Aku kembali ke ruanganku. Bertemu komputerku kembali. Seorang supervisor lain masuk ke ruangan, sekedar istirahat sebentar sambil menunggu layslip (baca:instruksi kerja) dari planner lain selain aku.Â
" Sabar ya mba An,"
" Padahal ya Sel, di review kemarin Mba An sudah bilang kalo paling bisa ngasih hari ini agak siang, kok ya pagi-pagi sudah nge-reog," Dia berkata ke adm di ruanganku, Mba Sella, namanya. Ruanganku bukan ruangan yang luas juga, tapi tidak kecil juga. Ada 3 adm planner, termasuk aku dan Afi serta satu mas-mas dengan 2 anak buah serta 3 adm serta ada satu kursi kosong untuk atasan lain di bawah atasan yang pagi tadi memarahiku. Planner, adalah sebutan untuk adm yang tidak hanya input data ini itu tapi juga berkontribusi pada jalannya departemen dimana ia berada, Aku dan Afi mengontrol terkait material, Afi lebih ke data sedangkan aku cenderung ke lapangannya, dan satu lagi planner yang membuat intruksi kerja untuk para supervisor di lapangan. Serta 3 orang orang adm (baca: admin/administrasi), satu orang untuk input data harian ke sistem perusahaan, satu orang input data harian untuk me-monitoring kinerja (monitoring hasil kerja internal departemen) dan satu lagi adm yang bertugas untuk hal yang berkaitan dengan karyawan di departemen itu, bisa terkait cuti, jam kerja bahkan jika ada masalah dengan karyawan, dialah yang menjembatani karyawan ke HRD (human resource departement). Tapi kursi itu fleksibel, terkadang supervisor lain pun mendudukinya untuk sekedar istirahat, karena memang jarang digunakan dan hanya itu satu-satunya kursi yang tidak ada komputer di mejanya.
" Emang gitu, mas. Udah ngga heran. Kadang aku yo mikir, senengane kok ngono, mbok yo dipanggil nang ruangan terus dikandani. Senengane kok nggawe uwong kaya ra bisa kerja ngono,"Â (Emang gitu, mas. Udah ngga heran. Kadang aku berpikir, Sukanya kok gitu, setidaknya dipanggil ke ruangannya terus diberi arahan. Sukanya kok bikin orang seperti 'ngga bisa kerja gitu').
" Heeh i, Sel,"
" Sesok mangkat ya, Mba An, mbok langsung kabur," Candanya kepadaku.
(Besok berangkat ya, Mba An, jangan malah langsung kabur)
" Ngga lah, mas" jawabku.
---
Aku ingat sewaktu aku SMA, aku selalu penasaran dan berandai-andai dengan orang dewasa yang bekerja. Apakah mereka juga diminta mengerjakan PR atau bahkan tugas-tugas lain? Apakah mereka juga harus membuat laporan? Apakah mereka pun akan pusing seperti mengerjakan soal trigonometri? Apakah mereka akan dimarahi ketika ia tidak bisa mengerjakan sesuatu?
" Aku rasa seperti inilah rasanya,"