Mohon tunggu...
Nurul Hidayah
Nurul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ibu dua anak, PhD Student at Monash University Australia

Menyimpan jejak petualangan

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Suka Duka Mencari Kontrakan di Australia

18 Juli 2024   04:04 Diperbarui: 18 Juli 2024   12:09 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih banyak drama-drama lainnya.

Singkat cerita, saya sampai di titik "Sepertinya jika tinggal dekat ke kampus dan daycare akan lebih menghemat waktu dan energi". Suami saya sih setuju-setuju saja yang penting perlu dipertimbangkan juga anak yang besar.

Berhubung anak yang besar sudah adaptif dan mandiri, maka saya putuskan untuk mencari rumah yang cukup dekat ke campus dan daycare namun cukup terjangkau ke sekolah anak yang besar (perjalanan tidak lebih dari 30 menit). 

Sumber gambar: Freepik.com
Sumber gambar: Freepik.com

Perburuan pun di mulai, saya jadi rajin membuka website-website listing rumah sampai-sampai kurang konsentrasi dengan urusan tesis. Berbekal pengalaman dua tahun lalu yang sekali apply langsung gol, saya mulai melamar rumah pertama.

Saat inspeksi rumah, ternyata bukan saya saja yang datang, ada sekitar sepuluh orang yang juga berminat dengan rumah yang sama. Dua tiga hari tak ada kabar, hari ke-5 ada email pemberitahuan "ditolak" membuat saya merasakan "Oh, begini rasanya ditolak".

Quiet room di kampus yang sedianya digunakan oleh mahasiswa untuk berkonsentrasi dengan studynya malah saya pakai untuk menangis. Nangis boleh dong ya, artinya kelenjar air mata plus system saraf dan hormon masih berfungsi.

Bangkit dari tangis, saya mencari rumah berikutnya untuk inspeksi, apply dan ditolak lagi. Padahal saya merasa ada lampu kuning karena dua jam dari aplikasi ada email bahwa pengecekan reference dan segala sesuatunya selesai tinggal menunggu keputusan owner.

Saya sampai bertanya ke agen tersebut bagaimana caranya agar ke depan bisa sukses dalam melamar rumah. Menurut agen, karena yang melamar banyak, lebih dari 20, pada akhirnya ownerlah yang menentukan mana yang akan dipilih. Sungguh sebuah misteri.

Patah hati yang kedua kali rasanya tak sesakit yang pertama. Inspek rumah yang ketiga saya mencoba PDKT kepada agennya (tips dari beberapa teman yang sukses). Agennya sangat ramah dan sepertinya saya dapat lampu hijau.

Saya tidak terlalu suka sebenarnya dengan rumahnya karena lebih sempit dan rumahnya seperti kurang terawat. Hanya saja, dari segi lokasi sangat ideal, tengah-tengah antara kampus dan sekolah anak, plus sangat dekat ke shopping center. Ditambah lagi harga sangat affordable. Bismillah apply saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun