian khurin menyetujui usulanku. Kami pergi kesana dan mencari tempat yang nyaman. Saat melanjutkan melantunkan ayat-ayat alqur'an berulang kali ada orang disekelilingku bergantian berziarah memanjatkan doa-doanya. Beberapa kali juga aku melihat orang-orang yang melantunkan alqur'an tanpa melihat mushafnya. Di kalilingi orang-orang yang sudah terikat dengan alqur'an di hati dan lisannya membuat aku semakin kecil. Aku merasa perjalananku menghafal alqur'an belum ada apa-apanya dibanding mereka. Aku berfikir mungkin kalam allah ini memang tidak bisa diduakan selain diri-Nya. Adanya seseorang dihatiku membuat aku harus memilih salah satu dari ini. Dia laki-laki yang kucintai dan mencintaiku atau alqur'anku. Jalan meninggalkan hubungan yag tidak diridhoi ini mungkin jalan yang tepat.
Aku berdoa bahwa jodohku adalah orang yang baik bagi diriku dan keluargaku nantinya. Andai dia memang jodohku, mungin saat ini Allah sedang mempersiapkan dirinya dengan versi terbaik bagi ku. Semoga kesedihan patah hati ini tidah akan melebihi kesedihan siksaan dari Allah jika aku tidak menjaga kalamnya dan tidak mematuhi larangannya.
cinta yang didasari karena Allah dan membawa kita lebih dekat dengan-Nya akan menjadi cinta yang sejati
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H