Mohon tunggu...
Nurul Hidayah
Nurul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ibu dua anak, PhD Student at Monash University Australia

Menyimpan jejak petualangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Strategi Mencari Supervisor untuk Kuliah di Australia

8 September 2022   00:01 Diperbarui: 9 September 2022   20:00 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (sumber: pexel.com, Andrea Piacquadio) 

Shooting in the Dark istilahnya, karena kita belum tahu benar siapa mereka sebenarnya. Patut diperhatikan, hati-hati dengan nama dosen yang kita tuju. Jangan sampai gara-gara salin tempel, kita salah memanggil nama dosen yang kita tuju.

Pelihara Motivasi

Motivasi mencari supervisor ini kadang turun naik. Seorang teman menyarankan setidaknya kirim ke lima orang setiap hari. Saya kok enggan. "Bagaimana kalau semua menjawab? bisa pusing sendiri" pikir saya. 

Nyatanya, tak semua email yang kita kirim berbalas. Pernah saya dan teman saya mengirim email kepada orang yang sama meski waktunya berbeda. 

Dia mendapat balasan, saya tidak. Kalau sudah begitu, ya sudah gak usah baper. Mungkin email masuk spam, mungkin belum jodoh. Cari lagi yang lain!.

Setelah mendapat balasan jangan lupa follow up!. Setelah pernah putus asa beberapa email tak dibalas, saya menuliskan sebuah nama dan menempelnya di meja kerja. 

Maju mundur saat mau klik "send". Tapi nama itu saya lihat hampir setiap hari di meja kerja. Seorang editor jurnal Q1. Dengan diiringi do'a-do'a akhirnya saya beranikan diri untuk menghubunginya. 

Tak disangka, selang lima menit, email saya dibalas "You are on the right ball track". Uhuy, senang sekaligus kaget. Kaget, karena saya baru mengutarakan rencana topik penenelitan saja. 

Beliau meminta proposal. Saya sampaikan bahwa proposal akan segera saya kirimkan dalam beberapa hari ke depan. Keringat dingin, dua hari saya mengedit proposal penelitian yang sebenarnya pernah saya tulis. 

Dari proposal yang ada, kemudian beliau memberi masukan plus beberapa puluh artikel jurnal yang ia rekomendasikan untuk dimasukkan ke dalam proposal. Nah lho, pening lagi merombak proposal. Hampir menyerah, namun akhirnya bisa dilalui juga.

Godaan untuk menunda mencari supervisor seringkali hadir. Kesadaran bahwa hal tersebut merupakan salah satu proses yang harus dilalui plus dorongan dari teman satu frekuensi akhirnya mengembalikan motivasi. 

Ups, mencari supervisor bukanlah akhir. Itu baru awalnya. Perjuangan masih panjang. Ada yang mau ambil PhD di Australia? Yuk cari supervisor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun