Mohon tunggu...
Nurul Amanda
Nurul Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Seorang praja yang menempuh pendidikan di lembaga Institut Pemerintahan Dalam Negeri " Bhinneka Nara Eka Bhakti"

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Menghadapi Tantangan Era 4.0: Peran Pemuda dan Soft Skills dalam Dinamika Keuangan Publik

11 Januari 2025   20:05 Diperbarui: 11 Januari 2025   20:05 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Potret ketenagakerjaan Indonesia yang masih harus ditingkatkan tercermin dari data Human Capital Index, kepesertaan jaminan sosial, dan rendahnya kepatuhan norma kerja. Human Capital Index (HCI) Indonesia masih rendah, yaitu 0,540, dan berada di bawah rata-rata ASEAN. Selain itu, fenomena underemployment, di mana banyak orang yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan keahlian atau pendidikan mereka, juga menjadi masalah yang perlu perhatian lebih.

Era 4.0 yang sering disebut sebagai revolusi industri keempat telah membawa transformasi besar dalam dunia kerja. Teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), otomasi, dan data besar semakin mendominasi berbagai sektor, termasuk sektor keuangan. Perubahan ini tentu berdampak langsung terhadap pola pekerjaan dan keterampilan yang dibutuhkan di pasar tenaga kerja. Di Indonesia, tantangan besar yang masih dihadapi adalah tingginya tingkat pengangguran yang diperburuk oleh kualitas pengangguran (underemployment), di mana banyak orang yang bekerja di posisi yang tidak sesuai dengan keterampilan mereka.

Sebagai generasi penerus bangsa, pemuda, terutama mahasiswa, memiliki peran yang sangat penting dalam menghadapinya. Dalam konteks ini, keahlian di bidang keuangan publik, yang berkaitan langsung dengan pengelolaan sumber daya negara, menjadi salah satu aspek yang krusial. Keberhasilan pemuda dalam mengembangkan kemampuan di bidang ini tidak hanya mendukung perekonomian negara, tetapi juga dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan era 4.0

Tantangan Perkembangan Teknologi di Era 4.0

Era 4.0 telah mengubah hampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam dunia kerja. Otomasi, kecerdasan buatan, dan teknologi digital memungkinkan banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia kini bisa digantikan oleh mesin. Hal ini menciptakan ketidakpastian mengenai bagaimana masa depan pekerjaan akan terbentuk. Sektor-sektor tertentu, seperti manufaktur dan layanan keuangan, telah merasakan dampak ini dengan munculnya berbagai sistem yang memanfaatkan AI dan teknologi untuk mengelola data dan membuat keputusan secara otomatis.

Di Indonesia, tantangan tersebut semakin meningkat dengan tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Februari 2024, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia masih cukup tinggi, sebesar 4,82 persen. Dibandingkan negara ASEAN lainnya, Indonesia masih cukup tertinggal, dengan banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Tingkat pengangguran teradjustasi di Singapura mencapai 1,9 persen dan Thailand sebesar 1,1 persen pada April 2024.

Ketenagakerjaan di Indonesia yang masih harus ditingkatkan tercermin dari data Human Capital Index, kepesertaan jaminan sosial, dan rendahnya kepatuhan norma kerja. Human Capital Index (HCI) Indonesia masih rendah, yaitu 0,540, dan berada di bawah rata-rata ASEAN, yaitu 0,59. Jika dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia masih kalah rendah dengan Singapura yang tertinggi, yaitu 0,879; Vietnam 0,69; Brunei Darussalam 0,626; Thailand 0,609; dan Malaysia 0,611. Selain itu, fenomena underemployment, di mana banyak orang yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan keahlian atau pendidikan mereka, juga menjadi masalah yang perlu perhatian lebih.

Tantangan Kebutuhan Pengembangan Yang Sesuai Dinamika Teknologi

 

Menurut data Future of Jobs Report 2025 dari Forum Ekonomi Dunia (2025), sejumlah profesi yang berkaitan dengan perkembangan teknologi diperkirakan akan mengalami peningkatan permintaan, seperti spesialis big data, insinyur fintech, spesialis kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin, serta insinyur energi terbarukan. Temuan ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap profesi yang memerlukan keterampilan teknologi terus berkembang pesat. Sebaliknya, profesi yang lebih tradisional, seperti petugas layanan pos, teller bank, petugas entri data, dan pemasar telepon, diperkirakan akan semakin tergerus oleh otomatisasi dan digitalisasi.

Oleh karena itu, penting bagi tenaga kerja untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi melalui peningkatan kompetensi dan pelatihan di bidang-bidang yang relevan untuk memastikan daya saing di pasar kerja global.

Soft Skills sebagai Solusi

Dalam menghadapi dinamika ini, kemampuan teknis saja tidak cukup. Terdapat keterampilan yang diperkirakan akan semakin penting di masa depan, yang terdiri dari tiga keterampilan teknis (hardskill), yaitu kecerdasan buatan dan big data, jaringan dan keamanan siber, serta literasi teknologi. Selain itu, keterampilan non-teknis (soft skill) yang perlu mendapatkan perhatian lebih antara lain pemikiran kreatif, ketahanan, fleksibilitas, rasa ingin tahu dan pembelajaran sepanjang hayat, serta pemikiran analitis.

Keterampilan ini dapat membantu individu untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi, termasuk dalam menghadapi dampak teknologi dan otomatisasi. Pemuda yang memiliki soft skills yang baik akan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan, berinovasi, dan menciptakan solusi kreatif yang diperlukan dalam dunia kerja yang semakin kompleks. Sebagai contoh, kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang muncul akibat perkembangan teknologi, sementara fleksibilitas dan resiliensi membantu individu untuk tetap produktif meski di tengah ketidakpastian dan tantangan besar. Kemampuan ini juga menjadi kunci dalam menghadapi otomatisasi, yang memerlukan orang-orang yang bisa mengelola dan memanfaatkan teknologi dengan bijaksana.

Relevansi dengan Dinamika Keuangan Publik

Keuangan publik memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi sebuah negara. Sektor ini bertanggung jawab dalam pengelolaan anggaran negara, pengumpulan pajak, dan alokasi dana untuk berbagai program pembangunan. Di era 4.0, teknologi digital dan AI sudah mulai digunakan dalam analisis data keuangan, penyusunan anggaran, serta pengelolaan keuangan negara secara lebih efisien.

Namun, teknologi tidak dapat menggantikan peran manusia sepenuhnya. Soft skills seperti kepemimpinan, kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat, serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan akan sangat mempengaruhi keberhasilan sektor keuangan publik. Misalnya, inovasi dalam cara pengelolaan anggaran negara yang lebih transparan dan akuntabel akan sangat terbantu dengan kehadiran pemuda yang memiliki keterampilan teknis dan soft skills yang solid.

Mahasiswa sebagai agen perubahan di masa depan harus mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi perubahan yang begitu cepat. Salah satu langkah penting adalah mengembangkan soft skills yang diperlukan untuk bersaing di dunia kerja. Soft skills ini dapat dikembangkan melalui berbagai aktivitas, baik di dalam maupun di luar kampus, seperti berorganisasi, mengikuti pelatihan, atau terlibat dalam kegiatan yang mengasah kemampuan komunikasi, manajemen waktu, dan kepemimpinan.

Selain itu, mahasiswa juga harus memanfaatkan kesempatan untuk memperdalam pengetahuan di bidang keuangan publik. Mengikuti perkembangan teknologi dan memahami konsep dasar keuangan negara akan sangat membantu mahasiswa untuk berperan dalam membangun sistem keuangan publik yang lebih efisien dan transparan di masa depan.

Peran Pemuda dalam Menghadapi Tantangan

Pemuda adalah generasi yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi. Dengan akses yang luas terhadap informasi dan pendidikan, mereka memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi nyata dalam dinamika keuangan publik. Berikut beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan oleh pemuda:

1. Mengembangkan Keterampilan Digital dan Teknologi

Pemuda perlu menguasai teknologi terbaru, seperti AI dan big data, yang relevan dengan pengelolaan keuangan publik. Dengan pemahaman ini, mereka dapat membantu pemerintah dalam memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi.

2. Mengasah Soft Skills

Selain keterampilan teknis, pemuda harus terus mengembangkan kemampuan interpersonal, seperti kerja tim, empati, dan adaptabilitas. Hal ini akan membantu mereka berperan aktif dalam penyelesaian masalah keuangan publik yang melibatkan banyak pihak.

3. Menjadi Agen Perubahan Sosial

Pemuda dapat terlibat aktif dalam menyuarakan pentingnya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. Mereka juga dapat memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu keuangan publik.

4. Berinovasi dalam Kebijakan Publik

Dengan sudut pandang yang segar dan inovatif, pemuda dapat menawarkan solusi baru untuk tantangan seperti ketimpangan ekonomi, utang publik, dan pengelolaan anggaran. Pendekatan berbasis teknologi dan data dapat menjadi landasan untuk kebijakan yang lebih efektif.

Kesimpulan

Era 4.0 bukan hanya menghadirkan tantangan, tetapi juga peluang besar bagi pemuda untuk berkontribusi dalam dinamika keuangan publik. Dengan memadukan penguasaan teknologi seperti kecerdasan buatan dan soft skills yang mumpuni, pemuda dapat membantu menciptakan sistem keuangan publik yang lebih transparan, efisien, dan inklusif. Penting bagi generasi muda untuk tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta solusi yang membawa dampak positif bagi masyarakat luas.

Harapan kita adalah agar mahasiswa mampu menjadi tenaga kerja yang berkualitas, yang tidak hanya menguasai keterampilan teknis tetapi juga memiliki soft skills yang mumpuni untuk menghadapi tantangan global. Sinergi antara keterampilan teknis, soft skills, dan pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan akan menjadi kunci utama dalam meningkatkan kinerja sektor keuangan publik, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada kemajuan bangsa. Pemuda harus siap menghadapi tantangan ini dan berperan aktif dalam menciptakan perubahan positif dalam sektor keuangan publik di Indonesia.

Peran aktif pemuda dalam dinamika keuangan publik tidak hanya akan menentukan masa depan mereka sendiri, tetapi juga masa depan bangsa. Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, pemuda dapat menjadi pilar utama dalam menghadapi tantangan era 4.0 dan mewujudkan pengelolaan keuangan publik yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun