Mohon tunggu...
NURUL ASLAMIAH
NURUL ASLAMIAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca novel, baca buku, dan nonton film. Kepribadian saya orang yang suka ngobrol, dan saya suka hal hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dari Martin Hoffman

18 Januari 2025   09:19 Diperbarui: 18 Januari 2025   09:19 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Tahap Empati Asosiasi (Associative Empathy): Bayi pada usia dini menunjukkan empati yang bersifat asosiasi, di mana mereka dengan mudah dan langsung merespon perasaan orang lain. Misalnya, bayi dapat menangis ketika mendengar bayi lain menangis. Ini terjadi meskipun bayi belum sepenuhnya memahami konteks atau penyebab tangisan tersebut.

2. Tahap Empati Pengamatan (Observational Empathy): Anak-anak menunjukkan empati yang lebih kompleks saat mereka tumbuh. Pada usia dua hingga tiga tahun, mereka mulai menunjukkan kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dengan cara yang lebih independen dan objektif. Jika mereka melihat seseorang terluka atau sedih, mereka dapat mulai bertindak dengan cara yang lebih tepat, seperti mencoba menghibur atau memberi perhatian kepada orang lain.

3. Tahap Empati Perspektif---atau Mengambil Empati Perspektif---Anak-anak mulai memperoleh kemampuan kognitif untuk memahami perspektif orang lain. Mereka tidak hanya dapat merasakan perasaan orang lain, tetapi mereka juga dapat memahami mengapa orang lain merasa seperti itu berdasarkan situasi atau keadaan yang mereka alami. Kemampuan ini berkembang lebih lanjut pada usia remaja dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan moral.

4. Tahap Empati Dewasa (Empati Dewasa): Orang dewasa lebih empatik dan lebih terintegrasi dengan kemampuan moral dan sosial. Mereka mampu mempertimbangkan berbagai perspektif, memahami perasaan orang lain, dan kemudian bertindak dengan cara yang mendukung kebaikan sosial dan keadilan.

Empati dan Tindakan Moral

Hubungannya dengan perilaku moral merupakan komponen penting dari teori empati Hoffman. Hoffman berpendapat bahwa empati adalah dasar dari perilaku moral yang baik. Seseorang cenderung bertindak secara moral, seperti membantu orang yang membutuhkan, ketika mereka merasakan penderitaan orang lain. Oleh karena itu, empati bukan hanya sekadar perasaan; itu memotivasi tindakan moral juga.

Hoffman juga mengatakan bahwa empati membantu mengatur perilaku egois dan mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap orang lain. Dengan menjadi lebih empati, orang menjadi lebih sensitif terhadap penderitaan dan ketidakadilan yang dialami orang lain. Pada akhirnya, ini akan mendorong mereka untuk membuat keputusan yang lebih berdasarkan nilai-nilai moral dan sosial.

kesimpulan
Teori empati Martin Hoffman memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana empati berkembang dan bagaimana ia mempengaruhi perilaku moral seseorang. Teori ini mencakup konsep seperti jenis empati, tahapan perkembangan empati, dan hubungannya dengan moralitas. Teori ini menunjukkan bahwa empati bukan hanya kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain; itu adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan sepanjang hidup. Dengan memahami perkembangan dan perkembangan empati, seseorang dapat memahami bagaimana empati berkembang dan mempengaruhi perilaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun