Menelaah Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Novel "Tentang Kamu" Karya Tere Liye
Nama Tere Liye sebagai seorang penulis memang sudah sering didengar, terutama oleh para penggemar buku novel di Indonesia. Pecinta sastra dari kalangan remaja hingga dewasa banyak yang menggemari buku-buku karya Tere Liye ini. Tere Liye merupakan seorang penulis yang sudah menerbitkan banyak buku, baik berupa novel, buku kumpulan cerpen maupun buku kumpulan dari bebagai kutipan kata-kata indah motivasi. Cerita yang disampaikan Tere Liye dalam berbagai bukunya merupakan hal yang sangat menarik. Sebenarnya, ia menceritakan tentang sebuah kisah yang sangat sederhana dan mungkin pernah dijumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun, cara penulis menyampaikan ceritanya dengan cara yang tak biasalah yang membuat karya-karyanya menjadi sesuatu yang luar biasa bagi para pembacanya. Cerita yang demikian itu pulalah yang disampaikan penulis melalui novelnya yang berjudul "Tentang Kamu".
Novel "Tentang Kamu" dari karya Tere Liye sendiri menampilkan kisah yang amat sederhana, dari seorang wanita bernama Sri Ningsih. Secara umum, novel "Tentang Kamu" ini mengisahkan perjuangan seorang Sri Ningsih dari kecil, lalu dewasa hingga ia wafat. Di dalam novel ini, cerita tentang wanita bernama Sri Ningsih seolah diceritakan kembali oleh pemuda bernama Zaman Zulkarnaen yang ditugaskan untuk mencari tahu tentang Sri Ningsih. Zaman kemudian pergi ke tempat-tempat yang dahulunya pernah didiami oleh Sri Ningsih dan ia mendapatkan kisah perjalanan hidup lengkap Sri Ningsih dari orang-orang yang pernah mengenalnya.
Berdasarkan isinya, dapat disimpulkan bahwa novel Tere Liye yang satu ini secara garis besar bertemakan perjuangan seorang wanita hebat dalam menjalani berbagai rintangan dalam hidupnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam perjuangan yang dilakukan oleh Sri Ningsih di dalam cerita novel. Sejak kecil hingga ia dewasa, dikisahkan bahwa perjalanan hidup Sri Ningsih penuh dengan berbagai ujian hidup. Namun, Sri Ningsih terus berjuang dan tidak pernah menyerah dalam hidupnya. Hal ini dapat dilihat dari salah satu kutipan novel berikut ini:
"Saat kita sudah melakukan yang terbaik dan tetap gagal, apalagi yang harus kita lakukan? Berapa kali kita harus mencoba hingga kita tahu bahwa kita ada pada batas akhirnya? Berapa kali kita harus menerima kenyataan bahwa kita memang tidak berbakat, sesuatu itu bukan jalan hidup kita, lantas melangkah mundur? Aku sekarang tau jawabanya. Terimakasih atas pelajaran tentang keteguhan. Aku tau sekarang. Pertanyaan paling penting adalah bukan berapa kali kita gagal, melainkan berapa kali kita bangkit lagi, lagi, dan lagi dan lagi setelah gagal tersebut. Jika kita gagal 1000x, maka pastikan kita bangkit 1001x lagi." (hal. 209-210).
Kemudian, bukti perjuangan tangguh dari Sri Ningsih juga terdapat dalam kutipan:
"Separuh semangatku runtuh. Hidupku dipersimpangan. Apakah pulang atau terus dengan cita-citaku. Saat aku sudah hampir di titik terakhir, hampir menyerah, pertolongan itu datang." (hal. 221).
Selain tema yang menarik dan juga tentunya memotivasi, Tere Liye dalam bukunya "Tentang Kamu" ini ternyata juga menggambarkan kisah perjuangan Sri Ningsih dengan cara yang unik. Berdasarkan waktu kejadian dalam cerita, alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju-mundur. Cerita dimulai di masa kini ketika Zaman Zulkarnaen, seorang pengacara muda di firma hukum bernama Thompson & Co. diberikan tugas oleh atasannya untuk menyelidiki tentang Sri Ningsih. Sri Ningsih yang telah wafat di sebuah panti jompo ternyata meninggalkan harta warisan yang sangat banyak. Namun, keberadaan ahli waris masih harus diselidiki karena Sri Ningsih datang ke panti jompo tersebut tanpa identitas yang jelas. Ia hanya meninggalkan sebuah buku harian miliknya kepada petugas panti jompo setelah ia meninggal.
"...Kamu akan memastikan wanita tua yang malang itu mendapatkan penyelesaian warisan seadil mungkin menurut hukum. Dia akan beristirahat dengan tenang jika tahu harta warisannya telah diselesaikan dengan baik, tidak berakhir di Bona Vacantia, atau lebih serius lagi jatuh kepada penipu."(hal. 14)
Kemudian, Zaman Zulkarnaen pun melakukan sebuah perjalanan menuju ke tempat-tempat yang pernah didiami oleh Sri Ningsih untuk menelusuri kisah hidup Sri Ningsih. Zaman bertemu dengan beberapa orang yang pernah mengenal atau mengetahui cerita tentang Sri Ningsih. Kemudian, orang-orang tersebut pun menceritakan masa lalu Sri Ningsih yang menunjukkan alur mundur.
"Keluarga Nugroho tiba di Pulau Bungin tahun 1944."(hal. 67).
Lalu alur kembali lagi kepada waktu sekarang dimana Zaman sedang berusaha menelusuri masa lalu Sri Ningsih. Selain dari cerita orang-orang tersebut, Zaman juga mengetahui bagian-bagian cerita masa lalu Sri Ningsih dari buku diary miliknya.
"Zaman menerima buku diary itu, memeriksanya, terdiam. Buku ini penting sekali. Inilah kunci dari semua kisah yang akan dilewatinya beberapa hari ke depan."(hal. 46)
Selain menggunakan alur maju-mundur (campuran), cerita daalm novel juga menggunakan alur ganda. Hal ini dapat dilihat dari cerita yang seolah-olah memiliki 2 tokoh yang menjadi pusat perhatian pembaca. Tokoh tersebut adalah Sri Ningsih dan Zaman Zulkarnaen. Sri Ningsih memang menjadi pusat perhatian utama dalam cerita atas kisah hidupnya yang luar biasa. Namun tak dapat dipungkiri pula bahwa Zaman juga menjadi tokoh penting yang menjadi sorotan. Sebab, dalam buku novel ini kisah hidup tentang Zaman juga diulas, meski hanya sebagian kecil saja. Selain itu, Zaman juga menjadi tokoh yang berpengaruh sebab dialah yang menjadi kunci untuk membuka kisah masa lalu Sri Ningsih.
Seperti yang telah dibahas di atas, bahwa cerita "Tentang Kamu" memiliki 2 tokoh yang dianggap berperan penting. Pertama, Zaman Zulkarnaen. Tokoh Zaman digambarkan sebagai pemuda yang cerdas, penuh pengorbanan dan pantang menyerah. Hal ini daat dilihat dari sikapnya yang berusaha dengan sangat keras untuk menelusuri kehidupan masa lalu Sri Ningsih.
"Zaman meremas jarinya. Dia harus memikirkan cara lain ... Zaman menghembuskan napas lega. Ini berarti dua kabar baik sekaligus."(hal. 267)
Ia juga bersikap penuh perhitungan dan hati-hati dalam melakukan sesuatu.
"'Tapi kabar baiknya, kita tidak akan matihari ini, Lastri. Aku tidak bodoh masuk ke rumahmu tanpa rencana. Sebentar lagia kan ada yang datang menyelamatkan kita. Kamu akan menghabiskan hari tua di penjara Perancis.' Zaman melirik jam tangannya."
Tokoh yang sangat berpengaruh dalam cerita ialah Sri Ningsih. Di dalam cerita, ia digambarkan sebagai sosok yang sangat tabah, sabar, dan kuat dalam menjalani kehidupan, meskipun ia harus menghadapi berbagai cobaan yang berat.
"Sejak kecil, sejak Nugroho mendidiknya menjadi anak yang kuat dan sabar, dia tidak pernah lagi menangis di depan orang lain."(hal. 101)
Sri juga dikenal sebagai wanita yang gigih dan pantang menyerah dalam berjuang.
"Ternyata mencari pekerjaan di Jakarta susah, Nur. Kata siapa mudah. Setiap hari mulai pukul tujuh pagi aku berjalan kaki tiada henti menelusuri jalan-jalan, terik matahari membakar kepala, keluar-masuk bangunan, baru sorenya menjelang gelap aku pulang. Tetap gagal. Puluhan temapt kudatangi, semua menolakku. Aku harus emakin berhemat, jika awalnya tidak naik oplet, sekarang aku tidak makan siang, cukup sarapan seadanya, dan baru malamnya makan nasi. Tapi aku tidak akan berhenti berusaha."(hal. 219)
Selain Sri Ningsih dan Zaman Zulkarnaen, cerita juga didukung oleh beberapa tokoh lainnya. Ada tokoh Ayah dan Ibu kandung Sri Ningsih yaitu Nugroho dan Rahayu, Nusi Maratta (Ibu tiri Sri Ningsih), Tilamuta (Adik tiri Sri Ningsih), Aimee (pengurus panti jompo), Lucy (teman Sri Ningsih), Hakan Karim (suami Sri Ningsih), Nur'Aini (sahabat Sri Ningsih), Lastri (teman Sri Ningsih yang mengkhianatinya) serta beberapa tokoh pendukung lainnya.
Nusi Maratta, Ibu tiri dari Sri Ningsih yang menikah dengan Ayahnya setelah Rahayu meninggal ini memiliki sikap yang kejam terhadap Sri. Sikap ini mulai muncul ketika Nugroho telah meninggal saat melaut. Nusi menjadi sangat benci kepada Sri terutama karena masalah ekonomi keluarga mereka yang sulit setelah Nugroho meninggal.
"Nusi memukul rotan, menghantam telapak tangan Sri."(hal. 104)
Sementara itu di lain sisi, Adik tiri Sri Tilamuta merupakan anak yang baik namun ia takut dan patuh kepada Ibunya.
Aimee merupakan penjaga panti jompo yang bersikap baik, ramah, penyayang dan juga perhatian, khususnya kepada para orang tua di panti jompo tersebut. Sementara Lucy merupakan teman Sri ketika ia berada di London. Lucylah yang menemani Sri dalam masa-masa sulitnya selama ia berada di London. Lalu tokoh Hakan Karim digambarkan sebagai orang Turki yang baik kemudian ia jatuh cinta dan menikah dengan Sri. Ia jatuh hati kepada Sri karena kebaikan hatinya. Adapun tokoh Nur'aini adalah sahabat Sri yang baik dan ramah. Ia selalu menanyakan kabar Sri saat Sri sedang di Jakarta.
Tokoh Lastri merupakan tokoh antagonis. Awalnya, ia merupakan tokoh yang baik dan menjadi sahabat dekat Sri Ningsih. Namun, akhirnya Lastri berubah menjadi sosok yang kejam serta penuh dengan rasa benci dan dengki. Ia melakukan sebuah pengkhianatan kepada Kiai Ma'sum, gurunya sendiri. Hingga akhir cerita, Lastri lah yang melakukan teror sehingga Sri Ningsih selalu berusaha melarikan diri.
"Nyala api cemburu itu juga telah menyala di hati Mbak Lastri. Semua orang tahu, jika besok lusa Musoh jadi menggantikan Kiai Ma'sum, maka secara otomatis Mbak Lastri akan menjadi Nyai Kiai, mengurus seluruh asrama putri. Tapi dengan Arifin terus menanjak posisinya, impian menjadi Nyai Kiai itu kosong belaka-Mbak Lastri mulai membenci Nur'aini."(hal. 177)
Latar tempat yang digunakan dalam cerita "Tentang Kamu" ini sebenanrnya cukup banyak. Secara umum, alur kehidupan Sri Ningsih dibagi ke dalam lima periode tempat, yaitu periode di Pulau Bungin - Sumbawa -- NTB, Periode di Pondok Kiai Maksum Yogyakarta, Periode di Jakarta, Periode di Apartemen Rajendra Khan 801 London, dan Periode di Panti Jompo Kota Paris. Cerita dimulai di Belgrave Square, London sebelum akhirnya Zaman menelusuri kehidupan Sri Ningsih di masa lalu dan datang ke tempat-tempat tersebut.
"Pukul 07.30, masih sangat pagi untuk jalanan di Belgrave Square, London."(hal. 1)
Latar waktu yang digunakan dalam cerita juga beragam, dimulai dari pagi hingga malam.
"Pukul 09.00 esok paginya. Hujan deras tadi malam sudah reda."(hal. 209)
Latar sosial yang digambarkan dalam novel pun beragam. Selama periode di Pulau Bungin, latar sosial yang menonjol ialah tradisi turun-temurun yang masih tetap dilestarikan. Hal ini juga diikuti dengan nilai kegotong-royongan, kekeluargaan dan tolong menolong yang masih erat. Ketika berlatarkan Pondok Kiai Ma'sum, maka nilai yang mendasari adalah nilai keagamaan dengan latar pedesaan sehingga perilaku masyarakatnya pun masih sangat sederhana dan nilai gotong-royong yang juga masih tinggi.
Ketika Sri berada di Jakarta, latar sosial yang ditampilkan dalam cerita berubah drastis. Jakarta digambarkan sebagai kota metropolitan dimana para penduduknya terutama pendatang akan sulit untuk menemukan penghidupan yang layak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
"Aku membayar sewa 200 rupiah setiap bulan. Mahal sekali, Nur, di sini yang murah mungkin hanya harga minyak tanah, 30 sen per liter. Tapi Jakarta semuanya memang mahal, beras, gula, serba mahal. Kalaupun hendak makan di warung, lebih mahal lagi."(hal. 217)
Sementara itu selama periode di London dan Paris, latar sosial yang tergambar hampir sama. Kedua kota ini merupakan kota yang modern dan maju dengan penduduk yang beragam.
Sudut pandang yang digunakan penulis dalam ceritanya adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan nama orang pada seluruh tokohnya, serta penggunaan kata dia,-nya dan kata ganti orang ketiga yang lain. Selain itu, cerita juga lengkap dan penulis dapat menggambarkannya dengan detail, seolah-olah ia mengetahui segala tentang cerita tersebut dalam karya sastranya.
Tere Liye merupakan penulis yang telah melahirkan begitu banyak karya yang fenomenal. Cerita yang dibawakannya dalam berbagai karya sastranya sebenarnya merupakan cerita yang amat sederhana, termasuk dalam novel "Tentang Kamu". Hal ini merupakan salah satu cerminan diri penulis yang selalu bersikap sederhana. "Bekerja keras dan selalu merasa cukup, mencintai, berbuat baik dan selalu berbagi, senantiasa bersyukur serta berterima kasih, maka Tere Liye percaya bahwa kebahagiaan itu sudah berada di genggaman kita".
Di dalam novel ini, penulis mengajarkan bahwa hidup itu tidaklah serumit yang kita pikirkan. Kita cukup mensyukuri segala anugerah yang diberikan oleh-Nya kepada kita dalam hidup ini. Selain itu, teknik penyampaian maupun gaya bahasa dalam novel juga tidak rumit. Bahasa yang digunakan ringan dan sederhana. Namun, ada beberapa kata menggunakan bahasa asing untuk menyesuaikan cerita dengan latarnya. Bahasa yang digunakan juga mampu menghanyutkan pembacanya agar terbawa ke dalam suasana yang ada di dalam novel.
Berbeda dengan para penulis lainnya, Tere Liye merupakan penulis dengan biografi yang tertutup. Namun demikian, dalam novel "Tentang Kamu" ini penulis menceritakan kisah, dimana ia seakan-akan mengetahui seluruh rangkaian cerita beserta latar-latar yang ada. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa penulis benar-benar meneliti sesuatu sebelum ia memasukkannya ke dalam bagian dari ceritanya.
Secara umum, amanat yang ingin disampaikan melalui penulis dalam cerita ini adalah bahwa kita harus bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Sebuah kesabaran yang tiada batasnya. Bersyukur, merupakan suatu cara untuk bersabar. Apapun yang kita dapatkan dalam hidup ini, kita harus senantiasa menerimanya, walaupun terkadang dalam hidup kita banyak menemui cobaan atau kesulitan. Penulis juga ingin menyampaikan amanat tentang kesabaran ketika kita gagal. Kita tidak boleh menyerah dalam kegagalan dan harus terus berjuang hingga meraih kesuksesan. Kesabaran juga tergambar dari perilaku yang tidak pendendam dan mau memaafkan kesalahan orang lain.
Terlepas dari beberapa kekurangannya, novel "Tentang Kamu" karya Tere Liye merupakan novel yang baik untuk dibaca. Banyak pelajaran yang dapat diambil dalam kisah novel ini. Intisari dari novel ini ialah tentang kesabaran, mudah memaafkan, perjuangan, kerja keras dan bersyukur atas segalanya. Semoga kisah yang disajikan di dalam novel ini dapat menginspirasi banyak orang yang membacanya.
"Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar hidupku. Cinta memang tidak perlu ditemukan, cintalah yang akan menemukan kita.
Terima kasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi.
Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan."
(Kutipan Sampul Buku)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H