Mohon tunggu...
NURUL ASLAMIAH
NURUL ASLAMIAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca novel, baca buku, dan nonton film. Kepribadian saya orang yang suka ngobrol, dan saya suka hal hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dari Martin Hoffman

18 Januari 2025   09:19 Diperbarui: 18 Januari 2025   09:19 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Martin Hoffman's Theory of Empathy

Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain serta memberikan respons yang penuh perhatian terhadap keadaan emosional mereka. Para ahli terus mengembangkan teori-teori tentang bagaimana empati terbentuk dan berfungsi dalam hubungan sosial, meskipun ide ini telah dikenal secara luas dalam psikologi. Martin Hoffman, seorang psikolog perkembangan asal Amerika Serikat, adalah salah satu orang penting yang membangun teori empati. Hoffman menulis buku Empathy and Moral Development: Implications for Caring and Justice (2000) tentang bagaimana empati berkembang, bagaimana ia berubah seiring bertambahnya usia, dan bagaimana pengaruh empati pada perilaku moral seseorang.

Teori empati Hoffman berbeda dari pandangan lain karena ia menekankan bahwa empati bukan hanya sekadar respons emosional terhadap penderitaan orang lain; itu juga merupakan proses perkembangan yang kompleks yang berhubungan dengan perkembangan kognitif dan emosional seseorang. Teori Hoffman terdiri dari beberapa konsep utama, termasuk jenis empati, tahap perkembangan, dan hubungan antara empati dan perkembangan kognitif dan emosional.

Jenis Empati, menurut Martin Hoffman

Hoffman mendefinisikan empat jenis empati utama, berdasarkan intensitas perasaan yang dirasakan seseorang dan kondisi psikologis mereka:

1. Empati Afektif---atau empati afektif---adalah respons emosional langsung terhadap perasaan orang lain. Ini terjadi ketika seseorang merasakan perasaan orang lain, seperti menangis ketika melihat orang lain menangis. Empati jenis ini lebih alami dan tidak terlalu banyak proses kognitif.

2. Empati Kognitif (Cognitive Empathy): Kemampuan untuk memahami perspektif dan perasaan orang lain tanpa mengetahuinya disebut empati kognitif. Ini lebih terkait dengan proses berpikir, di mana orang mencoba memahami perasaan orang lain berdasarkan penalaran daripada respons emosional.

3. Empati Pro-Sosial---Empati pro-sosial terjadi ketika seseorang memiliki perasaan empati yang mendorongnya untuk membantu atau peduli terhadap orang lain. Itu

4. Empati Kompensatoris (Compensatory Empathy): Jenis empati ini muncul sebagai tanggapan terhadap perasaan seseorang yang berada dalam kondisi yang lebih buruk daripada yang mereka alami sendiri. Orang-orang yang mengalami empati kompensatoris sering kali merasa perlu untuk memberikan perhatian atau bantuan untuk mengimbangi ketidakseimbangan atau ketidakadilan yang ada.

Tahap Pembangunan Empati

Salah satu bagian terpenting dari teori empati Hoffman adalah pemahaman tentang bagaimana empati berkembang sepanjang hidup seseorang. Hoffman berpendapat bahwa empati tidak muncul secara instan, tetapi berkembang melalui kemampuan kognitif dan sosial seseorang. Tahap perkembangan empati yang dia usulkan terdiri dari:

1. Tahap Empati Asosiasi (Associative Empathy): Bayi pada usia dini menunjukkan empati yang bersifat asosiasi, di mana mereka dengan mudah dan langsung merespon perasaan orang lain. Misalnya, bayi dapat menangis ketika mendengar bayi lain menangis. Ini terjadi meskipun bayi belum sepenuhnya memahami konteks atau penyebab tangisan tersebut.

2. Tahap Empati Pengamatan (Observational Empathy): Anak-anak menunjukkan empati yang lebih kompleks saat mereka tumbuh. Pada usia dua hingga tiga tahun, mereka mulai menunjukkan kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dengan cara yang lebih independen dan objektif. Jika mereka melihat seseorang terluka atau sedih, mereka dapat mulai bertindak dengan cara yang lebih tepat, seperti mencoba menghibur atau memberi perhatian kepada orang lain.

3. Tahap Empati Perspektif---atau Mengambil Empati Perspektif---Anak-anak mulai memperoleh kemampuan kognitif untuk memahami perspektif orang lain. Mereka tidak hanya dapat merasakan perasaan orang lain, tetapi mereka juga dapat memahami mengapa orang lain merasa seperti itu berdasarkan situasi atau keadaan yang mereka alami. Kemampuan ini berkembang lebih lanjut pada usia remaja dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan moral.

4. Tahap Empati Dewasa (Empati Dewasa): Orang dewasa lebih empatik dan lebih terintegrasi dengan kemampuan moral dan sosial. Mereka mampu mempertimbangkan berbagai perspektif, memahami perasaan orang lain, dan kemudian bertindak dengan cara yang mendukung kebaikan sosial dan keadilan.

Empati dan Tindakan Moral

Hubungannya dengan perilaku moral merupakan komponen penting dari teori empati Hoffman. Hoffman berpendapat bahwa empati adalah dasar dari perilaku moral yang baik. Seseorang cenderung bertindak secara moral, seperti membantu orang yang membutuhkan, ketika mereka merasakan penderitaan orang lain. Oleh karena itu, empati bukan hanya sekadar perasaan; itu memotivasi tindakan moral juga.

Hoffman juga mengatakan bahwa empati membantu mengatur perilaku egois dan mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap orang lain. Dengan menjadi lebih empati, orang menjadi lebih sensitif terhadap penderitaan dan ketidakadilan yang dialami orang lain. Pada akhirnya, ini akan mendorong mereka untuk membuat keputusan yang lebih berdasarkan nilai-nilai moral dan sosial.

kesimpulan
Teori empati Martin Hoffman memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana empati berkembang dan bagaimana ia mempengaruhi perilaku moral seseorang. Teori ini mencakup konsep seperti jenis empati, tahapan perkembangan empati, dan hubungannya dengan moralitas. Teori ini menunjukkan bahwa empati bukan hanya kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain; itu adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan sepanjang hidup. Dengan memahami perkembangan dan perkembangan empati, seseorang dapat memahami bagaimana empati berkembang dan mempengaruhi perilaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun