Mohon tunggu...
Nurul Azzahra
Nurul Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ketertarikan Perpustakaan terhadap Minat Berkunjung Siswa di Sekolah

28 Juni 2023   23:25 Diperbarui: 28 Juni 2023   23:31 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika masyarakat tertarik untuk berkunjung, maka mereka tertarik untuk memanfaatkan perpustakaan tersebut untuk memperluas pengetahuannya. Kurangnya minat pemustaka terhadap perpustakaan juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perolehan dan pemeliharaan koleksi perpustakaan yang ada, keterbatasan tempat, dan kurangnya layanan perpustakaan. Banyak perpustakaan yang tidak dikelola dengan baik. Suatu perpustakaan dapat dikatakan baik apabila perpustakaan itu sendiri dilengkapi dengan layanan penunjang, tersedianya berbagai format bacaan untuk menambah informasi pengunjung, dan tersedianya fasilitas khusus.

Di era informasi abad ini, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan global. Oleh karena itu, semua lembaga, termasuk perpustakaan, berupaya mengintegrasikan TIK ke dalam pengembangan sumber daya dan memperkuat sumber daya manusia berbasis pengetahuan agar berdaya saing. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kemudian melahirkan perpustakaan komputer. Ada otomasi perpustakaan, ada juga perpustakaan digital. 

Otomasi perpustakaan sering disamakan dengan perpustakaan digital. Namun, ini adalah hal yang berbeda. Banyak perpustakaan ingin mengintegrasikan perpustakaan digital ke dalam pengelolaannya. Namun, tidak semudah yang dibayangkan. Diyakini bahwa keterbatasan dana dan sumber daya manusia menjadi faktor impotensi yang dominan dalam implementasi perpustakaan digital.

Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan kehadiran perpustakaan adalah karena adanya sistem perpustakaan digital yang dapat diakses oleh pembaca. Selain itu, pengelola informasi atau pustakawan menyambut baik munculnya perpustakaan digital di Indonesia. Sebagai perbandingan, perpustakaan digital lebih layak secara finansial daripada perpustakaan tradisional. Koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan materi cetak di tingkat lokal, penggunaannya meningkatkan ketersediaan elektronik, dan nilai jangka panjang koleksi digital mengurangi biaya yang terkait dengan pemeliharaan dan distribusinya.

Dapat dilihat bahwa masalah terbesar negara kita, khususnya bidang pendidikan, di era globalisasi ini adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca. Budaya literasi khususnya membaca dan menulis memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena membaca dan menulis menghasilkan pengetahuan yang benar. Semua negara maju juga memiliki budaya literasi yang tinggi, tidak hanya di lingkungan pendidikan. Berdasarkan fakta tersebut, perpustakaan diharapkan dapat menjadi basis untuk mengembangkan minat baca dan kebiasaan membaca. Perpustakaan memiliki tanggung jawab yang besar untuk meningkatkan dan mengembangkan minat baca dan pemahaman bacaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh peran dan misi perpustakaan sebagai pusat pengembangan minat baca. 

Namun sejauh ini fakta di lapangan menunjukkan bahwa budaya literasi masyarakat masih rendah. Menurut beberapa temuan penelitian, minat membaca masih menjadi perhatian, Hal ini sangat bertolak belakang dengan penggunaan internet dan media sosial yang justru cenderung meningkat. Tidak dapat disangkal bahwa kebiasaan membaca dapat membuat kita berpikir kritis. Sayangnya, cara berpikir seperti ini masih belum baik, karena literasi masih sangat rendah. Rendahnya minat membaca menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, sulit untuk memproses berbagai informasi dan mengetahui informasi mana yang benar dan mana yang tidak.

Di bidang pendidikan formal, strategi peningkatan minat baca di sekolah dan perguruan tinggi dengan mengintegrasikan kegiatan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan minat baca seluruh warga negara belum berhasil. Pada saat yang sama, semua universitas memiliki perpustakaan yang memadai, banyak di antaranya terakreditasi secara luar biasa. Di perpustakaan, siswa dapat belajar secara mandiri dan memanfaatkan waktu luangnya, karena tersedia berbagai sumber bahan dan sumber informasi lainnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memaksimalkan penggunaan perpustakaan.

Membaca harus dimulai di rumah sejak usia dini, dari SD hingga SMP dan SMA hingga perguruan tinggi. Tanpa kebiasaan membaca, sangat sulit untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya tertuang dalam buku. Kebiasaan membaca dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dipisahkan. Dengan banyak membaca akan mendapatkan banyak ilmu dan dapat menjadi orang-orang berkualitas yang dapat melakukan pembangunan untuk kesejahteraan semua bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun