Mohon tunggu...
nurulatikahputri
nurulatikahputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nurul Atikah Putri adalah mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) di Universitas Sebelas Maret (UNS) sejak tahun 2024. Asal Pemalang, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

FOMO: Dampak dan Solusinya untuk Kesehatan Mental Wanita

25 November 2024   21:07 Diperbarui: 25 November 2024   21:15 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Media sosial sekarang sudah jadi bagian penting dari hidup kita, apalagi di era teknologi yang semakin mendominasi. Lewat Instagram, Twitter, TikTok, hingga Facebook, kita bisa berinteraksi dengan siapa saja, berbagi pengalaman pribadi, dan memantau hidup teman, keluarga, bahkan selebritas. Namun, di balik kemudahan itu, ada efek tersembunyi yang besar, terutama dalam hal kesehatan mental. FOMO, atau "Fear of Missing Out", adalah fenomena yang sering muncul dari penggunaan media sosial. FOMO ini bisa memperparah tekanan sosial yang sudah ada dan berdampak negatif pada kesehatan mental kita, terutama bagi wanita yang sering kali lebih terpapar pada standar kecantikan dan kesuksesan yang tidak realistis.

FOMO dan Dampaknya pada Kesejahteraan Mental

FOMO adalah rasa cemas saat kita merasa ketinggalan atau tidak ikut serta dalam pengalaman penting yang dinikmati orang lain. Di media sosial, FOMO sering dipicu oleh unggahan yang menampilkan momen bahagia, liburan mewah, prestasi karier, atau kehidupan yang tampak sempurna. Ini membuat kita merasa hidup kita kurang menarik dibandingkan dengan apa yang dipamerkan orang lain. Bagi wanita, perasaan ini sering lebih intens karena media sosial sering menyoroti standar kecantikan dan gaya hidup ideal.

Penelitian menunjukkan bahwa FOMO bisa memicu masalah mental seperti kecemasan, depresi, dan penurunan harga diri. Wanita cenderung lebih rentan terhadap perasaan ini, mengingat banyaknya tekanan sosial mengenai penampilan dan prestasi. Ketika terus terpapar gambaran hidup ideal orang lain, kita sering membandingkan diri sendiri dan merasa kurang. Padahal, konten tersebut sering hanya menampilkan sisi terbaik hidup seseorang, bukan gambaran utuhnya.

Tekanan Sosial di Media Sosial

Media sosial bukan hanya tempat berbagi konten, tapi juga menjadi tempat untuk membentuk dan mempertahankan ekspektasi sosial. Tekanan untuk selalu terlihat menarik, sukses, dan bahagia sering kali lebih terasa bagi wanita yang merasa harus memenuhi standar tertentu. Banyak pengguna merasa terpaksa mengikuti tren, rajin memposting, dan mengejar "likes" atau pengikut demi validasi sosial. Lingkungan kompetitif ini bisa membuat kita mengaitkan harga diri dengan respons orang lain, terutama bagi wanita yang sering dihadapkan pada tekanan untuk selalu tampil sempurna.

Tekanan sosial ini juga memengaruhi cara kita berinteraksi. Beberapa orang merasa harus selalu cepat merespons pesan atau komentar, meski itu mengganggu keseimbangan antara kehidupan digital dan kesehatan mental. Siklus interaksi yang terus-menerus bisa memicu stres dan kelelahan mental, terutama ketika kita merasa sulit untuk menjauh dari media sosial.

Cara Mengatasi FOMO dan Tekanan Sosial

1. Batasi Waktu Bermain Media Sosial

Mengurangi waktu yang dihabiskan untuk menelusuri feed orang lain bisa membantu mengurangi FOMO. Fitur pengingat waktu di ponsel bisa membantu kita mengendalikan durasi penggunaan media sosial. Semakin sedikit waktu yang dihabiskan, semakin kecil kemungkinan terjebak dalam perbandingan sosial.

2. Sadar Akan Kurasi Konten

Mengingat bahwa apa yang kita lihat di media sosial tidak sepenuhnya mencerminkan realitas penting untuk mengurangi kecenderungan membandingkan diri. Banyak konten yang hanya menunjukkan sisi terbaik kehidupan seseorang, bukan gambaran keseluruhan.

3. Utamakan Pengalaman Dunia Nyata

Lebih baik meluangkan waktu untuk menikmati momen di dunia nyata daripada sibuk memantau kehidupan orang lain di dunia maya. Menghabiskan waktu dengan teman atau melakukan kegiatan yang disukai bisa memberikan kebahagiaan yang lebih nyata dan berkelanjutan.

4. Interaksi yang Sehat

Kita tidak perlu terbebani untuk selalu responsif atau aktif di media sosial. Mengatur ritme komunikasi dengan lebih santai dan tidak merasa tertekan untuk membalas setiap pesan atau komentar dengan cepat penting untuk menjaga kesehatan mental.

Pada akhirnya, meskipun media sosial bisa menjadi alat komunikasi yang bermanfaat, penggunaannya harus bijak. FOMO adalah salah satu dampak yang signifikan dari media sosial yang memicu perasaan cemas dan rendah diri, terutama pada wanita yang sering lebih rentan terhadap perbandingan sosial. Menyadari dampak ini dan menerapkan langkah-langkah yang tepat dapat membantu mengelola FOMO serta tekanan sosial, sehingga kita bisa menikmati media sosial tanpa mengorbankan kesehatan mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun