Dalam sebuah novel bertuliskan...
Menulis terus dan terus berkarya.
Karena penulis yang baik dan tulisan yang bagus adalah tulisan yang diselesaikan.Â
Kutipan pesan di atas pernah ditorehkan di dalam novel karya dari seorang teman di Kendal saat saya singgah ke rumahnya. Senang sekali bisa mendapatkan suatu karya langsung dari empunya.
Lain hal dengan Thamrin Dahlan. Ia telah menyelesaikan ribuan artikel dan menjadikannya buku. Dalam kurun satu dekade ia mencetak puluhan buku dari hasil kumpulan artikel yang ia tulis.
Bagi para Kompasianer pasti sudah mengenal seorang Thamrin Dahlan. Aktif menulis sejak tahun 2010 di media sosial dan telah posting  sekitar 2800 artikel. Namun saya baru pertama kali bertemu dengan beliau saat ngumpul bareng Kompasianer lainnya di Coffee Toffee, Margonda, Depok (Selasa,190820).Â
Jujur saja saya merasa canggung sekali berada di tengah para senior Kompasianer. Beberapa orang yang sudah saya kenal seperti kak Andri Mastiyanto, kak Topik Irawan, Mba Muthia, Mba Annisa, Mba Hida, bisa membuat saya lebih membaur.
Pertemuan siang itu bukan cuma sekadar ngobrol biasa. Pak Thamrin Dahlan membagikan sebuah buku hasil karya tulisannya yang selama ia tulis di Kompasiana tentang pandemi Covid-19. "Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta" judulnya dan merupakan buku ke 30 yang ia terbitkan tepat sepuluh tahun ia menulis. Â Saya sempat melongo mendengar fakta ini.
" Buku adalah mahkota seorang penulis," ucapnya.Â