Lifelong education atau pendidikan sepanjang hayat adalah konsep yang menekankan pentingnya belajar terus-menerus sepanjang kehidupan individu. Menurut UNESCO, pendidikan sepanjang hayat mencakup pembelajaran formal, nonformal, dan informal yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu dalam aspek intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Konsep lifelong education A.J Cropley memiliki relevansi dengan ajaran Islam yang mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat."
Dalam buku Muhammad Sang Inspirator Dunia karya Dr. Aidh Al-Qarni, Nabi Muhammad digambarkan sebagai sosok yang optimis dalam belajar dan mengajarkan. Nabi dikenal memotivasi umat untuk terus belajar, bahkan di tengah keterbatasan, dengan menjadikan ilmu sebagai pilar utama dalam membangun peradaban.
Di era digital, Generasi Z dihadapkan pada tantangan baru dalam pendidikan sepanjang hayat. Akses informasi yang melimpah melalui internet dan media sosial sering kali tidak diimbangi dengan kemampuan untuk memilah dan memanfaatkan ilmu secara bijak. Sebuah survei oleh McKinsey & Company (2023) menunjukkan bahwa hanya 40% Generasi Z yang merasa pendidikan formal relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
Selain itu, banyak muda-mudi yang terjebak dalam fenomena instant gratification, yang membuat mereka lebih memilih konten hiburan instan daripada belajar mendalam. Hal ini mengakibatkan rendahnya minat membaca dan menurunnya kemampuan berpikir kritis.
Urgensi Lifelong Education bagi Generasi Z adalah untuk;
Pertama, Persaingan Global: Dunia kerja modern membutuhkan individu yang memiliki kemampuan belajar terus-menerus untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan tuntutan pasar.
Kedua, Membangun Karakter Islami: Pendidikan sepanjang hayat tidak hanya meningkatkan intelektual, tetapi juga membangun akhlak mulia, sebagaimana diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ketiga, Mengatasi Distraksi Digital: Dengan semangat belajar sepanjang hayat, Generasi Z dapat memanfaatkan teknologi secara positif untuk pengembangan diri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harvard Business Review (2022), individu yang menerapkan prinsip llifelong education cenderung memiliki peluang lebih besar untuk sukses secara profesional dan personal. Mereka memiliki keterampilan adaptif, kemampuan berpikir kritis, dan semangat untuk terus berkembang.
Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Aidh Al-Qarni, adalah contoh sempurna bagi Generasi Z dalam mempraktikkan pendidikan sepanjang hayat. Beliau belajar dari pengalaman, berinteraksi dengan berbagai komunitas, dan terus meningkatkan ilmunya meskipun sudah diakui sebagai pemimpin spiritual. Dalam konteks modern, Generasi Z dapat meneladani Nabi dengan: